Anda di halaman 1dari 4

Sepanjang hari kemarin puluhan penerbangan di Bandara Soekarno Hatta dibatalkan.

Setidaknya
94 penerbangan dari Jakarta menuju Bali dan beberapa penerbangan yang membutuhkan transit
di Bandara Internasional Ngurah Rai dibatalkan. Hal yang sama juga dialami oleh penerbangan
menuju Bali dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri akibat kembali ditutupnya
Bandara Ngurah Rai sampai Rabu (29/11) pagi pukul 07.00.

Kita berharap penutupan Bandara Ngurai Rai tidak berkepanjangan. Dan hari ini bandara
tersebut benar-benar kembali dibuka sehingga pergerakan orang dari dan menuju Bali melalui
jalur udara bisa berjalan normal. Dengan begitu, aktivitas ekonomi di bandara Bali dan
sekitarnya tidak begitu terdampak erupsi Gunung Agung.

Batalnya puluhan penerbangan menuju dan keluar Bali merupakan sisi lain akibat dari bencana
erupsi Gunung Agung. Kita menyadari, bencana erupsi ini telah membuat puluhan ribu warga
Bali mengungsi. Mereka hidup di sejumlah titik pengungsian. Para pengungsi ini perlu mendapat
perhatian dari pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Organisasi-organisasi
kemasyarakatan juga dibutuhkan untuk bahu-membahu dalam meringankan kesusahan yang
dialami pengungsi.

Penanganan pengungsi yang terkoodinasi dengan baik akan membuat masyarakat yang sedang
menghadapi cobaan berat ini lebih ringan menghadapinya. Mudah-mudahan pengalaman
pemerintah selama ini dalam menghadapi bencana, membuat penanganan pengungsi akibat
erupsi Gunung Agung berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kita juga berharap, aktivitas erupsi Gunung Agung akan menurun. Sehingga, tidak hanya
pengungsi yang akan menyambut dengan lebih lega penurunan tersebut, tetapi juga Bandara
Ngurah Rai akan beroperasi secara normal kembali.

Semoga hari ini bandara di Pulau Dewata tersebut benar-benar beroperasi kembali. Kalau
akhirnya erupsi Gunung Agung masih belum dapat diprediksi kapan berakhirnya, mudah-
mudahan masyarakat pariwisata di Bali dapat menghadapi masalah ini dengan lapang dada.

Kita memahami pariwisata merupakan penggerak utama roda ekonomi Bali. Bahkan, jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Bali menduduki angka pertama secara nasional dibandingkan
daerah lain. Tidak saja wisatawan lokal, tetapi wisatawan asing juga terbanyak yang datang ke
Indonesia, tujuannya adalah Bali.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, daerah tujuan wisata Pulau Bali
menerima kunjungan wisatawan mancanegara 4,92 juta orang selama tahun 2016. Angka itu
meningkat 23,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 4,001 juta orang.

Wisatawan datang dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya melalui
Bandara Ngurah Rai sebanyak 4,85 juta orang. Dan sisanya 75.303 orang melalui pelabuhan laut.
Biasanya puncak kedatangan wisatawan, antara lain, pergantian Tahun Baru dan hari libur
nasional. Namun dengan terjadinya erupsi ini, kemungkinan jumlah wisatawan akan menurun
cukup tajam. Apalagi, dengan ditutupnya bandara yang merupakan pintu utama masuknya
wisatawan asing.

Ketika erupsi Gunung Agung pada Oktober lalu, potensi kerugian wisata Bali diperkirakan
mencapai. 20 juta dolar AS. Pada bulan itu setidaknya 60 ribu wisatawan asing membatalkan
kunjungan ke Bali dan rata-rata wisatawan menghabiskan sekitar 1.300 dolar AS di Bali.

Pada Oktober tidak ada penutupan bandara. Dengan kejadian beberapa hari terakhir ini, potensi
kerugian wisata Bali bukan tidak mungkin akan lebih besar. Apalagi, penutupan Bandara Ngurah
Rai bisa dilakukan sewaktu-waktu karena pengaruh erupsi Gunung Agung yang belum ada
tanda-tanda akan menurun.

Kalau akhirnya banyak wisatawan asing yang membatalkan wisatanya ke Bali, pemerintah pusat
dan Pemrov Bali juga hendaknya memberi perhatian terhadap nasib pelaku wisata Bali agar tidak
benar-benar terpuruk.

Dampak Erupsi Gunung Agung, Kunjungan Turis ke Bali Turun 4,54 Persen

Wisatawan asing dari Bali turun dari kapal di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur,
Rabu (29/11/2017). Meletusnya Gunung Agung di Bali berdampak pada jumlah wisatawan dari
Bali menuju Jawa melalui pelabuhan Ketapang meningkat 113 persen dari biasanya 1.112
penumpang, dan data PT ASDP Ketapang, peningkatan terbesar terjadi pada angkutan bus dan
travel mencapai 807 persen atau 417 armada.

Wisatawan asing dari Bali turun dari kapal di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur,
Rabu (29/11/2017). Meletusnya Gunung Agung di Bali berdampak pada jumlah wisatawan dari
Bali menuju Jawa melalui pelabuhan Ketapang meningkat 113 persen dari biasanya 1.112
penumpang, dan data PT ASDP Ketapang, peningkatan terbesar terjadi pada angkutan bus dan
travel mencapai 807 persen atau 417 armada.(ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYA)

Erupsi Gunung Agung di Bali yang terjadi sejak Oktober lalu berdampak pada jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman).

Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat, kunjungan wisman pada Oktober 2017 sebesar 1,16 juta
kunjungan. Angka ini turun 4,54 persen dibanding September 2017.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan kunjungan wisman tersebut terjadi karena
penurunan kunjungan wisman yang melalui Bandara Ngurah Rai, Bali sebesar 15,99 persen
dibanding bulan sebelumnya.

