Walimatul Urus
Walimatul Urus
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
3. Walimah.
Walimatul 'urus (pesta pernikahan) hukumnya wajib [1] dan diusahakan
sesederhana mungkin.
أ َ ْو ِل ْم َولَ ْو بِشَاة.
ُ س ْولَه
ُ صى هللاَ َو َر ِ ْ فَ َم ْن لَ ْم يَأ، ُسا ِكيْن
َ ت الدَّ ْع َوة َ فَقَ ْد
َ ع َ عى ِإلَ ْي َها اْأل َ ْغنِيَا ُء ويُتْ َركُ ْال َم
َ يُ ْد،ِطعَا ُم ْال َو ِل ْي َمة َّ ش َُّر
َ الطعَ ِام
• Orang yang diundang menghadiri walimah, maka dia wajib untuk memenuhi
undangan tersebut.
“Jika salah seorang dari kamu diundang menghadiri acara walimah, maka
datangilah!” [5]
• Memenuhi undangan walimah hukumnya wajib, meskipun orang yang
diundang sedang berpuasa.
• Dan apabila yang diundang memiliki alasan yang kuat atau karena
perjalanan jauh sehingga menyulitkan atau sibuk, maka boleh baginya untuk
tidak menghadiri undangan tersebut.[7]
Hal ini berdasarkan riwayat dari ‘Atha' bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu
pernah diundang acara walimah, sementara dia sendiri sibuk membereskan
urusan pengairan. Dia berkata kepada orang-orang, “Datangilah undangan
saudara kalian, sampaikanlah salamku kepadanya dan kabarkanlah bahwa
aku sedang sibuk” [8]
Pertama: Jika seseorang diundang walimah atau jamuan makan, maka dia
tidak boleh mengajak orang lain yang tidak diundang oleh tuan rumah.
Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Mas’ud al-Anshari, ia berkata, “Ada
seorang pria yang baru saja menetap di Madinah bernama Syu’aib, ia punya
seorang anak penjual daging. Ia berkata kepada anaknya, ‘Buatlah makanan
karena aku akan mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.’
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang bersama empat orang disertai
seseorang yang tidak diundang. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Engkau mengundang aku bersama empat orang lainnya. Dan orang ini ikut
bersama kami. Jika engkau izinkan biarlah ia ikut makan, jika tidak maka aku
suruh pulang.’ Syu’aib menjawab, ‘Tentu, saya mengizinkannya’” [9]
ِ َاَللَّ ُه َّم ب
ْ ْ َو، َوا ْغف ِْر لَ ُهم،ار ْك لَ ُه ْم فِ ْي َما َرزَ ْقت َ ُه ْم
ار َح ْم ُه ْم
سقَانِي
َ ق َم ْن ْ َ ط ِع ْم َم ْن أ
ِ َوا ْس،طعَ َمنِي ْ َ اَللَّ ُه َّم أ
“Ya Allah, berikanlah makan kepada orang yang memberi makan kepadaku,
dan berikanlah minum kepada orang yang memberi minum kepadaku” [12]
Hal ini berdasarkan hadits dari Muhammad bin Hathib, bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِص ْوتُ فِي النِِّكَاح ُّ ص ُل َما بَيْنَ ْال َحالَ ِل َو ْال َح َر ِام الد
َّ ُّف َوال ْ َف
“Pembeda antara perkara halal dengan yang haram pada pesta pernikahan
adalah rebana dan nyanyian (yang dimainkan oleh anak-anak kecil)” [15]
“Wahai ‘Aisyah, apakah ada hiburan yang menyertai kalian? Sebab, orang-
orang Anshar suka kepada hiburan.” [16]
[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke
II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
_______
Footnote
[1]. Ini adalah pendapat Imam asy-Syafi’i , Imam Malik dan Ibnu Hazm azh-
Zhahiri. Berdasarkan perintah Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam kepada
Shahabat ‘Abdurrahman bin ‘Auf agar mengadakan walimah. Sedangkan
Jumhur ulama berpendapat bahwa walimah hukumnya sunnah muakkadah.
Wallaahu a’lam.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2049 dan 5155), Muslim
(no. 1427), Abu Dawud (no. 2109), an-Nasa'i (VI/119-120), at-Tirmidzi (no.
1094), Ahmad (III/190, 271), ath-Thayalisi (no. 2242) dan lainnya, dari
Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5177), Muslim (no.
1432), Abu Dawud (no. 3742), Ibnu Majah (no. 1913) dan al-Baihaqi
(VII/262), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lafazh ini milik Muslim.
[4]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4832), at-Tir-midzi (no.
2395), al-Hakim (IV/128) dan Ahmad (III/38), dari Shahabat Abu Sa’id al-
Khudri radhiyallaahu ‘anhu.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5173), Muslim (no.
1429 (96)), Abu Dawud (no. 3736) dan at-Tirmidzi (no. 1098), Ibnu Majah
(no. 1914), Ahmad (II/20, 22, 37, 101), al-Baihaqi (VII/ 262) dan al-Baghawi
(IX/138), dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1431 (106)), Ahmad
(II/507), al-Baihaqi (VII/263) dan lafazh ini miliknya, dari Abu Hurairah.
[7]. Al-Insyiraah fii Adaabin Nikaah (hal. 41-42).
[8]. Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dalam Mushannaf (no. 19664). Al-Hafizh
berkata, “Sanadnya shahih.” (Fat-hul Baari IX/247).
[9]. Hadits shahih: Diriwayatkan al-Bukhari (no. 2081, 2456, 5434, 5461),
Muslim (no. 2036 (138)), Ahmad (IV/120, 121) dan al-Baghawi dalam
Syarhus Sunnah (IX/145, no. 2320).
[10]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/187-188), dari ‘Abdullah
bin Busr radhiyallaahu ‘anhu.
[11]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2042), at-Tirmidzi (no.
3576), Abu Dawud (no. 3729), dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallaahu ‘anhu.
[12]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2055), Ahmad (VI/2, 3, 4,
5), dari Sahabat al-Miqdad bin al-Aswad radhiyallaahu ‘anhu. Do’a tersebut
diucapkan pula bila kita diundang makan atau makan di rumah orang lain
ketika bertamu atau lainnya.
[13]. Diriwayatkan oleh Ahmad (III/118, 138), Abu Dawud (no. 3854), al-
Baihaqi (VII/287), an-Nasa'i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 299) dan
Ibnu Sunni (no. 482), dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Do’a ini
diucapkan ketika seseorang berbuka puasa di rumah orang lain, juga ketika
kita diundang makan. Lihat Adabuz Zifaf (hal. 171) cet. Darus Salam, th.
1423 H.
[14]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2130), at-Tirmidzi (no. 1091),
Ahmad (II/381), Ibnu Majah (no. 1905), al-Hakim (II/183) dan al-Baihaqi
(VII/148), dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[15]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i (VI/127-128), at-Tirmi-dzi
(no. 1088), Ibnu Majah (no. 1896), Ahmad (III/418 dan IV/259), al-Hakim
(II/183) dan ia berkata, “Sanadnya shahih.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
[16]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5162), al-Hakim
(II/183-184), al-Baihaqi (VII/288) dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah
(no. 2267).
[17]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1900), Ahmad
(III/391), al-Baihaqi (VII/289), dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma.
[18]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 1285 al-Mawaarid),
Ahmad (IV/5), al-Hakim (II/183) dan al-Baihaqi (VII/288), dari ‘Abdullah bin
Zubair radhiyallaahu ‘anhu.