TINJAUAN PUSTAKA
Rancangan penelitian eksperimen (experiment design) jauh berbeda dari rancangan penelitian
yang telah dibicarakan pada jenis-jenis penelitian terdahulu. Pada penelitian eksperimen
memungkinkan peneliti sedini mungkin untuk mengontrol variabel bebas dan variebel yang lain,
sehingga tingkat kepastian jawaban hasil penelitian jauh lebih terkontrol dibandingkan dari jenis
penelitian dalam kelompok ex post facto, baik ditinjau dari segi validitas internal (internal validity)
maupun validitas eksternal (external validity). Hubungan sebab akibat dapat ditelusuri dengan jelas.
Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain:
Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada
siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika
dibandingkan dengan metode konvensional.
Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika dibandingkan dengan
kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan
hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel
tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:
(1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan
penelitian
(2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama;
(3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai
dengan yang dikehendakinya;
(4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan
(experimental group).
1. Kejadian (event) yang terjadi dan berlangsung di lingkungan selama percobaan dan
berkaitan dengan perlakuan.
Disatu pihak peneliti sedang melakukan perlakuan (treatment), di pihak lain di lingkungan sekitarnya
ada pula berbagai kegiatan yang mendukung terjadinya perubahan pada subjek penelitian. Kejadian,
peristiwa, ataupun keadaan yang berkembang di sekitar itu, di luar perlakuan dan berlangsung
antara pretest dan posttest dapat dirangkum dalam suatu istilah history.
Contoh:
Peneliti ingin meneliti: Pengaruh Penyuluhan tentang Penyakit Malaria Terhadap Kebersihan
Lingkungan.
2. Kematangan (maturity)
Kematangan merupakan suatu proses yang berlangsung secara alami sesuai dengan pola
pertumbuhan dan perkembangan serta tugas perkembangan seseorang. Karena itu, setiap individu
selalu berubah, cepat atau lambat. Kondisi ini akan memengaruhi perkembangan responden
penelitian. Di satu pihak ada perlakuan yang dikenakan oleh peneliti sesuai dengan aspek-aspek yang
ditelitinya, di pihak lain ada pula kematangan diri pada tiap individu yang juga menjadi penyebab
terjadinya perubahan pada diri seseorang yang sedang diteliti.
Kalau peneliti ingin melihar pengaruh sesuatu perlakuan, sejak dini perlu disadari dan
diantisipasi, mana perubahan yang terjadi sebagai akibat perlakuan dan mana pula yang terjadi
sebagai akibat kematangan. Untuk menentukan dan menemukan pengaruh tersebut, peneliti perlu
memilih rancangan eksperimen sungguhan yang lebih kompleks sehingga faktor kematangan dapat
diminimalkan kalau tidak mungkin dihapuskan.
3. Instrumentasi (instrumentation)
Perubahan sering pula terjadi sebagai akibat instrumentasi. Instrumen yang kurang valid dan
reliabel sering mengakibatkan hasil yang kurang tepat. Perubahan dalam instrumen yang digunkan
pada pretest dan posttest dapat pula menyebabkan hasil yang kurang tepat. Disamping itu, dapat
pula terjadi hasil yang kurang valid karena pengamatnya kurang baik. Namun ada pula kemungkinan
bahwa perubahan skor pada posttest karena kelelahan dan kesembronoan peneliti sendiri. Oleh
karena itu, meningkatnya skor pada posttest buka semata-mata perlakuan tetapi perubahan
instrumen, kekurangtepatan instrumen atau karena kelelahan dan kesembronoan peneliti sendiri
dalam pengumpulan data penelitian.
2.6 RANCANGAN PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN (PRE-EKSPERIMEN DESIGN)
Rancangan pada penelitian ini pada prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas internal dan
eksternal secara utuh, karena satu kelompok hanya dipelajari satu kali, atau kalo menggunakan
dua kelompok di antara kedua kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu. Karena itu,
rancangan ini sangat lemah. Beberapa rancangan penelitian pre-eksperimen yang akan
dibicarakan lebih lanjut yaitu
X o
Perlakuan Posttest
Contoh:
Penyuluhan Keluarga Berencana sebagai Salah Satu Cara Efektif Meningkatkan Sikap
Masyarakat Terhadap Keluarga Kecil dan Sejahtera.
