Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian pada sejumlah formasi batuan di Kepulauan Tanimbar


merupakan kajian geologi sektor hulu yang akan memberikan kontribusi dalam
analisis dinamika Cekungan Tanimbar, serta memberikan informasi geologi yang
sangat dibutuhkan dalam penelitian geologi sektor tengah sampai hilir. Penelitian
terletak di daerah Kepulauan Tanimbar di bagian selatan Provinsi Maluku;
termasuk kedalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara barat dengan ibukotanya
di Saumlaki yang berada di P. Yamdena Secara astronomis, terletak pada 60 -
8030' LS dan 125045' - 1330 BT. Kepulauan Tanimbar di sebelah Utara
berbatasan langsung dengan Laut Banda, Selatan dengan Laut Timor dan Arafura,
Barat dengan gugus Pulau Babar Sermata dan Timur dengan Laut Arafura.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kerangka stratigrafi Kepulauan Tanimbar mulai dari batuan berumur pra-


Tersier sampai dengan Kuarter, yaitu : Batuan berumur pra-Tersier terdiri dari
Formasi Selu, Formasi Wotar, Formasi Labobar, dan Formasi Ungar sedangkan
batuan Tersier dan Kuarter terdiri dari Formasi Tangustabun, Formasi
Batimapudi, Formasi Batilembuti, Formasi Saumlaki dan Komplek Bubuan
(Gambar 1 dan Gambar 2).

Gambar 1. Formasi-formasi Pulau Tanimbar

( Sumber : esdm./cekungan tanimbar )

2
Gambar.2 Peta Regional Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

2.1 Stratigrafi Kepulauan Tanimbar


1. Formasi Selu
Formasi Selu, terdiri dari batupasir gampingan coklat tua sampai muda,
batuan volkaniklastika halus sampai kasar, batulempung kelabu tua,
batugamping pasiran kemerahan serta konglomerat basalan. Struktur sedimen
terdiri dari silang siur, silangsiur tulang ikan (herringbone cross
stratification), laminasi sejajar, lenticular, flaser dan kongresi " cannon ball"
(Gambar 3 ), lingkungan pembentukan di daerah dataran pasang surut (tidal
flat). Indentifikasi stratigraphic sequence terhadap penampang terukur pada
salah satu singkapan dari formasi Selu (Gambar 4) terlihat adanya potensi
suatu “Marine Flooding Surface” yang merupakan batas suatu parasequence.

3
Gambar 3. Cannon Ball
(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

Gambar 4. stratigrafi formasi selu

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

4
2. Formasi Maru

Formasi Maru, terutama terdiri dari perlapisan batupasir kuarsa, berwarna


coklat muda sampai tua, berbutir halus-sedang, terpilah sedang-buruk, sisipan
batulempung pasiran gampingan. Struktur sedimen terdiri dari paralel
laminasi dan climbing ripple. Salah satu singkapan yang ditemukan di Pulau
Maru tebalnya sekitar 3 meter memperlihatkan urutan lapisan seperti
diperlihatkan dalam penampang (Gambar 5). Salahsatu singkapan batuan dari
Formasi Maru diperlihatkan dalam (Gambar 6).

Gambar 5. Stratigrafi formasi maru

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

5
Gambar 6. Singkapan Batu pasir

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

3. Formasi Tangustabun

Formasi Tangustabun, tersusun oleh perselingan lapisan batulempung merah


dan batulempung hitam karbonan dan batupasir tufan halus berlaminasi
mengandung perselingan berlaminasi karbon. Singkapan formasi ini dapat
ditemukan di daerah Wermatang yang terdiri dari perselingan lapisan
batulempung merah dan batulempung hitam setebal kurang lebih 4,7 meter
(Gambar 7).

Gambar 7. Persilangan lapisan batuan

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

4. Formasi Batimapudi

Formasi Batimapudi, terdiri dari perselingan (5-30cm) kalkarenit dan


kalsilutit disisipi oleh kalsirudit dan atau napal. Kalkarenit berwarna putih
kekuningan-kecoklatan sampai coklat, berbutir halus sampai sangat kasar,
mengandung butiran atau pecahan batugamping dan foraminifera. Kalsilutit

6
atau mudstone dan wackstone berwarna coklat-abu-abu muda, terkadang
mengandung beberapa fragmen fosil seperti koral dan bivalve sedangkan
kalsirudit secara dominan tersusun oleh pecahan batugamping dan fosil
berukuran lebih besar dari 2 mm. Kalsirudit ini sering membentuk endapan
chanel. Struktur sedimen terdiri dari perlapisan berangsur (graded bedding),
laminasi konvolut (convolute lamination), laminasi sejajar, laminasi
silangsiur, mendatan (slump structure) dan cetakan suling (flute cast)
(Gambar 8).

