Anda di halaman 1dari 37

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM
DIFUSI

KELOMPOK 2

ANGGOTA

ANANDA PUTRA S.(1106070703)


FEIZAL IBRAHIM (1106068415)
JOHANNES IVAN DENNIS SILITONGA (1206773300)
OLIVIA CESARAH TARIGAN (1106070754)
YESSICA HANNAULI (1106070880)

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
DEPOK
MEI 2014
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3


1.1 Tujuan Percobaan ................................................................................... 3
1.2 Teori Dasar ............................................................................................. 3
1.2.1 I. 2. 1. Difusi Molekular Gas ................................................................. 5
1.2.2 Difusi Molekular pada Cairan .............................................................. 10
BAB II PROSEDUR PERCOBAAN .......................................................................... 13
2.1. Prosedur Percobaan .............................................................................. 13
2.1.1. Koefisien Difusi Gas ............................................................................ 13
2.1.2. Koefisien Difusi Cair ........................................................................... 14
BAB III PENGOLAHAN DATA ................................................................................ 16
3.1. Data Percobaan ..................................................................................... 16
3.1.1. Koefisien Difusi Gas ............................................................................ 16
3.1.2. Koefisien Difusi Cair ........................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 31
4.1. Difusi Gas ............................................................................................. 31
4.1.1. Analisa Percobaan ................................................................................ 31
4.1.2. Analisa Hasil ........................................................................................ 31
4.1.3. Analisa Kesalahan ................................................................................ 31
4.2. Difusi Cair ............................................................................................ 31
4.2.1. Analisa Percobaan ................................................................................ 31
4.2.2. Analisa Hasil ........................................................................................ 33
4.2.3. Analisa Kesalahan ................................................................................ 35
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 36
5.1. Kesimpulan Percobaan......................................................................... 36
5.2. Saran .................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 37

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa dapat menggunakan persamaan dasar perpindahan massa
untuk diaplikasikan pada pengukuran koefisien difusi

1.2 Teori Dasar


Difusi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, seperti lantai yang basah dalam kurun waktu tertentu akan kembali
kering. Difusi merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa. Massa akan
berpindah dari suatu keadaan yang memiliki konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Perpindahan massa yang terjadi dapat berlangsung dalam fasa gas
maupun dalam fasa cair. Peristiwa difusi akan terus berlangsung hingga
tercapainya kondisi kesetimbangan antara dua keadaan dimana sebelumnya
terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu komponen pada masing-masing
keadaan. Oleh karena itu proses difusi akan dapat berlangsung secara kontinyu
apabila dipertahankan perbedaan (gradien) konsentrasinya antara kedua keadaan
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan
tempat akan berdifusinya suatu molekul.
Difusi molekular dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau pergerakan
suatu molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang acak. Kita dapat
membayangkan suatu molekul yang bergerak lurus dan kemudian akan bergerak
dengan acak akibat tabrakan dengan molekul yang lain. Karena pergerakan
melekul berlangsung dalam gerakan acak, maka pergerakan molekul sering
disebut sebagai Random-Walk Process.

Gambar 1.1. Gerakan acak pada proses difusi

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 4

Pada gambar.1 diilustrasikan bahwa proses difusi molekular berlangsung


dalam arah yang acak. Molekul A akan berdifusi melalui molekul B dari bagian
bawah ke bagian atas. Hal ini disebabkan karena molekul A lebih terkonsentrasi
pada bagian bawah dibandingkan pada bagian atas maka molekul A akan
nerdifusi ke bagian atas molekul B.

Sebagai contoh lain adalah tinta biru yang diteteskan dalam air bening.
Tinta akan berdifusi perlahan-lahan ke seluruh bagian air hingga diperoleh kondisi
kesetimbangan (tidak adanya gradien konsentrasi). Untuk menaikkan laju difusi
dapat dilakukan pengadukan, sehingga kondisi kesetimbanga dapat lebih cepat
dicapai.

Difusi tidak terbatas hanya pada perpindahan lapisan stagnan (diam) zat
padat atau zat cair saja. Difusi juga terjadi dalam fase fluida pencampuran fisika
dan pusaran Eddy aliran turbulen, sama seperti aliran kalor dalam fluida dapat
terjadi karena konveksi. Peristiwa ini disebut difusi pusaran (Eddy diffusion).

Pada fluida yang mengandung banyak komponen yang akan berdifusi


dalam keadaan diam berlaku hukum Frick untuk campuran antara hukum A dan
B,yaitu :
dx A
J*AZ = -cDAB (1)
dz
Keterangan :
J*AZ = flux molar komponen A pada arah sumbu z untuk arah molekular
(kgmolA/s.m2)
DAB = difusi molekular molekul A melalui B (m2/s)
z = jarak difusi (m)

c = konsentrasi A dan B (kgmol/m3)


xA = fraksi mol dari A dari campuran A dan B.
Jika c adalah konstan, karena cA = cxA maka :
cdxA = d(cxA) = dcA (2)
Substitusikan persamaan (1) ke persamaan (2) menghasilkan persamaan difusi
untuk konsentrasi yang konstan :

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 5

dc A
J*AZ = -DAB (3)
dz
Persamaan (3) umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi proses difusi
molekular. Apabila nilai c bervariasi, maka yang digunakan dalam persamaan (3)
adalah nilai konsentrasi rata-ratanya.
Untuk aliran massa yang turbulen dengan konsentrasi yang konstan
berlaku persamaan :
dc A
J*AZ = -(DAB + εM) (4)
dz
Dimana εM difusivitas massa turbulen ataudengan satuan m2/s.

1.2.1 Difusi Molekular Gas


Pada gambar.2 dua gas A dan B pada tekanan total P dalam dua buah
tangki yang dihubungkan oleh pipa dimana difusi molekular dalam keadaan
steady state terjadi.

