Anda di halaman 1dari 58

A.

Judul Praktikum : Pembuatan Sabun


B. Hari, Tanggal : Senin, 20 Maret 2017
C. Tujuan :
1. Membuat langkah kerja praktikum
2. Menentukan persamaan reaksi pada pembuatan sabun
3. Menjelaskan perbedaan sabun yang dibuat menggunakan basa NaOH
dan KOH
4. Membuat emulsi sabun
5. Menjelaskan tentang proses pembentukan emulsi air sabun dengan
minyak
6. Menentukan kualitas minyak berdasarkan bilangan peroksida

D. Tinjauan Pustaka
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai
bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai
masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai
sabun keras.Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000
tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru
belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan
Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap
sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat
sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun
1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona
menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat
serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc,
kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam
meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi
semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an.
"Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam
panci besi besar.Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah
mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijualdari rumah ke
rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi
barang mewah (Baysinger, 2004).

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 1


Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan
diesterifikasi dengan gliserol.Masing– masing lemak mengandung
sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12
(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga
dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun
melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan
komposisi darikomponen asam – asam lemak yang digunakan.Komposisi
asam – asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang
rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang
dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi
pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan
busa.Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan
sabun yang mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan – alasan di atas,
faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang
dapat dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam
alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol,
dan sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah
terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental, masa
tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila
sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan
dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman
larutan sabun naik ke permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat
dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara menyaring dari
larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci dengan air dingin
untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl yang
masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan
atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 2


garam NaCl dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh
kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Pengertian Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi
lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam
monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R
adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi,
yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium (Austin, 1984).
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
 Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak dan
alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
 Reaksi pertama :
Hidrolisa mendidih
Lemak + NaOH Gliserol + Asam lemak
 Reaksi kedua :
Penyabunan
3RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air.
Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke
air (Austin, 1984).
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan
minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak
oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 3


minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka
minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin,
1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut
surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu
rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon
suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar
efektif (Austin, 1984).
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium
karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda,
gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat
– COO bersifat hidrofil (Harold. 1982).
RCOONa RCOO- + Na+
Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat
sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu
berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu bersamaan akan terdapat
molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan Na+.
RCOONa RCOOH + Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk :
X RCOOH + Y RCOONa (RCOOH)X (RCOONa)Y
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun
berubah menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah
suhu dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya
dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin.
Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh
berbeda dan merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi.
Maka untuk penggunaan sebagai detergen, larutan sabun dipanaskan
sampai mendekati suhu titer (Harold. 1982).
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 4


R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan
gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na,
K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu
makin tinggi (Harold. 1982).
Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam
lemak kembali. Di dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air
panas akan melelh dan membentuk lapisan minyak yang jernih di
prmukaan larutan asam.
R – COONa + HCl H+ R – COOH + NaCl
Sifat-sifat Sabun
a. Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
Sabun + air → larutan koloid
b. Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri
dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
c. Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap sebagai
sabun kalsium/ natrium.
d. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.
RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
e. Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat,
yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
f. Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa,
RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
g. Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat
hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14,15,
dan 17.
Bahan Pembuatan Sabun
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk
membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun.
Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara
lain (Ralph J. Fessenden, 1992).

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 5


a. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki
struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis
minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak
hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya
dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti :
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi,
mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak
atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di
antaranya :
1. Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat
keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-
44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%,
asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
2. Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa
berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah
yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%,

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 6


sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik.
3. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak
inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan
minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada
minyak kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm
kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam
oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat
3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
4. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton
dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini
adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga
terdapat asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam
miristat 1,2-1,3%, asam laurat 0,1- 0,4%.
5. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak
zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun
yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi
lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa
senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol,
pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol
yang sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh
tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai
55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.(Ralph J.
Fessenden, 1992).
Fungsi sabun

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 7


Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi
kotoran berminyak sehingga dapat di buang dengan pembilasan,
kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun yaitu :
a) sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK,
RCOONH4
b) sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak
permananen (RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Sabun yang digunakan sebagai pencuci pada umumnya
dibuat dari basa natrium yang direaksikan dengan asam lemak berantai
panjang. Untuk tujuan tertentu sabun dapat dibuat dari garam kalium,
misalnya untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam air. Cara
pembuatan sabun secara singkat dapat diihat sebagai berikut:

Pemasakan minyak/lemak dalam larutan alkali (NaOH atau


KOH) pada suhu mendidih (95 – 100 0C).

Detergent atau sabun dapat digunakan sebagai pembersih


pada air sadah karena detergent tidak dapat bereaksi dengan air sadah
sehingga tidak akan menimbulkan endapan yang dimungkinkan daapat
merugikan. Sedangkan pada sabun tidak dapat bekerja pada air sadah
karena sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai.
Adapun sebab sabun dan detergen bisa menjadi sebagai
pembersih kotoran atau lemak dikarenakan sabun dan detergen terdiri
dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang bersifat non
polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan
mengelilingin tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas
like dissolved like, sedangkan ujung polar dari molekul tersebut segera

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 8


akan terlarut dalam air. Detergent lebih efektif membersihkan kotoran
karena kerja detergent tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun
tidak bekerja efektif pada air sadah. (Ralph J. Fessenden, 1992)
Bilangan asam

Bilangan asam menunjukkan jumlah miligram KOH yang


diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat pada
satu gram minyak atau lemak. Dengan mengetahui harga bilangan asam
ini dapat diketahui banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam
minyak.

𝑚𝐿 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 56,1


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Dari rumus diatas, faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH.
Apabila dipergunakan NaOH untuk titrasi, maka faktor tersebut
menjadi 39,9. (Ketaren, 2008)

Bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan menunjukkan jumlah miligram KOH yang


diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak. Apabila rantai karbon
pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sebaliknya apabila rantai
karbon panjang, maka jumlah mol asam lemak kecil. Jadi, besar
kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang atau pendeknya
rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya
bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut.
Semakin kecil berat molekul lemak, maka semakin besar bilangan
penyabunan.

𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
56,1 (𝑚𝑙 𝐾𝑂𝐻 × 𝑁 𝐾𝑂𝐻) (𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙)
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Atau

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 9


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
39,9 ((𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻) (𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙)
=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

E. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung reaksi 2 buah
2. Pipet tetes secukupnya
3. Gelas ukur 3 buah
4. Timbangan 1 set
5. Gelas Kimia 3 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Penangas air 1 buah
8. Cetakan sabun 1 buah
9. Erlenmeyer 1 buah
10. Buret 1 buah

Bahan :

1. NaOH padatan 1,4 gram x 3 = 4,2 gram


2. Minyak curah 10 gram + 5 gram + 1,5 gram = 16,5 gram
3. Minyak sawit 10 gram + 5 gram + 1,5 gram = 16,5 gram
4. Minyak kelapa 10 gram + 5 gram + 1,5 gram = 16,5 gram
5. Etanol 36 gram + 75 mL
6. Gliserin 12 gram
7. Minyak zaitun 3 mL
8. Parfum 3 mL
9. Pewarna makanan secukupnya
10. Asam Stearat 3 gram

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 10


F. Alur Percobaan
1. Pembuatan Sabun
Asam stearat
Minyak sawit

- Ditimbang sebanyak 10 gram - Ditimbang sebanyak 1 gram

- Dimasukkan ke dalam tabung - Dimasukkan ke dalam


reaksi tabung reaksi berisi minyak
Dicampurkan

Campuran minyak sawit + asam stearat

- Dipanaskan sampai suhu 70°C sampai seluruh asam


stearat mencair
- Dibiarkan sampai suhu 50°C
- Ditambahkan larutan NaOH dan aduk terus.
- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih
(biarkan campuran agak dingin)
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
- Ditambahkan pewarna dan parfum atau minyak wangi
- Dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran
memadat.
Sabun

NaOH

- Ditimbang sebanyak 1,4 gram

- Dilarutkan dalam 3,3 mL air


- Biarkan sampai larutan NaOH hangat.
Larutan NaOH

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 11


2. Sifat Emulsi sabun
3 mL aquades + 5 tetes
minyak
- Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi-
Dimasukkan
3 mL aquades + 5 tetes ke dalam dua tabung reaksi
minyak

Tabung Tabung
1Tabung 1 2Tabung
- Ditambahkan 2 mL larutan - Dikocok
2 kuat-kuat
sabun (yang dibuat dengan untuk mendapatkan
melarutkan 0,1-0,2 gram sabun emulsi
hasil buatan diatas dalam 6-8 mL
air panas) - Diamkan tabung reaksi

- Dikocok kuat-kuat untuk - Diamati pemisahan


mendapatkan emulsi lapisan minyak yang
terjadi
- Diamkan
- Dicatat waktu yang
- Diamati pemisahan lapisan diperlukan untuk
minyak yang terjadi terjadinya pemisahan
lapisan minyak dan air
- Dicatat waktu yang diperlukan
untuk terjadinya pemisahan WaktuW
lapisan minyak dan air
aktu
WaktuW
aktu
- Ditambahkan 2 mL larutan
3. Bilangan Asam
sabun (yang dibuat dengan
melarutkan 0,1-0,2 gram sabun
Sampelhasil buatan
minyak diatas dalam 6-8 mL
sawit - Dikocok kuat-kuat
air panas) untuk mendapatkan
- Ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram emulsi
di dalam Erlenmeyer
- Dikocok kuat-kuat untuk
mendapatkan25emulsi
- Ditambahkan - Diamkan
mL etanol dan 5 tetes indikator tabung reaksi
fenolftalein
(PP)
- Diamkan - Diamati pemisahan
- Dititrasi
- Diamatidengan standar KOH 0,1 Nlapisan minyak yang
larutan lapisan
pemisahan terjadi
minyak yang terjadi
- Diulangi sebanyak tiga kali (triplo)
- Dicatat waktu yang
Volume- Dicatat waktu yang diperlukan diperlukan untuk
KOH untuk terjadinya pemisahan terjadinya pemisahan
lapisan minyak dan air lapisan minyak dan air
Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 12
4. Bilangan Penyabunan

Sampel minyak

- Ditimbang sebesar 2 gram


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Dimasukkan 25 mL KOH alkoholik 0,5
NDitimbang sebesar 2 gram
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
CampuranCampuran
- Dimasukkan 25 mL KOH alkoholik 0,5 N
- Direfluks selama 30 menit
- Didinginkan

Kelebihan
KOHKelebihan KOH
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N
- Ditambahkan indikator pp
- Dilakukan pengulangan 3 kali
- Dihitung

Bilangan penyabunan
penyabunan

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 13


G. Hasil Pengamatan

No Prosedur percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


1. Pembuatan sabun Sebelum : NaOH (s) + H2O (l) → Berdasarkan
Asam stearat a. padatan NaOH = NaOH(aq) percobaan yang telah
Minyak sawit
- Ditimbang sebanyak 1 gram berwarna putih dilakukan dapat
- Ditimbang sebanyak 10 gram b. Asam stearat = NaOH (aq) + disimpulkan bahwa
- Dimasukkan ke dalam padatan bulat kecil C17H33COOH (aq) → pembuatan sabun
- Dimasukkan ke dalam tabung
tabung reaksi berisi minyak berwarna putih C17H33COONa(aq) + padat yaitu dengan
reaksi
c. Minyak sawit = H2O(l) mereaksikan antara
Dicampurkan berwarna kuning minyak dengan
d. Minyak kelapa : Reaksi saponifikasi larutan alkali (dalam
Campuran minyak sawit + asam stearat Tidak berwarna CH2OCOR1 hal ini NaOH) .
e. Minyak curah : minyak yang
- Dipanaskan sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat berwarna kuning + 3NaOH(aq) → digunkana adalah
mencair CH2OCOR2
minyak sawit,
- Dibiarkan sampai suhu 50°C Sesudah : minyak kelapa, dan
- Ditambahkan larutan NaOH dan aduk terus.
NaOH + aquades = CH2OCOR3 minyak curah.
- Ditambahkan 12 gram alkohol
larutan tidak Minyak Basa
- Ditambahkan 4 gram gliserin
berwarna
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih
R1COONa CH2OH
(biarkan campuran agak dingin) 1) Minyak sawit
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun a. campuran minyak
- Ditambahkan pewarna dan parfum atau minyak wangi sawit + asam stearat R2COONa + CHOH
- Dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran + NaOH + Etanol =
memadat. larutan menjadi
Sabun kental berwarna R3COONa CH2OH