Gambar 8. Persilangan lapisan batuan

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

5. Formasi Batulembuti

Formasi Batulembuti, juga ditemukan berupa napal, berlapis tidak baik atau
masif, mengandung kaya akan fosil foraminifera. Lingkungan pengendapan
berupa laut terbuka dengan menunjukkan umur Plistosen Awal (N22)
sedangkan fosil bentonik menunjukkan kedalaman 100-300 meter. Formasi
Batilembuti berada selaras di bawah Formasi Saumlaki dan berada tidak
selaras di atas Formasi Batimapudi.

7
6. Formasi Saumlaki

Formasi Saumlaki, terdiri dari batugamping terumbu dan perlapisan (5-50


cm) batugamping bioklastika. Batugamping terumbu disusun oleh branching
koral. Batugamping bioklastika merupakan batugamping kalkarenit berbutir
kasar -sangat kasar mengandung fragmen koral, gastropoda dan palecipoda
(Gambar 9).

Gambar 9. Batugamping

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

7. Formasi Komplek Lumpur Bubuan

Komplek Lumpur Bubuan merupakan batuan campur aduk atau melange


yang terdiri dari beraneka macam dan ukuran bongkah batuan yang berada
dalam masa dasar lempung yang tidak tergeruskan. Bongkah batuan terdiri
dari batuan sedimen : batupasir kuarsa, batupasir glaukonitan, batulanau,
rijang, breksi, nodul feromanganis, batulumur karbonan ; batuan beku :
serpentinit, gabro, basalt dan batuan malihan: sekis. Masadasar berupa
lempung lembek, tidak terkonsolidasikan, berwarna kelabu kecoklatan
(Gambar 10).

8
Gambar 10. Endapan alluvium

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

2.2 Struktur dan Tektonik

Gambar 11. Tektonik Indonesia Timur

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

Arah tegasan utama terbesar (maximum principal stress) regional yang


bekerja di dalam pembentukan pola dan jenis sesar di Kepulauan Tanimbar di
antaranya dapat ditafsirkan berdasarkan arah/pola struktur (extensional) dan
kompresional regional yang terjadi di kawasan ini (Gambar 11 dan Gambar 12).
Struktur ekstensional, dari tua sampai muda terdiri dari Graben Goulburn berarah
tenggara-baratlaut, graben berarah utara-selatan, dan Graben Calder-Malita
berarah barat daya-timurlaut. Masing-masing arah bukaan mencerminkan arah

9
tegasan utama terbesar pada periode deformasi yang berbeda. Selain itu struktur
kompresional diperlihatkan oleh Palung Tanimbar (Tanimbar through) yang
merupakan jalur tabrakan (collisional /subduction zone) antara Busur Banda
dengan Lempeng Australia yang kira-kira berarah baratdaya–timurlaut yang
berubah menjadi struktur ekstensional.

Gambar 12. Tektonik Indonesia Timur

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

Dari data struktur geologi regional (Busur Banda bagian selatan termasuk
Pulau Tanimbar) maupun struktur geologi lokal Pulau Tanimbar dan sekitarnya,
dapat ditarik butir-butir deformasi seperti dibawah :

Arah umum tegasan utama terbesar (σ1) dan periode deformasi regional (Busur
Banda bagian selatan, termasuk Pulau Tanimbar) :

1. Periode deformasi D1 (Perm Bawah), dengan tegasan utama terbesar


regional (σ1) = N308°E–N128ºE, membentuk Goulburn graben, yang
dibatasi oleh sesar berarah N320ºE–N140°E.

10
2. Periode deformasi D2 (Perm Atas – Trias Bawah), dengan tegasan utama
terbesar regional (σ1) = N88°E–N268°E, membentuk Palung Timor,
dibatasi sesar dengan arah umum N87°E–N267°E,
3. Periode deformasi D3 ( Jura Tengah – Jura Atas ), dengan oleh tegasan
utama terbesar regional (σ1) = N58°E–N128°E, membentuk Malita-Calder
graben, yang dibatasi sesar berarah N55°E – N235°E,
4. Periode deformasi D4 (Kapur Bawah – Kapur Atas), dengan tegasan
utama terbesar regional (σ1) = N47°E–N227°E, dmembentuk Calder
graben, dan Palung Tanimbar yang dibatasi oleh sesar berarah N45°E–
N225°E,
5. Periode deformasi D5a (Eosen Atas), dengan tegasan utama terbesar
regional (σ1) = N28°E–N208°E, membentuk Calder graben dan Palung
Aru, dibatasi sesar berarah umum N28°E – N208°E,
6. Periode deformasi D5b (Oligosen Atas – Miosen Bawahdengan tegasan
utama terbesar regional (σ1) = N18°E–N198°E, membentuk Calder
graben, dibatasi sesar dengan arah umum N17°E–N197°E,
7. Periode deformasi D6a (Miosen Atas – Pliosen Bawah), dengan tegasan
utama terbesar regional (σ1) = N03°E–N183°E, membentuk cekungan-
cekungan kecil yang dibatasi sesar dengan arah umum N07°E – N187°E,
8. Periode deformasi D6b (Pliosen Atas – Plistosen Bawah), dipengaruhi
tegasan utama terbesar regional (σ1) = N03°E–N183°E, membentuk
cekungan-cekungan kecil yang dibatasi sesar dengan arah umum N07°E –
N187°E,

