Anda di halaman 1dari 2

I.

Latar Belakang

Fleksibilitas pada tubuh manusia secara umum didefinisikan sebagai suatu rentang
pergerakan di sekitar sendi atau sekelompok sendi tertentu dalam kombinasi fungsional.
Sedangkan fleksibilitas otot – otot lumbal merupakan kemampuan maksimum otot – otot di
regio lumbar untuk menggerakkan sendi dalam jangkauan gerakan. Fleksibilitas dapat diukur
untuk menentukan seberapa fleksibel seorang individu. Banyak faktor yang mempengaruhi
fleksibilitas pada tubuh manusia, diantaranya adalah jaringan tubuh, sistem saraf, psikis, usia,
jenis kelamin, temperatur tubuh, serta partisipasi yang teratur dan lama dalam olahraga.

Tulang punggung (spine) berfungsi sebagai penopang tubuh yang baik karena memiliki
dua jenis stabilisator (stabilisator intrinsik dan stabilisator ekstrinsik). Di dalam fleksibilitas
trunk diperlukan adanya kelentukan pada otot-otot punggung, otot – otot abdomen, tendon,
ligamen dan sendi. Kurangnya fleksibilitas otot – otot inilah yang akan mengakibatkan
terbatasnya lingkup gerak sendi (LGS) dan oleh karena adanya kekuatan otot dan tendon
sehingga dapat menyebabkan kontraktur sendi.

Dalam setiap kegiatan sehari-hari tanpa disadari oleh masyarakat disibukkan dengan
berbagai kegiatan yang membutuhkan pergerakan sendi, dan seringkali bekerja tanpa
memperhitungkan waktu untuk istirahat. Sikap kerja yang kurang baik, posisi atau teknik saat
menyelesaikan pekerjaan yang salah dapat menimbulkan masalah, salah satunya stress/ strain
pada otot, tendon, dan ligamen yang apabila dilakukan terus menerus dapat menyebabkan
keluhan nyeri punggung. Misalnya, untuk anak usia sekolah atau kuliah, kebiasaan duduk saat
kegiatan belajar mengajar pada posisi yang salah dan terlalu lama, sehingga dapat
menimbulkan nyeri pinggang.

Tingkat kelenturan yang adekuat dapat meningkatkan mobilitas lumbal dan


kemampuan fungsional individu dan mengurangi kemungkinan terjadinya resiko ketegangan
otot. Maka dari itu, diperlukan usaha untuk memulihkan mobilitas lumbal dan aktivitas
fungsional lumbal yaitu dengan program back exercise. Berbagai metoda back exercise telah
dikembangkan, diantaranya adalah latihan fleksi punggung (Williams’ flexion exercises), dan
latihan ekstensi punggung (Mc Kenzie exercises) yang secara teoritis dapat mengurangi tekanan
beban tubuh (articular weight-bearing stress) pada sendi faset vertebrae dan meregangkan
fasia serta otot-otot dorsolumbal, sehingga bermanfaat untuk memulihkan mobilitas atau
fleksibilitas lumbal. Namun demikian, walaupun saat ini back exercise telah banyak digunakan
dalam pengelolaan nyeri punggung, masih terdapat kontroversi mengenai manfaatnya.
Menurut William bahwa latihan ini dapat menyeimbangkan antara kelompok otot
postural fleksor dan ekstensor

Menurut van Tulder dan Koes (2001)3 serta Jackson (2002),14 dari berbagai penelitian
yang pernah dilakukan tentang efek back exercise pada NPB dibandingkan dengan modalitas
terapi fisik yang lain, ternyata didapatkan hasil yang seimbang antara penelitian-penelitian
yang melaporkan bahwa back exercise lebih bermanfaat dan penelitian-penelitian yang
melaporkan back exercise tidak lebih bermanfaat daripada modalitas terapi fisik yang lain
dalam memulihkan keterbatasan mobilitas lumbal dan aktivitas fungsional individu dengan
NPB. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat
back exercise, terutama dengan metoda-metoda khusus, pada kasus-kasus NPB mekanik ini.
Atas dasar pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan.

Faktor yang berpengaruh adalah.... Pentingnya.... Sehingga akan banyak kesulitan yang
didapat apabila adanya penurunan fungsional pada fleksibilitas lumbal  Perlu adanya latihan
yang baik dan benar (efektif) untuk meningkatkan fleksibilitas lumbal  yaitu william flexion
blablablabla (lihat lagi di oret – oret)

Dalam setiap kegiatan sehari-hari remaja putri disibukkan dengan berbagai kegiatan
perkuliahan. Kebiasaan duduk saat kegiatan kuliah pada posisi yang salah dan terlalu lama,
sehingga dapat menimbulkan nyeri pinggang. Posisi itu menimbulkan tekanan tinggi pada saraf
tulang setelah duduk selama 15 sampai 20 menit otot punggung biasanya mulai letih maka
mulai dirasakan nyeri punggung bawah namun orang yang duduk tegak lebih cepat letih,
karena otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk membungkuk kerja
otot lebih ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar (Tarwaka, 2004). Hal tersebut
akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang menjaga
keseimbangan, manifestasi yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi otot yang dalam
waktu terus menerus dan hal yang sama yang terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh
ke salah satu sisi (Rahayussalim, 2011). Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem
muskulosketal tulang belakang akan mengalami bermacammacam keluhan antara lain: nyeri
otot, keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang atau back pain, kontraktur otot,
dan penumpukan problematik akan berakibat pada terganggunya aktivitas kehidupan sehari-
hari bagi penderita, seperti halnya gangguan pada sistem pernapasan, sistem

Anda mungkin juga menyukai