Gambar 1.2. Equimolar counterdiffusion untuk gas A dan B

Putaran pengaduk menjaga agar konsentrasi pada setiap tangki adalah


homogen/uniform. Tekanan parsial pA1 > pA2 dan pB2 > pB1. Molekul A akan
berdifusi ke tangki sebelah kanan dan molekul B akan berdifusi ke tangki sebalah
kiri. Karena tekanan total P konstan, maka junlah total molekul A yang berdifusi
ke tangki sebelah kanan harus sama dengan jumlah molekul B yang berdifusi ka

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 6

tangki sebelah kiri. Jika hal ini tidak berlangsung maka tekanan total tidak akan
konstan. Hal ini berarti :
J*AZ = -J*BZ (5)
Dimana subscript z menunjukkan arah difusi molekular.
Hukum fick molekul b untuk konsentrasi yang konstan :
dc B
J*B = -DBA (6)
dz
Karena P = pA + pB = konstan, maka :
c = cA + cB (7)
Dengan mendiferensialkan kedua sisi,
dcA = -dcB (8)
mensubstitusi persamaan (8) ke (6) diperoleh :
dc A dc A
J*AZ = -DAB = -J*B = - (-) DAB (9)
dz dz
Mensubstitusi persamaan (8) ke (9) didapat,
DAB = DBA (10)
Persamaan tersebut menunjukkan pada campuran biner gas A dan gas B koefisien
difusi DAB untuk A berdifusi melalui B akan sama dengan DBA, koefisien difusi B
melalui A.

Kasus khusus dimana molekul A berdifusi melalui bagian stagnan, molekul


B tidak berdifusi
Peristiwa berdifusinya molekul A melalui molekul B yang tidak berdifusi
sering terjadi. Pada keadaan ini terdapat daerah batas yang tidak memungkinkan
molekul B berdifusi ke dalam daerah yang lebih banyak molekul B.
Sebagai contoh adalah berdifusinya aseton (A) yang terdapat pada bagian
bawah pipa kapiler menuju bagian atas dimana terdapat molekul udara (B) yang
mengalir pada bagian atas. Dapat diilustrasikan pada gambar 3.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 7

Gambar 1.3. difusi komponen A melalui komponen B yang tidak bergerak : (a) difusi aseton ke
udara, (b) ammonia diabsorb oleh air.

Molekul udara (B) tidak dapat berdifusi ke daerah yang mayoritas aseton,
hal ini disebabkan oleh karena adanya daerah batas 1 dimana udara tidak dapat
larut dalam aseton. Pada titik 2 tekanan parsial pA= 0, karena tidak sebanding
dengan volume udara yang melalui titik tersebut.

Contoh lainnya adalah seperti ditunjukkan pada gambar dimana terjadi


absorbsi uap NH3 (A) yang berada dalam udara menuju air. Permukaan air
bersifat imepermebel terhadap uadara (B), karena udara hanya sedikit larut dalam
air. Karena komponen B tidak dapat berdifusi, maka NB = 0.

Untuk menurunkan persamaan difusi komponen A melalui komponen B


yang tidak dapat berdifusi dapat disubstitusi dengan persamaan umum :
dx A c
NA = -cDAB + A (NA + NB), untuk NB = 0, maka :
dz c
dx A c
NA = -cDAB + A (NA + 0) (11)
dz c
Karena tekanan total p adalah konstan, dengan mensubstitusi persamaan c=P/RT,
pA=xAP, cA/c=pA/P ke persamaan (11) diperoleh :
D AB dp A P
NA = + A NA (12)
RT d z P

Dengan menyusun ulang persamaan tersebut untuk kemudian diintegrasikan :


 P  D dp A
NA = 1  A  = - AB (13)
 P RT d z

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 8

z2 PA1
D AB dPA
NA  dz =
z1 RT  1 p
PA 2 A /P
(14)

DAB P P  PA2
NA = ln (15)
RT ( z 2  z1 ) P  PA1
Persamaan (15) merupakan persamaan akhir yang dapat digunakan untuk
menghitung flux A. karena P = pA1 + pB2 = pA2 + pB2, maka pB1 = P – pA1 dan pB2 =
P – pA2. Persamaan tersebut juga sering dituliskan dalam bentuk lain, nilai log
mean inert B dapat didefinisikan sebagai berikut :
PB 2  PB1 PA2  PA1
PBM =  (16)
ln( PB 2 / PB1 ) ln[( P  PA2 ) /( P  PA1 )]
Dengan mensubstitusikan dengan persamaan sebelumnya diperoleh :
D AB P
NA = ( PA1  PA2 ) (17)
RT ( z 2  z1 ) PBM

 Koefisien Difusi Gas

Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan


menggunakan tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni dengan di atas
bibir tabung dialirkan gas B horizontal. Laju transfer massa diberikan oleh
persamaan :
D AB PT ( PA1  PA2 )
NA = (18)
RTLPBM
Akibat penguapan maka cairan dalam tabung akan berkurang. Laju
pengurangan cairan dalam tabung adalah sama dengan flux NA dikalikan dengan
luas area penampang tabung,
A dL
NAA = A (19)
BM A dt
Gabungan persamaan (18) dan (19) menghasilkan :
A M DAB PT
= ( PA1  PA2 ) (20)
BM A dt R.T .L.PBM

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 9

Dengan mengintegrasikan diperoleh :

A L t
D AB PT PBM
BM A L0 R.T .L.PBM ( PA1  PA2 ) to
LdL = dt (21)

2 BM A D AB PT ( PA1  PA2 )
L2 – L02 = t (22)
 A R.T .PBM
Karena gas B terus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung selalu sama
dengan nol atau pA2 = 0.
Plot antara L2-L02 terhadap t akan memberikan slope S.
2 BM A D AB PT ( PA1 )
S= (23)
 A R.T .PBM
 A R.T .PBM 2BM A DAB PT ( PA1 )
DAB = (24)
2BM A DAB p
Dimana,  A = densitas cairan A