Sesar-sesar makroskopis Pulau Tanimbar, berjumlah kurang lebih 143


segmen sesar, dan terbagi menjadi 9 kelompok arah umum segmen sesar
makroskopis (Gambar 13).

11
Gambar 13. Sesar-sesar makroskopis Pulau Tanimbar

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

Dalam peta anomali Bouguer, anomali regional dan anomali sisa dapat
dibedakan daerah anomali tinggi, anomali sedang dan anomali rendah. Batas
daerah anomali tersebut merupakan segmen-segmen kelurusan yang berarah
baratdaya-timurlaut, tenggara-baratlaut, utara-selatan atau barat timur, yang
kemungkinan mencerminkan dibentuk oleh struktur sesar. Pola kontur tertutup
yang berada di antara batas-batas anomali merupakan pola tertutup yang dapat
mencerminkan adanya struktur lipatan. Kontur anomali tertutup pada daerah
anomali rendah dan tinggi kemungkinan dikontrol oleh struktur lipatan. Daerah
anomali rendah membentuk depresi sedangkan anomali tinggi membentuk
tinggian. Hal ini konsistent dengan hasil penelitian geomagnet yang diperlihatkan
oleh peta anomali magnet total yang ditunjukkan oleh batas antara daerah anomali
positif dan negatif juga memperlihatkan arah yang sama dengan segmen-segmen
yang diperlihatkan dalam peta gaya berat. Kontur anomali magnet total juga
memperlihatakn kontur tertutup yang berderet dengan arah yang relatif sama
(Gambar 14 dan Gambar 15).

12
Gambar 14. Kontur anomali magnet

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

Gambar 15. Sub-basins tanimbar

(Sumber : esdm.go.id/cekungan tanimbar)

13
BAB III

KESIMPULAN

Kerangka stratigrafi Kepulauan Tanimbar mulai dari batuan berumur pra-


Tersier sampai dengan Kuarter, yaitu : Batuan berumur pra-Tersier terdiri dari
Formasi Selu, Formasi Wotar, Formasi Labobar, dan Formasi Ungar sedangkan
batuan Tersier dan Kuarter terdiri dari Formasi Tangustabun, Formasi
Batimapudi, Formasi Batilembuti, Formasi Saumlaki dan Komplek Bubuan.

Struktur yang terjadi di Kepulauan Tanimbar struktur (extensional) dan


kompresional regional. Struktur ekstensional, dari tua sampai muda terdiri dari
Graben Goulburn berarah tenggara-barat laut, graben berarah utara-selatan, dan
Graben Calder-Malita berarah barat daya-timur laut, Selain itu struktur
kompresional diperlihatkan oleh Palung Tanimbar (Tanimbar through) yang
merupakan jalur tabrakan (collisional /subduction zone) antara Busur Banda
dengan Lempeng Australia yang kira-kira berarah baratdaya–timurlaut yang
berubah menjadi struktur ekstensional.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.”Dinamika Cekungan Tanimbar”.


http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/component/content/article/18
9-penurunan-status-g-soputan-dari-siaga-level-iii-menjadi-
waspada-level-ii/ Diakses pada Senin, 1 – November – 2016 jam
14.50

Anonim. 2009. “The Geology of Indonesia/Arafura Sea”.


https://en.wikibooks.org/wiki/The_Geology_of_Indonesia/Arafura
_Sea/ Diakses pada Senin, 1 – November – 2016 jam 15.20

B. Rachmad Irwansyah. 2015. “Tanimbar Basin FIX”.


https://www.scribd.com/doc/259601562/Tanimbar -Basin-FIX/
Diakses pada Senin, 1 – November – 2016 jam 16.00

M. G. Audley-Charles, P. A. Allen and, P. Homewood. 2009 “Timor–Tanimbar


Trough: The Foreland Basin of the Evolving Banda Orogen”.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781444303810.ch5/su
mmary/ Diakses pada Senin, 1 – November – 2016 jam 16.10

15

Anda mungkin juga menyukai