Pada contoh diatas yang dijadikan perlakuan dalam penelitian ialan penyuluhan
tentang Keluarga Berencana. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Pada awal kegiatan ditentukan terlebih dahulu yang akan mengikuti penyuluhan
2. Pada langkah kedua terhadap semua subjek tersebut diberikan penyuluhan tentang
Keluarga Berencana, selama periode tertentu. Kegiatan ini terus dilaksanakan sampai
selesai penyuluhan
3. Pada akhir kegiatan dilakukan pengukuran dengan melaksanakan posttest.
1. Tidak ada kontrol sama sekali dan juga tidak ada validitas interdal. Hal ini terjadi karena
faktor yang memengaruhinya tidak dikendalikan
2. Hasil pengukuran tidak dapat dinyatakan secara tegas akibat perlakuan
3. Kesimpulan yang diambil dapat berbeda dari keadaan sebenarnya, atau menyesatkan
sebab hasil tidak dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Adapun keuntungan dari rancangan ini, yaitu untuk menjajaki masalah yang akan diteliti
lebih lanjut, seperti penelitian tindakan atau exploratory.
Perbedaan antara pretest dan posttest merupakan hasil perlakuan. Tetapi sulit
untuk mengatakan apakah selisih itu betul-betul merupakan akibat perlakuan, sebab
banyaknya variabel yang tidak dapat dikontrol, antara lain variabel extraneous. Di samping
itu, kematangan, keadaan di sekitar penelitian, pengetesan, regresi statistika dan mortality
experimental tidak dapat dikontrol.
O1 X O2
Contoh :
Pertama : Pada awal kegiatan sebekum perlakuan diberikan, dikenakan kepada semua
subjek (O) pretest untuk mengukur pengetahuan dan sikap mereka tentang Keluarga
Berencana, cari skor dan rata-rata hitungnya.
Kedua : Berikan perlakuan (X) pada subjek penelitian, yaitu penyuluhan tentang Keluarga
Berencana
Ketiga : Setelah selesai perlakuan, laksanakan posttest pada subjek (respoden) penelitian
Beberapa kelemahan dalam rancangan ini ialah kedua kelompok tidak sama, sebab tidak
dipilih secara random (acak). Di samping itu beberapa faktor yang memengaruhi validitas
internal, seperti kematangan, pengetesan, dan instrumentasi belum dapat dikendalikan.
Tuckman menyebutkan rancangan ini dengan istilah Intack Group Comparison. Bentuk lain
dari The Static Group Comparison Design, yaitu dengan memperkenalkan perlakuan yang
berbeda terhadap kedua kelompok, seperti diagram berikut:
X1 O1
X2 O2
Keterangan : X1 adalah perlakuan untuk kelompok pertama
X2 adalah perlakuan untuk kelompok kedua
Contoh :
Untuk kelompok pertama cara mengajar dengan pendekatan siswa aktif
Untuk kelompok kedua cara tradisional/konvensional
Rancangan ini tidak menggunakan randominasi pada awal penentuan kelompok, dan juga
kelompok sering dipengaruhi oleh variabel lain dan bukan semata-mata oleh perlakuan.
E O1 X O2
K O1 -- O2
Rancangan eksperimen sungguhan memberikan kemantapan hasil yang dicapai sebagai efek
perlakuan. Hal itu dimungkinkan karena bermacam faktor yang mengganggu validitas internal dapat
dikontrol seperti (a) faktor intrinsik, yaitu perubahan pada diri individu atau unit yang dipelajari yang
berlangsung selama penetilian, antara lain history, kematangan, pengetasan, instrumentasi,
mortalitas eksperimental, regresi statistika; dan (b) faktor ekstrinsik, yaitu kemungkinan
kecondongan hasil penelitian sebagai akibat perbedaan rekruiment (pemilihan) peserta dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Meminimalkan pengaruh faktor ekstrinsik dapat dilakukan dengan cara randomisasi dan matching,
yaitu mengontrol variabel yang telah terdahulu yang sudah diketahui, antara lain dengan jalan
memilih kelompok eksperimen berdasarkan karakteristik yang sama. Di samping itu dapat pula
dilakukan dengan membuat kelompok kontrol dan eksperimen sama dalam variabel yang relevan.
Untuk mengurangi pengaruh atau untuk mengetahui faktor ekstrinsik dapat dilakukan dengan
mengadakan kelompok kontrol. Rancangan eskperimen sungguhan yang sering digunakan dalam
penelitian sebagai berikut.
E O1 X O2
R Perlakuan
K O1 X O2
Keterangan:
E = Kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
R = Randomisasi
X = Perlakuan
- = melakukan kegiatan seperti biasa/konvensional
K - O2