PB 2  PB1
PBM =
ln( PB 2 / PB1 )
PA1 = tekanan uap cairan A pada keadaan 1
DAB = koefisien difusi A dalam B
BMA = berat molokul A
P1 = tekanan total
T = temperature absolute

Persamaan gas ssecara semi empiris dapat dapat dituliskan melalui persamaan
fuller sebagai berikut :
1.00 x10 7 T 1.75 .(1 / M A  1 / M B ) 0.5
DAB = (25)
P  v A  3   v B  3 
1 1 2

 

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 10

Tabel 1.1. Difusifitas untuk berbagai jenis gas


Temperatur Difusifitas
Sistem
0C 0F (cm2/s)
Udara-NH3 0 273 0.198
0 273 0.220
Udara-H20 25 298 0.260
42 315 0.288
3 276 0.142
Udara-CO2
44 317 0.177
Udara-H2 0 273 0.611
Udara-C2H5OH 25 298 0.135
Udara-n-heksana 21 294 0.080
Udara-benzene 25 298 0.0962
Udara-toluena 25.9 298.9 0.086
0 273 0.0703
Udara-n-butanol
25.9 298.9 0.087
H2-CH4 25 298 0.726
25 298 0.784
H2-N2
85 358 1.052
H2-benzena 38.1 311.1 0.404

1.2.2 Difusi Molekular pada Cairan


Difusi yang terjadi pada suatu larutan sangat penting dalam proses
industri, khususnya pada proses separasi misalnya ekstraksi cair-cair, absorpsi gas
dan distilasi. Difusi cairan juga terjadi di alam misalnya berdifusinya garam pada
air laut.
Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan
terhadap laju difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul dalam
fasa liquid lebih rapat apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya koefisien
difusi untuk gas lebih besar hingga 105 kali koefisien difusi cairan. Namun flux
pada gas tidak berbeda jauh dari flux dalam liquid yaitu 100 kali lebih cepat, hal
itu disebabkan karena konsentrasi liquid lebih besar daripada konsentrasi dalam
fasa gas.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 11

 Persamaan difusi untuk cairan


Jarak molekul dalam cairan lebih rapat daripada dalam fasa gas, maka
densitas dan hambatan difusi pada cairan akan lebih besar. Hal ini juga
menyebabkan gaya interaksi antar molekul sangat penting dalam difusi cairan.
Perbedaan antara difusi cairan dan difusi gas adalah bahwa pada difusi cairan
difusifitas sering bergantung pada konsentrasi daripada komponen yang berdifusi.
Equimolar counterdiffusion, dimulai dengan persamaan umum fick kita
dapat mensubstitusi untuk NA = NB pada keadaan steady state,

DAB (C A1  C A2 ) D AB C AV ( x A1  c A2 )
NA   (26)
z 2  z1 z 2  z1
Dimana, NA adalah flux komponen A dalam kgmol.A/s.m2, DAB adalah
difusifitas A melalui B dalam m2/s, cA1 merupakan konsentrasi komponen A
dalam kgmol/m3 pada keadaan 1, dan xA1 fraksi mol komponen A dalam keadaan
1, dan cAV disefinisikan sebagai :
 1  
  2 
 
 1
M M2 
CAV =   (27)
 M  av 2
Dimana cAV merupakan konsentrasi rata-rata total dari A+B dalam
kgmol/m3, M1 merupakan berat molekul rata-rata larutan pada keadaan 1 dalam
kg masssa/ kgmol, dan ρ1 merupakan densitas rata-rata pada keadaan 1.

 Koefisien Difusi Cairan


Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi
tersebut terdiri atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm.
Untuk satu pipa kapiler proses difusi dapat digambarkan pada alat :

Gambar 1.4. Percobaan difusi cairan

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 12

Transfer nilai difusi :


dc A c A1  c A2
JA =  D  (28)
dL L
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler
adalah:
 D. .d 2  c A1  c A2 
VtangkiX.dcA =    dt.N (29)
4  L 

dc A   .d 2  c A1  c A2 
Vtangki =
4  N (30)
dt L 
Jika k = CM.CA, dan dianggap CA2<<CA1 maka:
4.Vtan gki L dk
D= (31)
 .d 2 .C M .C A dt
Keterangan :
Vtangki = volume tangki
L = panjang pipa kapiler
N = jumlah pipa kapiler
D = diameter pipa kapiler
CA = konsentrasi/molaritas A
CM = perubahan konduktifitas per mol
K = konduktifitas dan tangki

Tabel 1.2. Koefisien Difusi Cairan (Geankopolis)


Temperatur Difusifitas
Solute Solvent 0
C 0
F (Cm2/S)
NH3 Air 12 285 1.64
15 288 1.77
O2 Air 18 291 1.98
25 298 2.41
CO2 Air 25 298 2
H2 Air 25 298 4.8
Metil Alkohol Air 15 288 1.26
Air 10 283 0.84
Etil Alkohol
25 298 1.24
9.7 282.7 0.769
Air
Acetic Acid 25 298 1.26
Benzena 25 298 2.09
Urea Etanol 12 285 0.54
Air Etanol 25 298 1.13
Air 25 298 1.87
KCL Etilen
25 298 0.119
Glikol

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 13

BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN

2.1. Prosedur Percobaan

2.1.1. Koefisien Difusi Gas


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
 Pipa kapiler berbentuk T  berfungsi sebagai tempat aseton dan wadah proses
difusi.
 Water bath dengan heater  digunakan untuk menaikkan temperatur dari
aseton saat pipa dicelupkan.
 Thermometer  digunakan untuk mengukur temperatur water bath.
 Thermostat  digunakan untuk menjaga agar temperatur water bath agar
tetap.
 Pompa  digunakan untuk mengalirkan udara secara horisontal pada pipa
kapiler.
 Alat ukur  digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian dari aseton.
 Aseton  digunakan sebagai zat yang berdifusi.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 14

Mengisi kapiler n 35 mm dengan cairan aseton murni.

Merendam tabung kapiler dalam wadah waterbath, dan


memasang termometernya pada waterbath.

Mengatur jarak mikroskop dengan tangki (20-30 mm)


dan mengatur lensa agar miniskus terlihat terbalik.

Mengatur sliding vernier scale pada skala tertentu.

Menyalakan pompa udara, kemudian mencatat level.


cairan.

Menyalakan temperatur kontroler dan mengatur pada


temperatur 50 0C, lalu menunggu hingga temperatur
mencapai steady state.

Mengulangi percobaan
untuk suhu aseton 60 0C.

Mencatat waktu (t) dan level cairan setiap


interval waktu 4 menit.

2.1.2. Koefisien Difusi Cair


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:
 Sel difusi
Berfungsi sebagai tampat larutan KCl dimana terdapat membran
semipermeabel pada salah satu ujungnya untuk melewatkan larutan KCl
tersebut.
 Water bath
Berfungsi sebagai tempat deionizad water.
 Konduktometer
Digunakan untuk mengukur konduktansi dari larutan selama percobaan.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 15

 Pengaduk
Digunakan untuk mengaduk deionized water sehingga ion-ion K+ dan Cl- akan
teraduk dan terdispersi sempurna.
 Larutan KCL
Digunakan sebagai zat yang terionkan yang selanjutnya akan berdifusi.

Mengisi sel difusi dengan larutan KCl 1

Membersihkan cairan yang berlebih pada luar sel difusi.

Menempatkan sel difusi ke dalam tangki,


lalu atur kedudukan sel horizontal sedikit
di bawah garis tangki.

Mengisi tangki dengan aquades.


Mengulangi untuk
konsentrasi KCl 2M.
Memasang konduktometer.

Menyalakan pengaduk dengan kecepatan


sedang agar konsentrasi merata.

Mencatat konduktivitas setiap interval 3


menit dalam waktu 60 menit.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 16

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Percobaan

3.1.1. Koefisien Difusi Gas


Variasi Temperatur 50 C

Waktu (menit) L (mm) H (mm)


0 60 0
3 60.2 0.2
6 60.3 0.1
9 60.3 0
12 60.4 0.1
15 60.5 0.1
18 60.6 0.1
21 60.6 0
24 60.7 0.1
27 60.8 0.1
30 60.9 0.1

Variasi Temperatur 60 C

delta H
Waktu (menit) H (mm)
(mm)
0 60 0
3 60.6 0.6
6 60.7 0.1
9 60.9 0.2
12 61 0.1
15 61.2 0.2
18 61.3 0.1
21 61.5 0.2
24 61.6 0.1
27 61.7 0.1
30 61.7 0

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 17

Pengolahan Data
Diketahui:

Senyawa Berat Molekul (M), g/mol Massa Jenis (), g/cm3

Aseton (A) 58,08 0,791

Udara (B) 29 1,2943 x 10-3

Dikethaui parameter yang lain :


Konstanta R = 82,06 cm3 atm/mol K
Titik didih Aseton pada1 atm = 56,5ºC
L0 = 60 mm

A. Pengolahan Data untuk T = 50ºC

Tabel 1. L2-L02 terhadap Waktu

Waktu (menit) L (mm) H (mm) L2-L02


0 60 0 0
3 60.2 0.2 24.04
6 60.3 0.1 36.09
9 60.3 0 36.09
12 60.4 0.1 48.16
15 60.5 0.1 60.25
18 60.6 0.1 72.36
21 60.6 0 72.36
24 60.7 0.1 84.49
27 60.8 0.1 96.64
30 60.9 0.1 108.81

Langkah Perhitungannya:
a. Mengitung tekanan uap aseton (PA1)
Untuk menghitung tekanan uap aseton pada suhu 50ºC, digunakan persamaan
Antoine, sebagai berikut:
B
log P sat  A 
T C
dengan Psat dalam torr dan T dalam ºC

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 18

Berdasarkan Perry’s Chemical Handbook table 13-4, p.13-21, nilai koefisien A,


B, dan C dari persamaan Antoine untuk aseton adalah:
A = 7,11714
B = 1210,595
C = 229,664
Maka, tekanan uap pada suhu 50ºC dapat dihitung dengan persamaan Antoine,
yaitu:
B
log P sat  A 
T C
1210,595
log PA1  7,11714 
50  229,664
PA1  614,3161 torr
PA1  0,8083 atm

b. Menghitung tekanan uap aseton standar (PA1*) dan PBM


Temperatur standar  T = 25ºC
B
log P sat  A 
T C
1210,595
log PA1   7,11714 
25  229,664
PA1   230,9112 torr
PA1   0,3038 atm

Perhitungan PT:
PA1  PA1

1 atm PT
PA1 0,8083
PT   1 atm   1 atm  2,6606 atm
PA1  0,3038

Perhitungan PB1:
PB1  PT  PA1  2,6606  0,8083 atm  1,8523 atm

PB 2  PT  2,6606 atm

Perhitungan PBM:
PB 2  PB1 2,6606  1,8523
PBM    2,2321 atm
PB 2 2,6606
ln ln
PB1 1,8523

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 19

c. Menghitung DAB percobaan


2.BM A .D AB .PT ( PA1  PA2 )
L2  Lo 
2
t
 A .R.T .PBM

y = b x ± a

Dengan memplot grafik antara L2  Lo (sumbu y) dan t (sumbu x), akan


2

diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap waktu
seperti pada gambar di bawah ini:

Grafik Variasi Temperatur 50oC


120
y = 3.2618x + 9.1905
100 R² = 0.9782

80

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 2. Grafik L2-L02 vs t untuk aseton pada suhu 50 0C

Dari grafik di atas didapat persamaan  y = 3.2618x+9.1906, maka DAB hasil


percobaan adalah:
2.BM A.DAB .PT (PA1 - PA2 )
= 3.2618 mm 2 /menit
r A .R.T.PBM

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 20

6.4585 mm 2 /menit ´ r A ´ R ´ T ´ PBM


DAB =
2 ´ BM A ´ PT ´ ( PA1 - PA2 )
6.4585 mm 2 /menit ´ 0, 791 g/cm 3 ´ 82, 06 cm 3atm/mol.K ´ 323,15 K ´ 2, 2321 atm
=
2 ´ 58, 08 g/mol ´ 2, 6606 atm ´ (0,8083- 0) atm
= 611.331 mm 2 /menit
= 0.1018 cm 2 /s

d. Menghitung DAB literatur dengan persamaan Fuller-Schletter-Giddings


MA = 58,08 g/mol
MB = 29 g/mol
T = 50ºC = 323,15 K
vA = 66,86 cm3/mol
vB = 20,1 cm3/mol


10 3 T 1, 75  M A  M B
 
0,5

 M A  M B 
D AB 

PT v A
1/ 3
 vB 
1/ 3 2


10 3 T 1, 75  M A  M B
 
0,5

 M A  M B 

 
D AB 2
 .PT v A1 / 3  v B 1 / 3
58,08  29
0,5
10 3 323,15
1, 75 
 58,08  29
D AB 
0,791 g/cm 3
2,6606 atm
1 atm

66,861 / 3  20,11 / 3 2

D AB  0,4409 cm 2 /s

e. Perhitungan kesalahan literatur

percobaan - DAB
DAB
% kesalahan literatur = literatur
´100%
DABliteratur

0,1018 - 0, 4409
= ´100%
0, 4409

= 76.89%

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 21

B. Pengolahan Data untuk T = 60ºC

Tabel 4. L2-L02 terhadap Waktu

delta H
Waktu (menit) H (mm) L2-L02
(mm)
0 60 0 0
3 60.6 0.6 72.36
6 60.7 0.1 84.49
9 60.9 0.2 108.81
12 61 0.1 121
15 61.2 0.2 145.44
18 61.3 0.1 157.69
21 61.5 0.2 182.25
24 61.6 0.1 194.56
27 61.7 0.1 206.89
30 61.7 0 206.89

Langkah Perhitungannya:
a. Mengitung tekanan uap aseton (PA1)
Untuk menghitung tekanan uap aseton pada suhu 60ºC, digunakan persamaan
Antoine, sebagai berikut:
B
log P sat  A 
T C
dengan Psat dalam torr dan T dalam ºC
Berdasarkan Perry’s Chemical Handbook table 13-4, p.13-21, nilai koefisien A,
B, dan C dari persamaan Antoine untuk aseton adalah:
A = 7,11714
B = 1210,595
C = 229,664
Maka, tekanan uap pada suhu 60ºC dapat dihitung dengan persamaan Antoine,
yaitu:
B
log P sat  A 
T C
1210,595
log PA1  7,11714 
60  229,664
PA1  866,6271 torr
PA1  1,1403 atm

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 22

b. Menghitung tekanan uap aseton standar (PA1*) dan PBM


Temperatur standar  T = 25ºC
B
log P sat  A 
T C
1210,595
log PA1   7,11714 
25  229,664
PA1   230,9112 torr
PA1   0,3038 atm

Perhitungan PT:
PA1  PA1

1 atm PT
PA1 1,1403
PT   1 atm   1 atm  3,7535 atm
PA1  0,3038
Perhitungan PB1:
PB1  PT  PA1  3,7535  1,1403 atm  2,6132 atm

PB 2  PT  3,7535 atm

Perhitungan PBM:
PB 2  PB1 3,7535  2,6132
PBM    3,1490 atm
PB 2 3,7535
ln ln
PB1 2,6132

c. Menghitung DAB percobaan


2.BM A .D AB .PT ( PA1  PA2 )
L2  Lo 
2
t
 A .R.T .PBM

y = b x ± a

Dengan memplot grafik antara L2  Lo (sumbu y) dan t (sumbu x), akan


2

diperoleh grafik perubahan tinggi cairan aseton pada tabung kapiler terhadap waktu
seperti pada gambar di bawah ini:

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 23

Grafik Variasi Temperatur 60 C


250
y = 6.3223x + 39.746
R² = 0.935
200

150

100

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 5 Grafik L2-L02 vs t untuk aseton pada suhu 60 0C

Dari grafik di atas didapat persamaan  y =6.3223x+39.746, maka DAB hasil


percobaan adalah:
2.BM A.DAB .PT (PA1 - PA2 )
= 6.3223 mm 2 /menit
r A .R.T.PBM
6.3323 mm 2 /menit ´ r A ´ R ´ T ´ PBM
DAB =
2 ´ BM A ´ PT ´ ( PA1 - PA2 )
6.3323mm 2 /menit ´ 0, 791 g/cm 3 ´ 82, 06 cm 3atm/mol.K ´ 333,15 K ´ 3,1490 atm
=
2 ´ 58, 08 g/mol ´ 3, 7535 atm ´ (1,1403- 0) atm
= 865.933 mm 2 /menit
= 0.1443 cm 2 /s

d. Menghitung DAB literatur dengan persamaan Fuller-Schletter-Giddings


MA = 58,08 g/mol
MB = 29 g/mol
T = 60ºC = 333,15 K
vA = 66,86 cm3/mol
vB = 20,1 cm3/mol