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 14


*Alur tersebut juga berlaku pada minyak kelapa dan minyak curah kuning muda Sabun Gliserol
b. campuran minyak
NaOH sawit + asam stearat
+ NaOH + Etanol +
- Ditimbang sebanyak 1,4 gram gliserin = terbentuk
gumpalan berwarna
- Dilarutkan dalam 3,3 mL air kuning muda
c. Sabun berwarna
- Biarkan sampai larutan NaOH hangat.
merah
Larutan NaOH
2) Minyak kelapa
a. campuran minyak
kelapa + asam
stearat + NaOH +
Etanol = larutan
menjadi kental
berwarna putih
b. campuran minyak
sawit + asam stearat
+ NaOH + Etanol +
gliserin = terbentuk
gumpalan berwarna
putih
c. Sabun berwarna
cokelat

3) Minyak curah
a. campuran minyak

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 15


sawit + asam stearat
+ NaOH + Etanol =
larutan menjadi
kental berwarna
kuning muda
b. campuran minyak
sawit + asam stearat
+ NaOH + Etanol +
gliserin = terbentuk
gumpalan berwarna
kuning muda
c. Sabun berwarna
kuning tua
2. Sifat Emulsi sabun Sebelum Struktur sabun memiliki Berdasarkan
a. Aquades : tidak 2 kutub yang bersifat lamanya waktu
berwarna hidrofobik dan hidrofilik. terbentuknya 2
b. Minyak sawit : Sehingga adanya lapisan pada ketiga
berwarna kuning busa/sifat emulsinya minyak, maka sifat
c. Minyak curah : akan meningkat karena emulsinya
Berwarna kuning adanya bahan surfaktan Minyak kelapa >
d. Minyak kelapa : yang ada di sabun yang minyak sawit >
Tidak berwarna dapat mengurangi minyak curah.
tegangan permukaan Sehingga hasil yang
Sesudah larutan. diperoleh sesuai
1) Minyak sawit dengan teori.
a. Aquades + minyak Secara teori :
sawit = terbentuk 2 Semakin tinggi tingkat
lapisan emulsi sabun maka

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 16


waktu yang semakin baik kualitas
3 mL aquades + 5 tetes dibutuhkan selama 9 minyak
minyak detik (Tabung 2)
- Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi-
b. Aquades +
Dimasukkan
3 mL aquades + 5 tetes ke dalam dua tabung reaksi minyak sawit +
minyak larutan sabun =
terbentuk 2 lapisan
Tabung Tabung waktu yang
1Tabung 1 2Tabung dibutuhkan selama
- Ditambahkan 2 mL larutan - Dikocok kuat-kuat 25 detik (Tabung 1)
2
sabun (yang dibuat dengan untuk mendapatkan
melarutkan 0,1-0,2 gram sabun emulsi
hasil buatan diatas dalam 6-8 mL 2) Minyak Curah
air panas) - Diamkan tabung reaksi a. Aquades + minyak
curah = terbentuk 2
- Dikocok kuat-kuat untuk - Diamati pemisahan
lapisan
mendapatkan emulsi lapisan minyak yang
waktu yang
terjadi dibutuhkan selama 7
- Diamkan detik (Tabung 2)
- Dicatat waktu yang
- Diamati pemisahan lapisan diperlukan untuk b. Aquades +
minyak yang terjadi terjadinya pemisahan minyak curah +
lapisan minyak dan air larutan sabun =
- Dicatat waktu yang diperlukan terbentuk 2 lapisan
untuk terjadinya pemisahan WaktuW waktu yang
lapisan minyak dan air dibutuhkan selama 8
WaktuW aktu
detik (Tabung 1)
aktu
*Alur tersebut juga berlaku pada sabun dari minyak kelapa dan
minyak curah 3) Minyak Kelapa
- Ditambahkan 2 mL larutan
sabun (yang dibuat dengan
melarutkan 0,1-0,2 gram sabun
hasil buatan diatas dalam 6-8 mL - Dikocok kuat-kuat
air panas) untuk mendapatkan
emulsi Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 17
- Dikocok kuat-kuat untuk
mendapatkan emulsi - Diamkan tabung reaksi
- Diamkan
a. Aquades + minyak
kelapa = terbentuk 2
lapisan
waktu yang
dibutuhkan selama
18 detik (Tabung 2)
b. Aquades +
minyak sawit +
larutan sabun =
terbentuk 2 lapisan
waktu yang
dibutuhkan selama
30 detik (Tabung 1)
3. *Alur tersebut juga berlaku pada sampel dari minyak kelapa dan Sebelum KOH (aq) + Berdasarkan
minyak curah a. Minyak sawit = C17H33COOH (aq) → percobaan yang telah
berwarna kuning C17H33COOK (aq) + H2O dilakukan, urutan
Sampel minyak sawit
muda, berat sebesar (l) bilangan asam dari
10,0023 gram yang tertinggi yakni
- Ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram di dalam Erlenmeyer b. Minyak kelapa = Secara teori semakin :
tidak berwarna dan besar bilangan asamnya Minyak curah >
- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes indikator fenolftalein
(PP) berat sebesar menunjukkan proses minyak sawit >
10,0002 gram pengolahannya kurang minyak kelapa.
- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N c. Minyak curah = baik atau kualitasnya
berwarna kuning dan kurang baik. Dan kualitas minyak
- Diulangi sebanyak tiga kali (triplo) berat sebesar (Sumber : Andri, 2008. yang terbaik adalah
Volume 10,0027 gram Teknologi Lemak dan minyak kelapa >
KOH d. etanol = larutan Minyak) minyak sawit >
tidak berwarna minyak curah.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 18


e. Indikator pp = Secara teori, urutan Sehingga hasil yang
larutan tidak kualitas minyak terbaik diperoleh telah
berwarna adalah minyak kelapa > sesuai dengan teori.
f. KOH 0,1 N = minyak sawit > minyak
Larutan tidak curah.
berwarna

Sesudah
1) Minyak sawit
a. Minyak sawit + 25
mL etanol = larutan
tidak bercampur
b. Minyak sawit + 25
mL etanol +
indikator pp =
larutan tidak
berwarna dan
minyak tidak
tercampur
c. sampel minyak
sawit + KOH 0,1 N
(titrasi) = larutan
berwarna pink muda,
dan volume KOH
yang dibutuhkan
adalah 1,1 mL

2) Minyak kelapa

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 19


a. Minyak kelapa +
25 mL etanol =
larutan tidak
berwarna
b. Minyak kelapa +
25 mL etanol +
indikator pp =
larutan tidak
berwarna
c. sampel minyak
kelapa + KOH 0,1 N
(titrasi) = larutan
berwarna pink muda,
dan volume KOH
yang dibutuhkan
adalah 1,0 mL

3) Minyak curah
a. Minyak curah +
25 mL etanol =
larutan tidak
bercampur
b. Minyak curah +
25 mL etanol +
indikator pp =
larutan tidak
berwarna dan
minyak tidak