Suhariyanto mengatakan, kunjungan wisman yang melalui bandara tersebut menyumbang 40


persen terhadap total wisman.
"Pada periode ini turun 15,99 persen month to month karena meletusnya Gunung Agung," kata
Suhariyanto, Senin (4/12/2017).

Erupsi Gunung Agung terlihat dari salah satu Pura di Kubu, Karangasem, Bali, 26 November
2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus
meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang
terdengar sampai radius 12 kilometer.

Erupsi Gunung Agung terlihat dari salah satu Pura di Kubu, Karangasem, Bali, 26 November
2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus
meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang
terdengar sampai radius 12 kilometer.(AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA)

Tak hanya itu, penurunan secara bulanan juga terjadi pada wisman yang melewati Bandara
Soekarno Hatta sebesar 1,7 persen dan yang melewati Bandara Internasional Batam sebesar 4,89
persen.

Meski begitu, kunjungan wisman Oktober 2017 dibanding Oktober 2016 masih mencatatkan
kenaikan 11,3 persen year on year (YoY).

Suhariyanto juga mengatakan, pada Oktober 2017 kunjungan wisman paling banyak melalui 19
pintu utama sebesar 964.887 kunjungan. Sisanya, sebesar 193.712 kunjungan, merupakan
kunjungan di luar 18 pintu utama.

Calon penumpang menunggu jadwal penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali, Sabtu
(25/11/2017) malam. Sebanyak 17 jadwal penerbangan internasional dari dan menuju Bali
dibatalkan karena dampak erupsi Gunung Agung.

Calon penumpang menunggu jadwal penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali, Sabtu
(25/11/2017) malam. Sebanyak 17 jadwal penerbangan internasional dari dan menuju Bali
dibatalkan karena dampak erupsi Gunung Agung.

Dengan demikian, kunjungan wisman secara kumulatif Januari-Oktober 2017 tercatat 11,62 juta
kunjungan atau naik 23,55 persen. Jumlah itu merupakan jumlah tertinggi dibanding kunjungan
wisman selama satu tahun pada tahun-tahun sebelumnya.

Dampak Erupsi Gunung Agung, Okupansi Hotel Turun Drastis

Erupsi Gunung Agung berdampak signifikan terhadap okupansi hotel. Ketua Perhimpunan Hotel
dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati membenarkan hal
itu.

Ia mengatakan rata-rata okupansi hotel per harinya berkisar antara 20-25 persen, dan okupansi
bulanan berkisar 35 persen. “Kalau dibandingkan dengan data tahun lalu yang rata-rata 70–80
persen untuk bulan Desember,” ungkapnya.
Bahkan saat airport ditutup, okupansi sangat rendah sekitar 15-20 persen pada homestay di
Ubud. Karena wisatawan lebih memilih hotel dekat airport.

Pengamat Ekonomi dari Undiknas, Prof.Dr. IB Raka Suardana, SE., MM., menilai, dengan
penutupan bandara, menurunkan tingkat kunjungan wisatawan. Penumpang yang batal karena
445 penerbangan cancel saat penutupan Bandara Ngurah Rai mencapai 59.000 orang

Erupsi Gunung Agung Ungkap Cacat Pariwisata Indonesia

Lumpuhnya Bali akibat erupsi Gunung Agung mengungkap realita pahit, betapa sektor pariwisata terlalu
bergantung pada devisa dari Pulau Dewata. Rendahnya daya serap destinasi wisata lain menjadi batu
sandungan terbesar.

Banyak yang bergeming ketika Presiden Joko Widodo mencetuskan ide pembangunan 10 destinasi
wisata di luar Bali Agustus silam. Toh semua kawasan tersebut bukan tak dikenal di kalangan wisatawan
domestik dan belum memiliki infrastruktur sebaik Bali.ketika letusan Gunung Agung melumpuhkan
pulau Dewata, gagasan tersebut menjadi jalan keselamatan bagi pariwisata Indonesia. Saat ini Bali
menopang 40% devisa negara dari sektor pariwisata. Setiap tahun pulau kecil di tepi Samudera Hindia
itu mengirimkan 70 triliun Rupiah ke kas pemerintah. Dan erupsi Gunung Agung menjadi pengingat
betapa besar kebergantungan pariwisata Indonesia terhadap Pulau Dewata.Saat ini Bali kehilangan
pemasukan senilai 234 miliar per hari akibat abu vulkanik dari Gunung Agung. Menteri Pariwisata Arief
Yahya menaksir jika gangguan terhadap lalulintas penerbangan berlanjut, Indonesia bisa kehilangan 9
triliun Rupiah pada bulan Desember.

Erupsi Gunung Agung juga berdampak signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia yang ditargetkan pemerintah. Arief meyakini target kunjungan wisatawan asing yang sebesar
15 juta orang per tahun akan meleset menjadi cuma 14 juta orang. Celakanya bencana alam tersebut
terjadi ketika Bali sedang bersiap menyambut serbuan wisatawan di musim liburan.

Indonesia toh terbentang 5.000 kilometer dan memiliki 17.000 pulau yang jika dikunjungi satu persatu,
membutuhkan waktu hampir separuh abad. Namun angka tersebut tidak merefleksikan daya serap
pariwisata Indonesia.

Contoh paling dekat adalah Lombok. Pulau yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Bali itu juga
memiliki keindahan yang tak kalah mempesona. Namun saat ini Lombok hanya memiliki sepersepuluh
jumlah kamar penginapan yang dimiliki Bali. Bahkan jika hanya separuh wisatawan asing yang terjebak
erupsi Gunung Agung beralih ke Lombok, mereka tidak akan mendapat penginapan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai