Anda di halaman 1dari 47

WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

Jakarta 20 Februari 2017


SISTEMATIKA PENYAJIAN
I. Penjelasan Umum
II. Dasar Hukum
III. Perencanaan
IV. Pengadaan
V. Pendayagunaan
VI. Hak dan Kewajiban Peserta
VII.Monev, Pencatatan dan Pelaporan
VIII.Pembinaan dan Pengawasan
IX. Ketentuan Peralihan
X. Pelaksanan WKDS Tahun 2017
Ratio Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk

Target : 10,6
Target Rasio 12,2
Realisasi : 13,6
Realisasi 12,6

Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia 31 Desember 2016


PERTIMBANGAN PELAKSANAAN

1. Keberadaaan dan
ketersediaan dokter spesialis PEMENUHAN DAN
di rumah sakit kurang dari
standar minimal yang PEMERATAAN
ditetapkan DOKTER SPESIALIS
2. Distribusi dokter spesialis
tidak merata, keberadaan
banyak di kota-kota besar
3. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan
kesehatan spesialistik
4. Meningkatkan akses WAJIB KERJA
masyarakat untuk DOKTER
mendapatkan pelayanan SPESIALIS
kesehatan yang berkualitas
di seluruh Indonesia (WKDS)
DASAR HUKUM
1. UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pada lembar
lampiran pembagian urusan pemerintah bidang kesehatan pada
urusan Nomor 2 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Pemerintah Pusat melakukan penetapan penempatan dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis bagi daerah yang tidak mampu dan
tidak diminati.
2. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 28 ayat
(1) dalam keadaan tertentu pemerintah dapat memberlakukan
ketentuan wajib kerja kepada tenaga kesehatan yang memenuhi
kualifikasi akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas
sebagai tenaga kesehatan di daerah khusus di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja
Dokter Spesialis
4. Permenkes No 69 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Wajib
Kerja Dokter Spesialis Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan
Pelayanan Spesialistik
KETENTUAN UMUM
1. Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) adalah
penempatan dokter spesialis di rumah sakit milik
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Tujuan Pengaturan Wajib Kerja Dokter Spesialis :
a. Pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
spesialistik
b. Pemerataan pelayanan spesialistik
c. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di daerah ;
dan
d. Mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga
pada pelayanan kesehatan tingkat rujukan.
PERENCANAAN
1. Menteri menetapkan kebijakan dan menyusun
perencanaan kebutuhan dan distribusi dokter spesialis
secara nasional
2. Perencanaan disusun secara berjenjang mulai dari
rumah sakit, pemerintah daerah kab/kota, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah pusat berdasarkan
ketersediaan dan kebutuhan dokter spesialis
3. Bupati/Walikota mengajukan usulan kebutuhan dokter
spesialis kepada Gubenur melalui Dinas Kesehatan
Provinsi
4. Gubenur mengajukan usulan kebutuhan dokter
spesialis kepada Menteri
PERENCANAAN
5. Menteri menetapkan alokasi penempatan dokter
spesialis setelah dilakukan verifikasi terhadap usulan
6. Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Organisasi
Profesi melakukan visitasi berdasarkan usulan
kebutuhan dokter spesialis untuk menilai kesesuaian
dan kesiapan sarana prasarana, sumber daya
manusia, kelengkapan peralatan dan faktor-faktor lain
yang terkait termasuk keamanan
7. Gubenur dan/atau Bupati/Walikota yang
mengusulkan kebutuhan dokter spesialis bertanggung
jawan menyediakan sarana, prasarana dan peralatan
spesialistik di rumah sakit
PENGADAAN
1. Pengadaan dokter spesialis dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan dan pendayagunaan dokter
spesialis
2. Setiap dokter spesialis lulusan pendidikan profesi
program dokter spesialis dari perguruan tinggi
negeri di dalam negeri dan perguruan tinggi di luar
negeri wajib mengikuti Wajib Kerja Dokter Spesialis.
3. Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi lulusan perguruan
tinggi di luar negeri dilakukan setelah
menyelesaikan evaluasi kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan....
4. Setiap institusi pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan profesi program
dokter spesialis bertugas :
a. Menyiapkan mahasiswa program dokter
spesialis yang akan menjadi peserta WKDS
b. Melakukan koordinasi dengan kolegium dan
oganisasi profesi mengenai jumlah lulusan
dokter spesialis
c. menyampaikan daftar nama mahasiswa yang
akan lulus pendidikan profesi program dokter
spesialis paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya masa pendidikan Menkes dan
Menristekdikti dengan membedakan lulusan
mandiri dan penerima beasiswa dan/atau
program bantuan biaya pendidikan
Lanjutan.....
5. Mahasiswa program dokter spesialis terdiri atas :
a. Mahasiswa mandiri, merupakan mahasiswa program
dokter spesialis, pada perguruan tinggi negeri di
dalam negeri yang tidak mendapat beasiswa dan/atau
program bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
b. Mahasiswa penerima beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan, merupakan mahasiswa
program dokter spesialis, pada perguruan tinggi
didalam negeri maupun perguruan tinggi di luar
negeri, yang mendapat beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan baik dari Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah
6. Setiap mahasiswa program dokter spesialis harus
membuat surat pernyataan akan mengikuti WKDS
Lanjutan....
6. Surat pernyataan dibuat pada awal pendidikan
yang memuat :
a. kesediaan mengikuti WKDS sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan
b. Menyerahkan STR asli dan 2 (dua) buah salinan
kepada Menkes
c. Kesediaan ditempatkan di seluruh wilyah NKRI
d. Kesediaan dikenai sanksi apabila melanggar
sesuai ketentuan peraturan perundangan
PENDAYAGUNAAN
1. Pendayagunaan dokter spesialis dilakukan oleh Pemerintah
Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2. Pendayagunaan terdiri atas pendayagunaan dokter spesialis
lulusan dalam negeri dan luar negeri
3. Pendayagunaan dokter spesialis dilakukan dengan
memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan dan
pengembangan
4. Peserta WKDS terdiri atas :
a. Peserta WKDS mandiri, merupakan mahasiswa mandiri
yang telah lulus program dokter spesialis
b. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan, merupakan mahasiswa
penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya
pendidikan yang telah lulus program dokter spesialis
Lanjutan....
5. Setiap calon peserta WKDS harus memenuhi persyaratan
administatif kesehatan paling sedikit meliputi ijazah dan
surat tanda registrasi
6. Penilaian kelengkapan administatif dan kesehatan dilakukan
oleh Menteri melalui KPDS
7. Menteri menetapkan calon peserta WKDS yang telah lulus
penilaian adminstatif dan kesehatan
9. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis sebelum melaksanakan
penempatan wajib mengikuti pembekalan. Pembekalan
dilakukan dalam 2 tahapan yaitu
a. pembekalan tahap pertama diberikan oleh institusi
pendidikan
b. pembekalan tahap akhir diberikan oleh dinas kesehatan
provinsi atau dinas kesehatan kabupaten/kota tujuan
penempatan.
Lanjutan.....
10. Pemberangkatan peserta WKDS dilakukan dari
perguruan tinggi asal ke rumah sakit tujuan
11. Peserta WKDS yang telah tiba di RS tujuan
wajib melapor kepada dinkes kabupaten/kota
12. Kepala dinkes kab/kota menertbitkan surat
ijin praktik (1 SIP di RS lokasi penempatan)
13. Menteri menentukan lokasi penempatan
peserta WKDS berdasarkan perencanaan dan
regionalisasi institusi pendidikan
PENDAYAGUNAAN
14. Regionalisasi institusi pendidikan terdiri atas
3 (tiga) regional, yaitu: Indonesia barat;
Indonesia tengah; dan Indonesia timur.
15. Ketentuan regionalisasi dikecualikan apabila
telah ada kerja sama antara pemerintah
daerah dan institusi pendidikan
16. Dalam hal suatu daerah masih terdapat
kebutuhan setelah dilakukan penempatan.
Menteri dapat menempatkan peserta WKDS
di daerah tersebut setelah dilakuakan
verifikasi.
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
Regional Indonesia Barat
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak, Bedah dan Ilmu
Penyakit Dalam dari perguruan tinggi dalam negeri
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Sumatera Sumatera Utara termasuk Pulau Nias
Utara dan Aceh termasuk Simeuleu
2 Universitas Syiah Kuala Aceh
3 Universitas Andalas Sumatera Barat, Jambi dan Riau
4 Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka
Belitung dan Lampung
5 Universitas Indonesia DKI Jakarta termasuk Kepulauan Seribu,
banten dan Kepri termasuk Natuna
6 Universitas Padjajaran Jawa Barat dan Kalimantan Barat
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
Regional Indonesia Barat
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam
negeri

NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara termasuk pulau
nias, Aceh termasuk pulau
Simeuleu, Riau dan Sumatera Barat
2 Universitas Indonesia DKI Jakarta termasuk kepulauan
Seribu, Banten dan Kepulauan Riau
termasuk Natuna
3 Universitas Padjajaran Jawa Barat dan Kalimantan Barat
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
Regional Indonesia Tengah
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi, Ilmu Penyakit Anak, bedah, Ilmu Penyakit Dalam dan
Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam negeri

NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas Diponegoro Jawa Tengah, D.I Yogyakarta,
2 Universitas Gadjah Mada Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur dan
3 Universitas Sebelas Maret
Kalimantan Utara
LOKASI PENEMPATAN SESUAI SENTRA PENDIDIKAN
Regional Indonesia Timur
Lulusan Pendidikan Profesi Program Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi, Ilmu Penyakit Anak, bedah, Ilmu Penyakit Dalam dan
Anestesiologi dan Terapi Intensif dari perguruan tinggi dalam negeri
NO UNIVERSITAS LOKASI
PENEMPATAN
1 Universitas SAM Ratulangi Sulawesi Utara termasuk Sangir Talaud,
Gorontalo dan Maluku Utara
2 Universitas Hassanuddin Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi barat, Sulawesi Tengah dan
Maluku
3 Universitas Airlangga Jawa Timur, Maluku dan Papua Barat
4 Universitas Brawijaya Jawa Timur, Papua dan Nusa Tenggara
Timur
5 Universitas Udayana Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur
PENDAYAGUNAAN
17. Lokasi Penempatan
a. Rumah Sakit daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan
b. Rumah Sakit rujukan regional
c. Rumah Sakit rujukan provinsi
Yang ada di seluruh Wilayah Indonesia
Bila telah terpenuhi, peserta WKDS ditempatkan di RS
Pemerintah Pusat dan RS Pemerintah Daerah
18. Setiap peserta WKDS ditempatkan di rumah sakit
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terbit surat tanda
registrasi
Lanjutan.....
19. Untuk tahap awal penempatan peserta WKDS
diprioritaskan bagi lulusan pendidikan profesi dokter
spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis anak, spesialis
anak, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis anestesi dan terapi intensif.
20. Dalam hal jumlah peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis
pada 1 (satu) regional institusi pendidikan tidak mampu
memenuhi kebutuhan pelayanan spesialistik di daerah
yang diampu institusi pendidikan tersebut, maka
kebutuhan dapat dipenuhi dari regional pendidikan
lainnya. Pemenuhan kebutuhan pelayanan spesialistik
ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan
rekomendasi Komite Penempatan Dokter Spesialis.
Lanjutan...
21. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan dari Menteri atas usulan
Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/kota atau instansi
pemerintah lain wajib ditempatkan di rumah sakit
milik unit kerja pengusul.
22. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah Pusat
ditempatkan oleh Menteri.
23. Peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan diberikan oleh Pemda
Provinsi atau Pemda kabupaten/kota penempatan
dilakukan pada rumah sakit milik Pemda provinsi atau
Pemda kabupaten/kota pemberi beasiswa dan/atau
program bantuan biaya pendidikan
Lanjutan...
24. Dalam rangka WKDS Pemerintah Daerah
provinsi dan Pemenrintah Daerah
kabupaten/kota wajib menerima kembali
peserta WKDS yang merupakan penerima
beasiswa dan/atau program bantuan biaya
pendidikan yang diusulkan untuk mengikuti
tubel
25. Wajib Kerja Dokter Spesialis bagi peserta Wajib
Kerja Dokter Spesialis mandiri dilaksanakan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
26. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis mandiri
hanya dapat menjalankan praktik di Rumah Sakit
tujuan penempatan.
Lanjutan.....
27. Jangka waktu dan tempat praktik Wajib Kerja Dokter Spesialis
bagi peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis penerima beasiswa
dan/atau program bantuan biaya pendidikan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28. Peserta WKDS yang berhalangan melaksanakan tugas wajib
mendapatkan ijin dari pimpinan rumah sakit tujuan
penempatan. Peserta WKDS yang berhalangan menjalankan
tugas wajib mengganti waktu pelaksanaan WKDS sesuai
waktu yang ditinggalkan.
29. Waktu pelaksanaan WKDS berakhir apabila :
a. Telah selesai melaksanakan tuags
b. Diberhentikan
c. Tewas atau
d. wafat
Lanjutan.....
27. Pemberhentian dilakukan apabila peserta Wajib Kerja
Dokter Spesialis berhalangan melaksanakan tugas
dikarenakan alasan medis dan/atau kecacatan yang
mengakibatkan tidak dapat memberikan pelayanan
sesuai dengan keprofesiannya. Pemberhentian
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan gubernur
dan/atau bupati/walikota.
28. Dalam hal peserta WKDS yang mengalami kecacatan
masih dapat bekerja, Menteri memindahkan lokasi
penempatan ke daerah lain dengan
mempertimbangkan kondisi fisik dan kesehatan
peserta WKDS yang bersangkutan
Lanjutan.....
29.Peserta WKDS yang telah menyelesaikan WKDS
diberikan surat keterangan selesai WKDS oleh
Menteri.
30.Surat keterangan dipergunakan sebagai syarat
untuk mendapatkan surat tanda registarsi dan
salinan surat tanda registrasi
31.Masa penempatan dalam rangka WKDS
diperhitungkan sebagai masa kerja
32.Dalam rangka menjamin efektifitas dan efisiensi
penyelenggaran WKDS dapat dibentuk komite
yang bersifat ahoc dan bertanggung jawab
kepada Menteri
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
A. HAK
1. Mendapatkan Surat Ijin Praktik (SIP) yang
dikeluarkan oleh Pemda kabupaten/kota
2. Mendapatkan tunjangan
3. Mendapatkan fasilitas tempat tinggal atau
rumah dinas yang diberikan oleh Pemda dan hak
lain sesuai ketentuan peraturan
B. Kewajiban
1. Melaksanakan WKDS sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan
2. Menyerahkan Surat Tanda Registarsi dan salinan
Surat Tanda Registarsi dokter spesialis kepada
Menteri
Lanjutan....
1. Surat ijin praktik diberikan kepada peserta WKDS
mandiri sebanyak 1 (satu) buah untuk RS tujuan
penempatan
2. Pemberian surat ijin praktik bagi peserta WKDS
penerima beasiswa dan/atau program bantuan
biaya pendidikan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
3. Tunjangan diberikan oleh Menteri kepada :
a. Peserta WKDS mandiri
b. Peserta WKDS penerima penerima beasiswa
dan/atau program bantuan biaya pendidikan
dari Pemerintah Pusat yang ditempatkan oleh
Menteri.
Lanjutan....
4. Dalam hal peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis
penerima beasiswa dan/atau program bantuan biaya
pendidikan ditempatkan oleh Menteri di Rumah Sakit
milik instansi pemerintah pengusul, diberikan tunjangan
oleh instansi pemerintah pengusul.
5. Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis penerima beasiswa
dan/atau program bantuan biaya pendidikan dari
Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota yang ditempatkan di Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota pemberi beasiswa dan/atau program
bantuan biaya pendidikan, diberikan tunjangan oleh
Pemerintah Daerah.
Lanjutan....
6. Bagi peserta WKDS penerima beasiswa dan/atau
program bantuan biaya pendidikan dengan status
PNS, selain memperoleh hak pada pasal 20
(perpres) /pasal 36 (Permenkes) berhak
mendapatkan gaji sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
7. Bagi peserta WKDS mandiri selaih mendapat hak
sesuai pasal 20 (perpres) /pasal 36 (Permenkes)
dapat menerima insentif dari Pemda yang
bersumber dari APBD.
8. Besaran tunjangan yang dibayarkan dibedakan
berdasarkan kriteria lokasi penempatan
MONEV, PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi,
kepala dinas kesehatan kab/kota melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan WKDS
2. Dalam melakukan monev Menteri, kepala
dinas kesehatan provinsi, kepala dinas
kesehatan kab/kota dapat mengikutsertakan
organisasi profesi dan asosiasi institusi
pendidikan
3. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara
berjenjang dari pimpinan RS, dinkes kab/kota,
dinkes provinsi dan kepala pusat
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, kepala
dinas kesehatan kab/kota melakukan pembinan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan WKDS
2. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
dapat mengikutsertakan Komite Penempatan
Dokter Spesialis, organisasi profesi dan asosiasi
institusi pendidikan kedokteran.
3. Dalam rangka pengawasan Menteri, kepala dinas
kesehatan provinsi, kepala dinas kesehatan
kab/kota dapat memberikan sanksi administartif
terhadap peserta WKDS yang melanggar
ketentuan Peratauran Menteri sesuai tugas dan
kewenangannya
Lanjutan....
4. Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi,
kepala dinas kesehatan kab/kota melakukan
pembinan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan WKDS
5. Sanksi administratif dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian pembayaran tunjangan;
dan/atau
d. pencabutan surat izin praktik.
KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat Perpres ini mulai berlaku (12 Januari
2017) :
a. Setiap mahasiswa yang sedang dalam masa
pendidikan sebelum diundangkannya Perpres
wajib mengikuti WKDS dengan :
1) Membuat surat pernyataan akan mengikuti
WKDS pada akhir masa pendidikan
2) Melaksanakan WKDS sesuai jangka waktu
yang ditetapkan
3) Menyerahkan STR dan salinan STR dokter
spesialis kepada Menkes
KETENTUAN PERALIHAN
b. Setiap mahasiswa yang sedang menunggu
kelulisan sebelum diundangkannya Perpres
ini wajib mengikuti WKDS dengan :
1) Membuat surat pernyataan akan
mengikuti WKDS pada saat pengambilan
setifikat profesi dokter spesialis
2) Melaksanakan WKDS sesuai jangka waktu
yang ditetapkan
3) Menyerahkan STR dan salinan STR dokter
spesialis kepada Menkes
Catatan : DO Kelulusan
telah memiliki sertifikat profesi, belum wisuda,
sudah memiliki sertifikat profesi (ijazah)
KETENTUAN PERALIHAN
c. Setiap dokter spesialis yang telah lulus
program dokter spesialis di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah RI sebelum diundangkannya
Perpres dapat mengikuti WKDS secara
sukarela.
SUSUNAN KEANGGOTAAN KPDS
MASA BAKTI 2016 - 2019
NO NAMA INSTITUSI

1 Direktur Jenderal Pembelajaran dan Wakil dari Kementerian Riset, Teknologi


Kemahasiswaan dan Pendidikan Tinggi
2 Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan Wakil dari Kementerian Kesehatan
3 Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Wakil dari Kementerian Kesehatan
4 Kepala Biro Kepegawaian Wakil dari Kementerian Kesehatan
5 Kepala Pusat Perencanaan dan Wakil dari Kementerian Kesehatan
Pendayagunaan SDM Kesehatah
6 Kepala Sub Direktorat Wilayah IV, Direktorat Wakil dari Kemendagri
Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian
Perangkat Daerah
7 Prof. Dr. dr. Ova Emilia, M.M.Ed., Sp.OG(K)., Wakil dari Institusi Pendidikan
Ph.D
8 Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, Sp.P(K), Ph.D Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia
9 DR, dr. Poedjo Hartono, Sp.OG (K) Wakil dari PB IDI
10 dr. Nurdadi Saleh, Sp.OG Wakil dari Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia
11 Prof. DR. dr. Soegiharto Soebijanto,Sp.OG (K) Wakil dari Kolegium Obstetri dan
Ginekologi Indonesia
Lanjutan.......
NO NAMA INSTITUSI

12 Prof.DR.dr.Idrus Alwi, SpPD.K- Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit


KV,FINASIM,FACC,FESC,FAPSIC,FACP Dalam Indonesia
13 dr. Sumariyono, Sp.PD, K-R Wakil dari Kolegium Penyakit Dalam