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 20


tercampur
c. sampel minyak
curah + KOH 0,1 N
(titrasi) = larutan
berwarna pink muda,
dan volume KOH
yang dibutuhkan
adalah 1,2 mL

Bilangan Asam yang


diperoleh yakni :
- minyak sawit =
0,616 mg/gram
-minyak kelapa =
0,560 mg/gram
-minyak curah =
0,672 mg/gram

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 21


4. Bilangan Penyabunan Sebelum KOH (aq) + Berdasarkan
a. Minyak sawit = C17H33COOH (aq) → percobaan yang telah
Sampel minyak berwarna kuning C17H33COOK (aq) + H2O dilakukan, urutan
muda, berat sebesar (l) bilangan penyabunan
- Ditimbang sebesar 2 gram 2,0012 gram yang tertinggi
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer b. Minyak kelapa = C17H33COOK (aq) + H2O sampai terendah
- Dimasukkan 25 mL KOH alkoholik 0,5 tidak berwarna dan (l) + HCl (aq) → yakni :
NDitimbang sebesar 2 gram berat sebesar 2,0011 C17H33COOH (aq) KCl Minyak kelapa >
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer gram (aq) + H2O (l) minyak sawit >
CampuranCampuran
- Dimasukkan 25 mL KOH alkoholik 0,5 N c. Minyak curah = minyak curah.
berwarna kuning dan Secara teori, semakin
- Direfluks selama 30 menit berat sebesar 2,0024 tinggi bilangan Sehingga bilangan
- Didinginkan gram penyabunan, maka penyabunan yang
d. larutan HCl 0,5 N semakin baik kualitas diperoleh telah
Kelebihan = larutan tidak sabun. sesuai dengan teori
berwarna
KOHKelebihan KOH
e. Indikator pp =
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,5 N
larutan tidak
- Ditambahkan indikator pp berwarna
- Dilakukan pengulangan 3 kali f. KOH alkoholik 0,5
- Dihitung N = Larutan tidak
berwarna
Bilangan penyabunan Sesudah
penyabunan a. Sampel minyak +
KOH alkoholik 0,5
*Alur tersebut juga berlaku pada sampel dari minyak kelapa dan
N = larutan tidak
minyak curah
tercampur

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 22


b. Sampel minyak +
KOH alkoholik 0,5
N (direfluks selama
30 menit)
- minyak sawit =
kuning (++)
- minyak kelapa =
kuning (+)
- minyak curah =
kuning (++)

c. Filtrat + 2 tetes
indikator pp
- minyak sawit =
berwarna jingga
- minyak kelapa =
berwarna jingga
- minyak curah =
berwarna jingga

d. Filtrat + 2 tetes
indikator pp dan
dititrasi dengan 0,5
N
- minyak sawit =
kuning muda
- minyak kelapa =
kuning muda

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 23


- minyak curah =
kuning muda

d. Volume HCl yang


digunakan
- minyak sawit =
12,8 mL
- minyak kelapa =
13,1 mL
- minyak curah = 2,1
mL

e. Bilangan
Penyabunan yang
diperoleh
- minyak sawit =
170,70 mg/gram
- minyak kelapa =
320,42 mg/gram
- minyak curah =
166,40 mg/gram

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 24


H. Analisis dan Pembahasan
1. Pembuatan sabun
Percobaan pertama yang dilakukan yakni pembuatan sabun.
Pembuatan sabun dilakukan sebanyak 3 kali dengan jenis minyak yang
digunakan berbeda-beda. Yakni minyak sawit, minyak kelapa dan minyak
curah. Langkah pertama yakni dengan menimbang 1,4 gram NaOH
padatan berwarna putih sebanyak 3 kali menggunakan neraca analitis
kemudian dilarutkan dalam 3,3 mL aquades larutan tak berwarna dalam
tabung reaksi, menghasilkan larutan tak berwarna dan dinding tabung
terasa hangat.

NaOH (s) + H2O (l) → NaOH(aq)

Minyak Sawit
Pada pembuatan sabun menggunakan minyak sawit, langkah
pertama yang dilakukan adalah menimbang asam stearat (padatan bulat
berwarna putih) sebanyak 1,4 gram dan minyak sawit sebanyak 10 gram
menggunakan neraca analitis. Kemudian, 10 gram minyak sawit
dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan asam stearat. Asam
stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyak
menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak
mengeras. Setelah itu dipanaskan sampai suhu 70˚C sampai seluruh asam
stearat mencair. Pemanasan tidak boleh dilakukan dengan suhu yang tinggi
karena dapat mengoksidasi minyak menjadi berwarna kecoklatan,
berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh
autooksidasi. Setelah suhu mencapai 70˚C larutan di dinginkan hingga
suhu 50ᵒC.
Kemudian ditambahkan larutan NaOH yang telah dibuat
sebelumnya. Penambahan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam
karena NaOH bersifat basa. Selain itu, NaOH digunakan untuk
memperoleh sabun yang padat. NaOH atau kaustik soda merupakan
senyawa alkali yang bersifat basa berbentuk butiran atau keping yang
sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 25


sabun lewat reaksi saponifikasi. Setelah itu ditambahkan etanol (larutan
tidak berwarna) sebanyak 12 mL. Fungsi penambahan etanol adalah
sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Dengan pelarut inilah NaOH dapat
larut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi peyabunan
sehingga menghasilkan larutan yang berwarna kuning muda, berbuih dan
larutan menjadi kental. Kemudian ditambahakan 4 gram gliserin (larutan
tak berwarna dan kental), menghasilkan campuran tidak homogen larutan
tak berwarna dan terbentuk gumpalan berwarna kuning muda. Gliserin
merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.
Langkah selanjutnya yakni larutan kembali dipanaskan sampai
larutan menjadi jernih dan diaduk secara rata. Pemanasan dilakukan
bertujuan untuk menguapkan etanol. Setelah larutan menjadi jernih,
larutan dibiarkan sampai hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak
zaitun (larutan berbau harum tidak berwarna). Minyak zaitun disini
berfungsi sebagai zat pengaktif. Selain itu, juga ditambahkan pewarna
merah agar sabun terlihat lebih menarik, dan juga ditambahkan bibit
parfum secukupnya untuk menambah aroma wangi pada sabun. Setelah
itu, dituangkan dalam cetakan yang telah disediakan dan ditunggu sampai
sabun mengeras.