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 24


10 3 T 1, 75  M A  M B
 
0,5

 M A  M B 
D AB 

PT v A
1/ 3
 vB 
1/ 3 2

M A  M B 
0,5
3 1, 75 
10 T
 M A  M B 
D AB 

 .PT v A1 / 3  v B 1 / 3  2

10 333,15 58,08  29


0,5
3 1, 75 
 58,08  29
D AB 
0,791 g/cm 3
3,7535 atm
1 atm
66,861 / 3  20,11 / 3  2

D AB  0,3296 cm 2 /s

e. Perhitungan kesalahan literatur

percobaan - DAB
DAB
% kesalahan literatur = literatur
´100%
DAB
literatur

0.1443- 0, 3296
= ´100% = 56.21%
0, 3296

Grafik Perbandingan T=50 C dan T=60 C


Kurva Perbandingan Difusi Temperatur 50 C dan 60 C
250
y = 6.3223x + 39.746
R² = 0.935
200

150

y = 3.2618x + 9.1905
100 R² = 0.9782

50

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Gambar 6. Grafik Perbandingan Perubahan Tinggi Cairan Aseton pada Tabung Kapiler
terhadap Waktu untuk T = 50ºC dan T = 60ºC

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 25

3.1.2. Koefisien Difusi Cair


Percobaan dilakukan dengan variable terikat adalah heat skala 4 dan stir skala 4.
 Variasi Konsentrasi KCl 1 M

Laju difusi
Waktu (menit)
(miu s)
0 50
3 49.6
6 49.1
9 48.6
12 51.4
15 52.7
18 53
21 53.8
24 54
27 57.4
30 61.7

 Variasi Konsentrasi KCl 2 M

Waktu
Laju difusi (miu s)
(menit)
0 58.8
3 59.3
6 58.5
9 58
12 57.7
15 57.2
18 56.8
21 56.2
24 55.6
27 54.6
30 53.3

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 26

Tabel 6. Konduktivitas KCL 1M Terhadap Waktu


Waktu
Waktu (menit) L (miu s) L (s)
(sekon)
0 0 50 0.00005
3 180 49.6 0.0000496
6 360 49.1 0.0000491
9 540 48.6 0.0000486
12 720 51.4 0.0000514
15 900 52.7 0.0000527
18 1080 53 0.000053
21 1260 53.8 0.0000538
24 1440 54 0.000054
27 1620 57.4 0.0000574
30 1800 61.7 0.0000617

Tabel 7 Konduktivitas KCL 2M Terhadap Waktu


Waktu (menit) Waktu (sekon) L (miu s) L (s)
0 0 58.8 0.0000588
3 180 59.3 0.0000593
6 360 58.5 0.0000585
9 540 58 0.000058
12 720 57.7 0.0000577
15 900 57.2 0.0000572
18 1080 56.8 0.0000568
21 1260 56.2 0.0000562
24 1440 55.6 0.0000556
27 1620 54.6 0.0000546
30 1800 53.3 0.0000533

Diketahui variable yang berubuhan dalam percobaan difusi :


N = 120
V tangki = 900cm3
D = 0.1 cm
CA(KCl) = 1M = 1 x 10-3 mol/cm3
L = 0.5 cm CM = 0.41 mol/cm3

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 27

Grafik Hubungan Konduktivitas vs waktu pada


variasi konsentrasi 1 M
0.00007

0.00006

0.00005

0.00004 y = 6E-09x + 5E-05


R² = 0.7987
0.00003

0.00002

0.00001

0
0 500 1000 1500 2000

Gambar 7. Grafik Konduktivitas KCl 1M terhadap Waktu

Grafik Hubungan Konduktivitas vs waktu pada


variasi konsentrasi 2 M
0.00006
0.000059
0.000058
0.000057
0.000056
y = -3E-09x + 6E-05
0.000055 R² = 0.9381
0.000054
0.000053
0.000052
0 500 1000 1500 2000

Gambar 8. Grafik Konduktivitas KCl 2M terhadap Waktu

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 28

Grafik Perbandingan konduktansi pada variasi


konsentrasi 1 M dan 2M
0.00007

0.00006

0.00005

0.00004 y = 6E-09x + 5E-05


R² = 0.7987
0.00003

0.00002

0.00001

0
0 500 1000 1500 2000

Gambar 9. Grafik Perbandingan Konduktivitas KCl 1M dan 2M terhadap Waktu

1. Koefisien Difusi Cair KCL 1M


Mencari DAB Percobaan
y = 6E-09x + 5E-05
R² = 0.79875
Maka dapat ditarik dari persamaan garis bahwa:
dK
= 6E-09 S/detik
dt
Perhitungan memakai rumus sebagai berikut :
dK S
4 xV x Lx 4 x 900cm3 x 0.5cm x 6E - 09
DAB percobaan = dt = det ik
p x d 2 x N x CM x CA p x (0.1cm)2 x 120 x 10-3 mol x 0.41 mol
cm3 cm3
DABpercobaan = 0.003495417 cm2/detik

Menentukan DAB dengan literatur (persamaan Wilke-Chang)


7.4 x 10 -8 x (M b ) 0.5 T
DAB literatur = 0.6
nb v a
Dimana : Ө = faktor asosiasi = 2.6 untuk air
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0.01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 1x10-3 mol/cm3

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 29

7.4 x 10-8 x (2.6 x 18 gr/mol)0.5x 298.150 K


DAB literatur =
0.01 gr / cm.det ik (1x10-3 cm3 / det ik)0.6

= 0.9523344 cm2/detik

Menentukan % kesalahan literatur

D AB percobaan  D AB literatur
% kesalahan literatur = x 100%
D AB literatur

0.003495417-0.9523344
= x 100%
0.9523344
= 99.63 %

2. Koefisien Difusi Cair KCL 2M


Mencari DAB Percobaan
y = -3E-09x + 6E-05
R² = 0.93806
Maka disimpulkan dari persamaan garis bahwa:
dK
= -3E-09 S/detik
dt
dK S
DAB percobaan = 4 xV x Lx 4 x 900cm3 x 0.5cm x 3E - 09
dt = det ik
p x d 2 x N x CM x CA p x (0.1cm)2 x 120 x 2x 10 -3 mol x 0.41 mol
cm3 cm3