14 DR.dr. Aman Bhakti Pulungan , Sp.A (K) Wakil dari Ikatan Dokter Anak Indonesia

15 DR.dr.Aryono Hendarto, Sp.A(K) Wakil dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak


16 dr..R.Suhartono,Sp.B.KV Wakil dari Perhimpunan Dokter Spesialis
Bedah Indonesia
17 DR.dr.Kiki Lukman, M(Med)Sc,FCSI Wakil Kolegium Ilmu Bedah Indonesia
18 Dr. Andi Wahyuningsih Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis
Attas,Sp.An,KIC,MARS Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
19 Prof. DR.dr. Eddy Rahardjo, Wakil dari Kolegium Anestesiologi dan Terapi
Sp.An.KIC,KAO Intensif Indonesia
20 dr. Kuntjoro Adi Purjanto, MKes Wakil Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia
21 Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, Wakil Badan Pengawas Rumah Sakit
MARS, M.Kes
PERBEDAAN PESERTA MANDIRI DAN BEASIWA/BANTUAN
PENDIDIKAN
NO RINCIAN MANDIRI PENERIMA BEASISWA /BANTUAN PENDIDIKAN
PEMERINTAH KEMENKES DAERAH
PUSAT ATAS
(LPDP, KEMHAN, USULAN
dll) DAERAH
1 Peserta √ √ √ √
2 Lokasi Penetapan Menteri • Penetapan Kembali Ke Kembali Ke
Penempat 1. (Regionalisasi sesuai Menteri daerah/RS daerah/RS
an sentra Pendidikan) (Regionalisasi yang yang
2. Kerjasama daerah sesuai sentra mengusulkan mengusulkan
dengan intitusi Pendidikan)
pendidikan  LPDP, RS
3. Bila tidak dapat pendidikan
dipenuhi oleh sentra
pendidikan sesuai
ketetapan maka • Kembali ke
dapat dipenuhi oleh instansi asal
sentra yang lain  Kemhan,
RS pendidikan
PERBEDAAN PESERTA MANDIRI DAN BEASIWA/BANTUAN
PENDIDIKAN
NO RINCIAN MANDIRI PENERIMA BEASISWA /BANTUAN PENDIDIKAN
PEMERINTAH PUSAT KEMENKES DAERAH
ATAS
USULAN
DAERAH
3 Lama Penugasan 1 tahun 1. Penetapan Menteri Sesuai Sesuai
(sesuai sentra perjanjian perjanjian
pendidikan 1 tahun
2. Kembali ke instansi
asal sesuai
perjanjian
4 Praktik 1 tempat 1. Penetapan Menteri 3 tempat 3 tempat
(lokasi sesuai sentra
penugasan) pendidikan ( 1
tempat praktik)
2. Kembali ke instansi
asal (3 tempat)
5 Tunjangan Khusus Kemenkes 1. Kemenkes Pemda Pemda
2. Instansi asal
MEKANISME PENETAPAN LOKASI DAN PESERTA WKDS
Institusi Pendidikan
Daerah melaporkan jumlah
Mengusulkan kelulusan beserta
kepada Kemenkes sumber pendanaan

Analisa Usulan
Penetapan Lokasi Kolegium mengirimkan
Rumah Sakit calon peserta WKDS

Visitasi RS oleh Tim


(Pusat, Dinkes
Provinsi dan OP
Cabang)
Penetapan Peserta

Rekomendasi Hasil
Penempatan
Visitasi
Peserta WKDS
PELAKSANAAN VISITASI I TAHUN 2016

Usulan Daerah Target Visitasi Realisasi


Visitasi Rekomendasi
144 RS 124 RS Hasil Visitasi
121 RS
113 Kab/Kota 113 Kab/Kota 90 RS
110 Kab/Kota
29 Provinsi 29 Provinsi 85 Kab/Kota
29 Provinsi
27 Provinsi
4 kab/kota
4 RS
1 kab/kota,
1 kab/kota,
8 kab/kota, 1 RS
1 RS
8 RS 5 kab/kota,
2 kab/kota, 1 kab/kota, 5 RS
3 kab/kota,
2 RS 1 RS
3 RS
1 kab/kota,
1 RS 1 kab/kota,
1 RS