Minyak Kelapa
Pada pembuatan sabun menggunakan minyak kelapa, langkah
pertama yang dilakukan adalah menimbang asam stearat (padatan bulat
berwarna putih) sebanyak 1,4 gram dan minyak kelapa sebanyak 10 gram
menggunakan neraca analitis. Kemudian, 10 gram minyak kelapa
dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan asam stearat. Asam
stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyak
menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak
mengeras. Setelah itu dipanaskan sampai suhu 70˚C sampai seluruh asam
stearat mencair. Pemanasan tidak boleh dilakukan dengan suhu yang tinggi
karena dapat mengoksidasi minyak menjadi berwarna kecoklatan,

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 26


berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh
autooksidasi. Setelah suhu mencapai 70˚C larutan di dinginkan hingga
suhu 50ᵒC.
Kemudian ditambahkan larutan NaOH yang telah dibuat
sebelumnya. Penambahan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam
karena NaOH bersifat basa. Selain itu, NaOH digunakan untuk
memperoleh sabun yang padat. NaOH atau kaustik soda merupakan
senyawa alkali yang bersifat basa berbentuk butiran atau keping yang
sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk
sabun lewat reaksi saponifikasi. Setelah itu ditambahkan etanol (larutan
tidak berwarna) sebanyak 12 mL. Fungsi penambahan etanol adalah
sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Dengan pelarut inilah NaOH dapat
larut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi peyabunan
sehingga menghasilkan larutan kental berwarna putih. Kemudian
ditambahakan 4 gram gliserin (larutan tak berwarna dan kental),
menghasilkan campuran tidak homogen larutan tak berwarna dan
terbentuk gumpalan berwarna putih. Gliserin merupakan humektan
sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.
Langkah selanjutnya yakni larutan kembali dipanaskan sampai
larutan menjadi jernih dan diaduk secara rata. Pemanasan dilakukan
bertujuan untuk menguapkan etanol. Setelah larutan menjadi jernih,
larutan dibiarkan sampai hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak
zaitun (larutan berbau harum tidak berwarna). Minyak zaitun disini
berfungsi sebagai zat pengaktif. Selain itu, juga ditambahkan pewarna
cokelat agar sabun terlihat lebih menarik, dan juga ditambahkan bibit
parfum secukupnya untuk menambah aroma wangi pada sabun. Setelah
itu, dituangkan dalam cetakan yang telah disediakan dan ditunggu sampai
sabun mengeras.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 27


Minyak Curah
Pada pembuatan sabun menggunakan minyak curah, langkah
pertama yang dilakukan adalah menimbang asam stearat (padatan bulat
berwarna putih) sebanyak 1,4 gram dan minyak curah sebanyak 10 gram
menggunakan neraca analitis. Kemudian, 10 gram minyak curah
dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan asam stearat. Asam
stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu banyak
menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak
mengeras. Setelah itu dipanaskan sampai suhu 70˚C sampai seluruh asam
stearat mencair. Pemanasan tidak boleh dilakukan dengan suhu yang tinggi
karena dapat mengoksidasi minyak menjadi berwarna kecoklatan,
berhubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak yang disebabkan oleh
autooksidasi. Setelah suhu mencapai 70˚C larutan di dinginkan hingga
suhu 50ᵒC.
Kemudian ditambahkan larutan NaOH yang telah dibuat
sebelumnya. Penambahan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam
karena NaOH bersifat basa. Selain itu, NaOH digunakan untuk
memperoleh sabun yang padat. NaOH atau kaustik soda merupakan
senyawa alkali yang bersifat basa berbentuk butiran atau keping yang
sangat higroskopis. NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk
sabun lewat reaksi saponifikasi. Setelah itu ditambahkan etanol (larutan
tidak berwarna) sebanyak 12 mL. Fungsi penambahan etanol adalah
sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak. Dengan pelarut inilah NaOH dapat
larut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi peyabunan
sehingga menghasilkan larutan yang berwarna kuning muda, berbuih dan
larutan menjadi kental. Kemudian ditambahakan 4 gram gliserin (larutan
tak berwarna dan kental), menghasilkan campuran tidak homogen larutan
tak berwarna dan terbentuk gumpalan berwarna kuning muda. Gliserin
merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 28


Langkah selanjutnya yakni larutan kembali dipanaskan sampai
larutan menjadi jernih dan diaduk secara rata. Pemanasan dilakukan
bertujuan untuk menguapkan etanol. Setelah larutan menjadi jernih,
larutan dibiarkan sampai hangat kemudian ditambahkan 1 mL minyak
zaitun (larutan berbau harum tidak berwarna). Minyak zaitun disini
berfungsi sebagai zat pengaktif. Selain itu, juga ditambahkan pewarna
kuning tua agar sabun terlihat lebih menarik, dan juga ditambahkan bibit
parfum secukupnya untuk menambah aroma wangi pada sabun. Setelah
itu, dituangkan dalam cetakan yang telah disediakan dan ditunggu sampai
sabun mengeras.
Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

R1COONa CH2OH
CH2OCOR1

CH2OCOR2 + 3NaOH(aq) → R2COONa + CHOH

CH2OCOR3 R3COONa CH2OH


Minyak Basa Sabun Gliserol

2. Sifat Emulsi Sabun


Pada percobaan sifat emulsi sabun ini percobaan dilakukan untuk
mengetahui sifat emulsi dari tiap sabun yang dihasilkan pada percobaan
pertama. Sabun yang diuji adalah sabun yang telah dibuat dari minyak
kelapa, minyak sawit dan minyak curah.Percobaan emulsi ini dilakukan
dengan membandingkan waktu yang dihasilkan tiap sabun yang sudah
dikocok untuk dapat memisah. Semakin lama waktu yang diperlukan
sabun untuk memisah, maka semakin kuat sifat emulsinya.Langkah
pertama yang dilakukan adalah mencampurkan 3mL air dengan 5 tetes
minyak dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2mL larutan
sabun dari masing-masing minyak yang telah dibuat dengan melarutkan
0.1-0.2 gram sabun dalam 6-8mL air. Setelah tercampur tabung reaksi
dikocok sampai menjadi homogeny kemudian didiamkan agar terjadi
pemisahan lapisan minyak. Lama waktu yang diperlukan untuk