DABpercobaan = 0.001747709 cm2/detik

Menentukan DAB dengan literatur (persamaan Wilke-Chang)

7.4 x 10 -8 x (M b ) 0.5 T


DAB literatur = 0.6
nb v a
Dimana : Ө = faktor asosiasi = 2.6 untuk air
Mb = berat molekul air
nb = viskositas air = 0.01 gr/cm.detik
Va = volum molar KCl = 2 x 10-3 mol/cm3
7.4 x 10 -8 x (2.6 x 18 gr/mol) 0.5 x 298.150 K
DAB literatur =
0.01 gr / cm. det ik (2 x10  3 cm 3 /det ik ) 0.6
= 0.6283063 cm2/detik

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 30

Menentukan % kesalahan literatur

D AB percobaan  D AB literatur
% kesalahan literatur = x 100%
D AB literatur

0.0017147-0.6283063
= x 100%
0.6283063
= 99.721 %

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 31

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Difusi Gas

4.1.1. Analisa Percobaan

4.1.2. Analisa Hasil

4.1.3. Analisa Kesalahan

4.2. Difusi Cair

4.2.1. Analisa Percobaan


Pada awal praktikum, praktikan membuat terlebih dahulu larutan KCl 1 M
sebanyak 50 ml. Dari hasil perhitungan untuk membuat membuat larutan tersebut
dibutuhkan 7,48 gr padatan KCl. Setelah itu praktikan membuat larutan KCl 2 M
sebanyak 50 ml. Dari hasil perhitungan, padatan KCl yang diperlukan adalah 14,86
gr. Pada percobaan larutan KCl karena larutan KCl merupakan larutan elektrolit kuat
yang terionisasi sempurna di dalam air sehingga larutan ini mudah terionkan menjadi
ion K+ dan Cl- dalam kali ini digunakan deionized water.
Kemudian praktikum difusi dimulai dengan memasukkan larutan KCl ke dalam
sel difusi yang salah satu ujungnya terdapat lapisan yang semipermeabel. Lapisan
inilah yang kemudian akan menjadi tempat terdifusinya larutan KCl ke dalam
deionized water. Difusi dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi di antara
kedua cairan. Karena konsentrasi laruan KCl lebih tinggi daripada deionized water
maka larutan KCl yang terdifusi ke dalam deionized water.
Saat sel difusi diletakkan ke dalam water bath, praktikan mengusahakan agar
tidak ada gelembung udara dalam sel, larutan KCl tidak berada di atas lapisan
semipermeabel, dan lapisan semipermeabel tidak diletakkan terlalu jauh di bawah

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 32

deionized water. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses difusi yang
terlalu cepat. Diperlukan peristiwa difusi yang perlahan agar peristiwa difusi dapat
diamatai dengan cermat dan saksama. Peristiwa difusi yang terlalu cepat akan
menyulitkan praktikan dalam melakukan pengamatan dan kesetimbangan akan lebih
cepat terjadi sehingga peristiwa difusi akan terhenti karena tidak terdapat lagi
perbedaan konsentrasi antara kedua cairan.
Water bath diisi dengan deionized water, lalu sel difusi yang berisi larutan KCl
ditaruh di dalamnya. Dengan segera menghubungkan konduktometer dengan
deionized water sehingga dapat diketahui nilai konduktansi awal (pada menit ke-0).
Selanjutnya nilai konduktansi dari deionized water dicatat setiap 3 menit sekali
hingga diperoleh 20 data pengamatan. Keseluruhan percobaan ini kemudian diulangi
untuk larutan KCl 2 M.
Nilai konduktansi dari deionized water digunakan sebagai acuan untuk
mengamati fenomena difusi cair-cair antara larutan KCl dengan deionized water.
Perubahan nilai konduktansi menunjukkan terjadinya perubahan konsentrasi ion di
dalam deionized water. Semakin tinggi nilai konduktansi, maka semakin tinggi
konsentrasi ion dalam deionized water, semakin tinggi nilai konduktansi maka
semakin banyak larutan KCl yang telah terdifusi ke dalam deionized water. Sehingga,
semakin banyak larutan KCl yang terdifusi, nilai konduktansi akan semakin besar.
Selama pencatatan waktu konduktansi, deionized water akan diaduk dengan
menggunakan stirrer yang berada di dasar water bath. Pengadukan ini dilakukan agar
ion-ion K+ dan Cl- dalam deionized water dapat terdispersi secara merata. Proses
dispersi yang merata ini penting karena konduktometer hanya mengukur nilai
konduktansi deionized water di satu titik bagian dari deionized water saja. Oleh
karena itu, diusahakan agar konsentrasi ion di setiap bagian deionized water hampir
sama. Pengaduk magnetik, stirrer, ini digerakkan hingga kecepetan 4, di mana pada
kecepatan tersebut cairan belum turbulen.
Digunakan dua jenis konsentrasi larutan KCl dalam percobaan ini agar dapat
mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju difusi. Teorinya semakin tinggi
perbedaan konsentrasi antara dua cairan, maka laju difusi yang terjadi juga semakin
cepat, sehingga secara otomatis maka nilai konduktansinya juga akan semakin tinggi.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 33

4.2.2. Analisa Hasil


Pada percobaan difusi cairan ini, data yang diambil adalah nilai konduktivitas
cairan larutan KCl 1 M dan larutan KCl 2 M untuk interval waktu 3 menit. Dari hasil
pengamatan terhadap percobaan yagn dilakukan didapatkan pada pengamatan cairan
KCL 1 M nilai L semakin besar seiring dengan bertambahnya waktu walaupun
terdapat nilai yang menunjukan penuruanan. Sedangkan pada pengamatan cairan KCl
2 M nilai L semakin kecil seiring dengan bertambahnya waktu. Hal yang seharusnya
terjadi adalah nilai L semakin meningkat dengan seiring bertambahnya waktu. Hal
tersebut terjadi karena konsentrasi KCl dalam deionized water semakin meningkat.
Peningkatan konsentrasi KCl seiring dengan peningkatan konduktivitas larutan
deionized water terjadi karena semakin banyak ion K+ dan Cl- yang terionisasi ke
dalam deionized water ; semakin tinggi perbedaan konsentrasi kedua cairan, maka
difusi cair yang terjadi akan semakin cepat ; sehingga jumlah ion K+ dan Cl- dalam
deionized water akan meningkat dan diikuti dengan kenaikan nilai konduktivitas.
Fenomena tersebut dapat dilihat lebih jelas pada grafik data yang telah dibuat sebagai
berikut :

Konduktivitas vs Waktu
0.000063

0.000061

0.000059

0.000057

0.000055
1M
0.000053 2M
0.000051

0.000049

0.000047
0 500 1000 1500 2000

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Konduktivitas KCl 1M dan 2M terhadap Waktu

Untuk kesalahan yang terjadi pada pengamatan cairan KCl 2 M akan dibahas
pada analisa kesalahan. Kemudian, pada percobaan ini, pengolahan data yang

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 34

dilakukan adalah untuk menghitung nilai koefisien difusi cairan (DAB). Perhitungan
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

4  V  L  dK
D AB  dt
  d  N  CM  C A
2

dimana
dK
adalah perubahan konduktivitas terhadap waktu.
dt
dK
tersebut merupakan slope atau gradien pada persamaan garis yang diperoleh
dt
dari plot data percobaan dalam bentuk grafik konduktivitas terhadap waktu.
Setelah itu menghitung nilai koefiseien difusi cairan literatur. Koefisien difusi
cairan literatur tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Wilke-
Chang:

7.4  108 M b  T


0.5
DAB  0.6
nbVa
Dari hasil koefisien difusi cairan dan koefisien difusi cairan literatur dapat
dihitung presentase kesalahan literatur.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, diperoleh hasil seperti yang
ditabelkan di bawah ini:

KCL 1 M KCL 2 M

DAB percobaan = DAB percobaan = 0,001747709


0,003495417 cm2/detik cm2/detik

DAB literatur = DAB literature = 0.6283063


0.9523344cm2/detik cm2/detik
Persamaan garis Persamaan garis
y = 6E-09x + 5E-05, dengan y = -3E-09x + 6E-05, dengan
R² = 0.79875 R² = 0.93806
Kesalahan literatur = Kesalahan literatur =
99,632963 % 99,72183813%

Dari hasil percobaan di atas, terlihat bahwa koefisien difusi pada larutan KCl 1
M lebih besar dibandingkan dengan KCl 2 M. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi maka koefisien difusi semakin besar
karena koefisien difusi menunjukkan kemampuan difusi suatu zat. Sehingga semakin

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 35

besar konsentrasi maka semakin banyak ion K+ dan Cl- yang terionisasi dan terdifusi
ke dalam air. Kesalahan yang terjadi ini akan dianalisa pada analisa kesalahan.

4.2.3. Analisa Kesalahan


1. Selisih ketinggian permukaan membran permeabel dengan larutan KCL dalam
wadah tidak pas 5 mm dan (atau) berbeda antara percobaan menggunakan KCL
1 M dan 2 M.
2. Proses difusi dalam sel tidak berjalan dengan optimal karena permukaan
membran semipermeabel tidak terendam secara sempurna dan terkadang
tenggelam karena terendam terlalu dalam
3. Stirrer tidak mencampur konsentrasi larutan KCl secara merata karena stirrer
hanya berputar di dasar tabung dan kecepata stirrer tidak selalu konstan.
4. Terdapat pengotor dalam sel difusi atau di wadah deionized water hal ini dapat
berpengaruh terhadap nilai konduktivitas.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 36

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan Percobaan

1. Koefisien difusi gas-cair pada suhu 50 oC adalah 0,1018 cm2/detik dengan


kesalahan relatifnya sebesar 76,89%. Sedangkan koefisien difusi gas-cair pada
suhu 60 oC adalah 0,1443 cm2/detik dengan kesalahan relatifnya sebesar
56,21%.
2. Laju difusi padda koefisien difusi gas-cair akan semakin besar dengan semakin
besarnya suhu yang diberikan.
3. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka akan semakin pendek ketinggian
aseton di dalam pipa kapiler akibat difusi ke udara.
4. Dari pengolahan data percobaan koefisien difusi cair-cair, diperoleh:

KCl 1 M KCl 2 M
DAB percobaan = 0,003495417
DAB percobaan = 0,001747709 cm2/detik
cm2/detik

DAB literatur = 0.9523344cm2/detik DAB literature = 0.6283063 cm2/detik

Persamaan garis Persamaan garis


y = 6E-09x + 5E-05, dengan y = -3E-09x + 6E-05, dengan
R² = 0.79875 R² = 0.93806
Kesalahan literatur = 99,632963 % Kesalahan literatur = 99,72183813%

5.2. Saran
Diharapkan praktikum selanjut agar lebih hari-hati dalam mengukur selisih
ketinggian permukaan membrane permeable dengan KCL pada wadah saat praktikum
agar proses difusi terjadi dengan sempurna.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2


Page 37

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Processes and Unit Operations (3rd Edition).
New York.
Buku Modul Praktikum Proses dan Operasi Teknik 2.

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 2-DIFUSI | KELOMPOK 2

Anda mungkin juga menyukai