8 kab/kota, 4 kab/kota,
9 RS 4 RS

1 kab/kota,
1 RS
1 kab/kota, 1 kab/kota,
1 RS 1 RS 1 kab/kota,
9 kab/kota, 1 RS
9 RS
1 kab/kota, 9 kab/kota,
1 RS 9 RS
2 kab/kota,
1 kab/kota,
2 RS
1 RS

8 kab/kota,
9 RS 7 kab/kota, 4 kab/kota,
1 kab/kota, 9 RS 4 RS
1 RS
5 kab/kota, 3 kab/kota,
1 kab/kota, 6 RS 3 RS
1 RS

Badan PPSDM Kesehatan, Januari 2017


RINCIAN LOKASI PENEMPATAN WKDS DAN KEBUTUHAN SPESIALIS
TAHUN 2017 SESUAI REKOMENDASI VISITASI TAHUN 2016
RUJUKAN USULAN KEBUTUHAN DOKTER SPESILAIS HASIL REKOMENDASI VISITASI
JUM JUM KELAS PERBATAS SP. SP SO. SP. SP SP. SP.
SP. AN SP. ANAK SP. AN
PROVINSI KAB/KOT RS REGIONAL C PROV AN ANAK BEDAH OBGYN DALAM BEDAH OBGYN DALAM
ACEH 4 4 4 3 5 4 4 4 3 2 1 2
BENGKULU 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
DI YOGYAKARTA 1 1 1 0 2 1 0 1 0 2 1 0
GORONTALO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JAWA BARAT 8 9 2 7 10 15 11 12 4 9 14 11 11 4
JAWA TENGAH 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2
JAWA TIMUR 7 9 9 9 9 7 8 2 6 6 5 5 1
KALIMANTAN BARAT 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2
KALIMANTAN SELATAN 9 9 4 5 10 5 5 5 6 8 4 3 4 5
KALIMANTAN TIMUR 3 3 1 2 1 3 0 1 1 1 3 1 1
KALIMANTAN UTARA 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
KEP. BANGKA BELITUNG 4 4 1 3 4 3 3 3 3 1 1 2 3
KEP. RIAU 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1
LAMPUNG 1 1 1 3 3 3 3 2 3
MALUKU 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 3 2
MALUKU UTARA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
NUSA TENGGARA BARAT 5 6 6 11 8 6 11 5 10 4 1 6 3
NUSA TENGGARA TIMUR 3 3 3 4 2 2 3 2 4 2 2 2 1
PAPUA BARAT 1 1 1 2 0 1 0 1 2 1 1
RIAU 2 2 1 1 0 1 0 3 1 1 0 3 0
SULAWESI SELATAN 4 4 2 2 5 3 3 3 1 5 2 3 2
SULAWESI TENGAH 5 5 3 1 1 4 4 2 3 5 2 1 1 4
SULAWESI TENGGARA 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SULAWESI UTARA 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1
SUMATERA BARAT 8 9 1 8 10 4 6 5 7 8 3 6 3 6
SUMATERA SELATAN 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1
SUMATERA UTARA 8 8 3 5 7 11 8 7 8 6 6 4 1 7
TOTAL 85 90 25 62 2 1 101 95 78 88 66 77 60 47 52 48
PELAKSANAAN WKDS TAHUN 2017
1. Target penugasan 1.000 – 1.250 dokter Spesialis Anak, Spesialis
Penyakit Dalam, Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Spesialis
Bedah dan Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif.
2. 90 (sembilan puluh) rumah sakit telah siap menjadi lokasi
penempatan WKDS dan secara simultan akan dilakukan visitasi
bagi rumah sakit yang baru mengusulkan
3. Penugasan ke lokasi penempatan dilakukan secara bertahap
sesuai dengan jumlah lulusan dari pendidikan profesi program
dokter spesialis sehingga tidak ada waktu tunggu bagi lulusan
yang akan melaksanakan WKDS
4. Berdasarkan data dari Kolegium, sebanyak ± 100 orang lulusan
dari spesialis anak, spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis
penyakit dalam, spesialis bedah dan spesialis anestesiologi dan
terapi intensif telah siap untuk ditugaskan untuk tahap
pertama.
Terima kasih 47

Anda mungkin juga menyukai