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 29


memisahkan lapisan minyak dicatat dan dibandingkan dengan lama
waktu pemisahan lapisan minyak yang dilakukan tanpa menambahkan
2mL larutan sabun. Langkah ini dilakukan untuk minyak kelapa,
minyak sawit dan minyak curah serta sabung yang dihasilkan dari
minyak kelapa, minyak sawit dan minyak curah. Dari percobaan yang
telah dilakukan diperoleh data waktu yang diperlukan untuk campuran
minyak kelapa dan air hingga memisah setelah dikocok adalah 18 detik
sedangkan waktu yang diperlukan campuran minyak kelapa + larutan
sabunminyak kelapa + air hingga memisah adalah 30 detik. Waktu yang
diperlukan untuk campuran minyak sawit dan air hingga memisah
setelah dikocok adalah 9 detik sedangkan waktu yang diperlukan
campuran minyak sawit + larutan sabun minyak sawit + air hingga
memisah adalah 25 detik.. Dan waktu yang diperlukan untuk campuran
minyak curah dan air hingga memisah setelah dikocok adalah 7
detik sedangkan waktu yang diperlukan campuran minyak curah +
larutan sabun minyak curah + air hingga memisah adalah 8 detik. Sifat
emulsi terbaik ditunjukkan oleh sabun dari minyak kelapa dengan
waktu pemisahan lapisan minyak terlama, kemudian minyak sawit, dan
yang terakhir minyak curah.
3. Bilangan Asam
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bilangan asam
yang terdapat pada setiap sampel minya. Setelah diketahui bilangan
asamnya, dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi bilangan asam
maka kwalitas sampel minyak tersebut kurang baik karena proses
pengolahannya kurang baik. Berdasarkan : Kandungan asam lemak
bebas dalam minyak yang bermutu baik hanya terdapat dalam jumlah
kecil, sebagian besar asam lemak terikat dalam bentuk ester atau bentuk
trigliserida (Keraten, 1986). Bilangan asam menunjukkan banyaknya
asam lema bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1
gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam
penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 30


pada minyak terutama pada saat pengolahan . Asam lemak merupakan
struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar bilangan asam


maka menunjukkan bahwa proses pengolahannya kurang baik atau
kwalitasnya kurang baik.

Pada sampel minyak sawit yang berwarna kuning, ditimbang


dengan berat 10,0023 gram. Kemudian dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 25 ml larutan etanol yang tidak
berwarna. Penambahan etanol yaitu sebagai pelarut netral yang tidak
akan mempengaruhi pH karena titrasi yang digunakan adalah titrasi
asam-basa. Setelah ditambahkan etanol larutan yang yang ada menjadi
tidak tercampur. Setelah itu ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein
(PP). Fungsi penambahan fenolftalein yaiu sebagai mempermudah
pengamat untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penambahan fenolftalein
harus sebelum titrasi dan tidak boleh dibiarkan, karena apabila
dibiarkan fenolftalein tidak akan bereaksi cepat. Sehingga mempersulit
titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, kemudian di titrasi
dengan larutan standar KOH 0,1 N. Titrasi dihentikan ketika larutan
berwarna merah muda atau soft pink. Larutan KOH yang diperoleh
untuk menitrasi larutan minyak sawit adalah 1,1 ml.

Pada sampel minyak kelapa yang tidak berwarna, ditimbang


dengan berat 10,0002 gram. Kemudian dimasukkan kedalam
erelenmeyer. Setelah itu ditambahkan 25 ml etanol yang tidak
berwarna. Fungsi penambahan etanol disini yaitu sebagai sebagai
pelarut netral yang tidak akan mempengaruhi pH karena titrasi yang
digunakan adalah titrasi asam-basa. Setelah ditambahkan etanol,
larutan minyak masih tidak berwarna. Setelah itu ditambahkan 5 tetes
indikator fenolftalein (PP), fungsi penambahan indikator fenolftalein
yaitu sebagai mempermudah pengamatan untuk mengetahui titik akhir
titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, kemudian dititrasi
dengan larutan standar KOH 0,1 N. Titrasi ini dihentikan ketika larutan

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 31


berwarna merah muda atau soft pink. Larutan KOH yang diperoleh
untuk menitrasi larutan minyak kelapa adalah 1,0.

Pada sampel minyak curah yang berwarna kuning, ditimbang


dengan berat 10,0027 gram. Kemudian dimasukkan kedalam
erelenmeyer. Setelah itu ditambahkan 25 ml etanol yang tidak
berwarna. Fungsi penambahan etanol disini yaitu sebagai sebagai
pelarut netral yang tidak akan mempengaruhi pH karena titrasi yang
digunakan adalah titrasi asam-basa. Setelah ditambahkan etanol, larutan
minyak dengan etanol tidak tercampur rata. Setelah itu ditambahkan 5
tetes indikator fenolftalein (PP), fungsi penambahan indikator
fenolftalein yaitu sebagai mempermudah pengamatan untuk mengetahui
titik akhir titrasi. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein, kemudian
dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N. Titrasi ini dihentikan ketika
larutan berwarna merah muda atau soft pink. Larutan KOH yang
diperoleh untuk menitrasi larutan minyak kelapa adalah 1,2. Reaksi
yang terjadi adalah :

KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)

Setelah didapatkan volume KOH yang digunakan untuk


menitrasi, maka volume KOH digunakan untuk menentukan bilangan
asam setiap asam dan setelah itu dapat diketahui kwalitas minyak yang
baik.Perhitumgan bilangan asam dapat digunakan dengan persamaan :

𝑉 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝐾𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝐾𝑂𝐻


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑊

Setelah didapatkan persamaan tersebut, setiap sampel dihitung


masing-masing bilangan asamnya. Didapatkan bilangan asam minyak
sawit yaitu 0,616 mg/gram, bilangan asam untuk minyak kelapa sebesar
0,560 mg/gram dan bilangan asam minyak curah sebesar 0,672
mg/gram. Berdasarkan besar bilangan asam pada setiap sampel minyak
berdasarkan yang terbesar adalah minyak curah > minyak sawit >
minyak kelapa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kwalitas

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 32


berdasarkan yang paling baik adalah minyak kelapa > minyak sawit >
minyak curah. Penarikan kesimpulan tersebut telah sesuai teori bahwa
bilangan asam yang semakin besar menunjukkan proses pengolahannya
kurang baik dan kwalitasnya kurang baik.

4. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menunjukkan berapa
mg KOH yang digunakan untuk membentuk 1 gram sabun secara
sempurna. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat
molekul minyak dan lemak secara kasar. Dalam percobaan ini sampel
minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak curah yang digunakan
berturut-turut sebanyak 2,0011 g; 2,0012 g; dan 2,0024 g. Kemudian
ditambahkan KOH alkoholik sebanyak 25 mL, sehingga KOH akan
bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan
satu molekul minyak atau lemak. Dengan cara merefluks campuran
lemak atau minyak dengan KOH berlebih dan menitrasi kelebihan
KOH. Larutan alkali yang tertinggal tersebut kemudian ditentukan
dengan titrasi dengan menggunakan asam, dalam percobaan ini yaitu
HCl, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui. Reaksi
yang terjadi adalah :
KOH (aq) + C17H33COOH (aq) → C17H33COOK (aq) + H2O (l)

C17H33COOK (aq) + H2O (l) + HCl (aq) → C17H33COOH (aq) KCl


(aq) + H2O (l)

Semakin besar bilangan penyabunan maka semakin kecil molekul


dari minyak tersebut. Ini juga menunjukkan banyak molekul dari
minyak setiap gramnya yang mempunyai nilai berbanding lurus
dengan bilangan penyabunan atau berbanding terbalik dengan besar
molekulnya. Artinya, semakin besar molekul suatu minyak maka
bilangan penyabunan dan jumlah molekulnya semakin kecil. Semakin
tinggi bilangan penyabunan, maka semakin baik kualitas sabun.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 33


Bilangan penyabunan dapat diperoleh menggunakan persamaan sebagai
berikut :
(V KOH − V HCl) x N HCl x Mr KOH
W minyak sawit
Dalam percobaan ini bilangan penyabunan dari minyak kelapa, minyak
sawit, dan minyak curah yang diperoleh berturut-turut 320,42 mg/gram;
170,70 mg/gram; dan 166,40 mg/gram.

I. Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa :
Pembuatan sabun padat yaitu dengan mereaksikan antara minyak
dengan larutan alkali (dalam hal ini NaOH) . Minyak yang digunakan
adalah minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak curah.
2. Berdasarkan percobaan 2 yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Sifat emulsi pada minyak kelapa lebih bagus dibandingkan minyak
sawit dan minyak curah. Jadi sabun dan minyak lebih sulit memisah
bila dibandingkan dengan minyak dan air. Hal ini karena struktur sabun
memiliki 2 kutub yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik. Sehingga
adanya busa akan meningkat karena terdapat surfaktan pada larutan
sabun.
3. Berdasarkan percobaan 3 yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Bilangan asam menunjukkan bahwa baik atau tidaknya kwalitas
minyak. Semakin tinggi bilangan asam semakin kurang baik
kwalitasnya. Sesuai teori bilangan asam yang tertinggi adalah minyak
curah > minyak sawit > minyak kelapa. Sehingga kwalitas minyak
mulai dari yang terbaik adalah minyak kelapa > minyak sawit > minyak
curah.
4. Berdasarkan percobaan 4 yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
semakin semakin tinggi bilangan penyabunan, maka semakin baik
kualitas sabun.

J. Daftar Pustaka
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed.

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 34


McGra- Hill Book Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics.
85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik
3rd Edition. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Lemak dan Minyak Pangan. UI
Press. Jakarta Hal 6,191-195
Prasetio, Afif. Praktikum Pembuatan Sabun Transparan. Online. Web
Publikasi:https://www.academia.edu/9426781/Praktikum_Pembuatan_
Sabun_Transparan. Diakses pada hari Jum’at, 24 Maret 2017 pukul
21.30 WIB.

Tim Dosen Kimia Organik. 2017.Buku Penuntun Praktikum Kimia

Organik. Surabaya : UNESA press

K. Lampiran
1. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagramalir)?
Pembuatan sabun keras
Asam stearat
Padatan NaOH
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Ditimbang sebanyak 1,4 gram
- Dimasukkan kedalam 10 gram minyak
- Dilarutkan dalam 3,3, mL air
sawit
- Dibiarkan hingga larutan hangat
- Dipanaskan sampai suhu 70 0 C sampai
seluruh asam asetat mencair
- Dibiarkan hingga suhu turun sampai 500
C

- Kedua larutan dicampur dan diaduk rata


- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan jernih
- Dibiarkan agak hangat dan ditambah 1 mL minyak
zaitun
- Cairan dicetak sebelum memadat

Sabun padat

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 35


Pembuatan Sabun Lunak
Asam stearat
Padatan KOH
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- Ditimbang sebanyak 1,4 gram
- Dimasukkan kedalam 10 gram
- Dilarutkan dalam 3,3, mL air
minyak sawit
- Dibiarkan hingga larutan hangat
- Dipanaskan sampai suhu 70 0 C
sampai seluruh asam asetat mencair
- Dibiarkan hingga suhu turun sampai
500 C
-Kedua larutan dicampur dan diaduk rata
-Ditambahkan 12 gram alkohol
-Ditambahkan 4 gram gliserin
-Dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan
jernih
- Dibiarkan agak hangat dan ditambah 1 mL minyak
zaitun
- Cairan
Sabun padat dicetak sebelum memadat

2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun?


NaOH (s) + H2O (l) ---> NaOH (aq)

NaOH (aq) + C17H33COOH (aq) ---> C17H33COONa (aq) + H2O (l)

HIn (aq) + H2O (l) ---> H3O+ (aq) + In- (aq)

HCl (aq) + KOH (aq) ---> KCl (aq) + H2O (l)

KOH (aq) + C17H33COOH (aq) ---> C17H33COOK (aq) + H2O (l)

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 36


3. Bagaimana diagram alur untuk membuat emulsi sabun?
Sifat emulsi sabun

Sabun padat

- Ditimbang sebanyak 0,1 – 0,2 gram


- Dilarutkan dalam 6-8 mL air panas

Larutan sabun

Tabung 1 Tabung 2

3 mL aquades + 5 tetes minyak 3 mL aquades + 5 tetes minyak

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi I - Dimasukkan kedalam tabung reaksi II


- Ditambah 2mLlarutan sabun - Dikocok dan didiamkan
- Dikocok dan didiamkan - Diamati pemisahan lapisan minyak
- Diamati pemisahan lapisan minyak - Dicatat waktu yang diperlukan untuk
- Dicatat waktu yang diperlukan untuk terbentuk lapisan minyak dan air
terbentuk lapisan minyak dan air

Waktu Waktu
dibandingkan

4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun?


Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang
keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil
diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying
agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk
lapisan di sekeliling minyak sebgai akibat menurunnya tegangan permukaan,
sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya burtir-butir minyak satu sama
lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau garam
empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi
saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang
terdispersi yang terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi
yang juga dikenal dengan continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan
bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 37


tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa ini molekul-molekulnya
mempunyai afinitas terdapat kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya
harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan itu. Emulsi temporer
terjadi bila minyak dan air saja dikocok bersamasama, akan berbentuk butir-
butir lemak dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-
partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-
molekul air. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi
sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan emulsi sementara, emulsi yang
mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang mampu
membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang terdispersi,
sehingga mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Ada beberapa
istilah yang digunakan untuk bahan ketiga diantaranya adalah emulsifier,
stabilizer atau emulsifying agent. Beberapa bahan yang dapat berfungsi
sebagai emulsifier adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji, kasein,
albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau
mustard. French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat menjadi
lebih stabil dengan penambahan dalam banyak tepung paprika yang dapat
membentuk lapisan tipis disekeliling butir-butir lemak yang terdispersi.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang
dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih
terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar). Maka dapat lebih membatuk
terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam
air (o/w).
Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam
minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). Contohnya
mentega dan
margarin. Cara kerja emulsifier dapat terilustrasikan bila butir-butir lemak
telah terpisah karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir
lemak yang terdispersi tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis
emulsifier. Bagianmolekul emulsifier yang nonpolar larut dalam lapisan luar
butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air,
continous phase). Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 38


yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut
dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik
(suka air) dan larut dalam air.
Non polar: CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik)
Polar : COONa+ larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran polar)
Proses penghilangan kotoran :
 Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan
tegangan permukaan
 Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan
mengikat molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena
antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
 Sedangkan bagian kepala molekul sabun di dalam air pada saat
pembilasanmenarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain
menjadi bersih
5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan alkali
NaOH dengan KOH dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan alat dan
bahan yang sama !
Rumusan masalah :
 Bagaimana perbedaan hasil pembuatan sabun menggunakan alkali NaOH
dan KOH ?
 Bagaimana pengaruh penambahan NaOH atau KOH terhadap tingkat
kekerasan sabun ?
 Bagaimana pengaruh penambahan NaOH atau KOH terhadap waktu yang
diperlukan untuk sabun menjadi keras ?
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon, dan
control) !
a. Variabel manipulasi : Jenis minyak goreng (minyak sawit, minyak
kelapa dan minyak curah)
b. Variabel control : Massa minyak goreng, massa asam stearat, NaOH,
gliserol, etanol, minyak zaitun, pewarna dan pewangi dan suhu
pemanasan

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 39


c. Variabel respon :Waktu yang dibutuhkan sabun untuk menjadi keras,
aroma sabun, tingkat kekerasan sabun, bilangan asam, dan bilangan
penyabunan.
7. Buatlah prosedur praktikumnya !

1) Pembuatan Sabun

NaOH

- Ditimbang sebanyak 1,4 gram

- Dilarutkan dalam 3,3 mL air


- Biarkan sampai larutan NaOH hangat.
Larutan NaOH

Asam stearat
Minyak sawit

- Ditimbang sebanyak 10 gram - Ditimbang sebanyak 1 gram

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


berisi minyak
Dicampurkan

Campuran minyak sawit + asam stearat

- Dipanaskan sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat


mencair
- Dibiarkan sampai suhu 50°C
- Ditambahkan larutan NaOH dan aduk terus.
- Ditambahkan 12 gram alkohol
- Ditambahkan 4 gram gliserin
- Dipanaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih
(biarkan campuran agak dingin)
- Ditambahkan 1 mL minyak zaitun
- Ditambahkan pewarna dan parfum atau minyak wangi
- Dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran
memadat.

Sabun

*Alur tersebut juga berlaku pada minyak kelapa dan minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 40


2) Sifat Emulsi Sabun
3 mL aquades + 5 tetes
minyak
- Dimasukkan ke dalam dua
tabung reaksi

Tabung 1 Tabung 2

- Ditambahkan 2 mL larutan sabun - Dikocok kuat-kuat untuk


(yang dibuat dengan melarutkan 0,1- mendapatkan emulsi
0,2 gram sabun hasil buatan diatas
dalam 6-8 mL air panas) - Diamkan tabung reaksi

- Dikocok kuat-kuat untuk - Diamati pemisahan lapisan


mendapatkan emulsi minyak yang terjadi

- Diamkan - Dicatat waktu yang diperlukan


untuk terjadinya pemisahan
- Diamati pemisahan lapisan minyak lapisan minyak dan air
yang terjadi
- Dicatat waktu yang diperlukan untuk Waktu
terjadinya pemisahan lapisan minyak
dan air
Waktu

*Alur tersebut juga berlaku pada sabun dari minyak kelapa dan minyak
Curah

3) Bilangan Asam

Sampel minyak

- Ditimbang dengan teliti seberat 5-10 gram di dalam Erlenmeyer

- Ditambahkan 25 mL etanol dan 5 tetes indikator fenolftalein (PP)


- Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N

- Diulangi sebanyak tiga kali (triplo)

Volume
KOH
*Alur tersebut juga berlaku pada sampel dari minyak kelapa dan minyak

curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 41


4) Bilangan Penyabunan

Sampel minyak

- Ditimbang sebesar 2 gram


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Dimasukkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N
Campuran

- Direfluks selama 30 menit


- Didinginkan

Kelebihan KOH

- Dititrasi dengan larutan standar


HCl 0,5 N
- Ditambahkan indikator pp
- Dilakukan pengulangan 3 kali
- Dihitung
Bilangan penyabunan

*Alur tersebut juga berlaku pada sampel dari minyak kelapa dan minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 42


2. Perhitungan

Percobaan 3 (Bilangan Asam)


Diketahui : N KOH = 0,1 N V KOH yang digunakan
Mr KOH = 56 gram/mol minyak sawit = 1,1 mL
= 56 mg/mmol minyak kelapa = 1,0 mL
W (sawit) = 10,0023 gram minyak curah = 1,2 mL
W (kelapa) = 10,0002 gram
W (curah) = 10,0027 gram
Ditanya : Bilangan Asam masing-masing minyak ?
Jawab :
a. Bilangan Asam minyak sawit
V KOH x N KOH x Mr KOH
Bilangan Asam =
W minyak sawit
1,1 mL x 0,1 N x 56 mg/mmol
=
10,0023 gram

= 0,616 mg/gram
b. Bilangan Asam minyak kelapa
V KOH x N KOH x Mr KOH
Bilangan Asam =
W minyak sawit
1,0 mL x 0,1 N x 56 mg/mmol
=
10,0002 gram

= 0,560 mg/gram
c. Bilangan Asam minyak curah
V KOH x N KOH x Mr KOH
Bilangan Asam =
W minyak sawit
1,2 mL x 0,1 N x 56 mg/mmol
=
10,0027 gram

= 0,672 mg/gram

Percobaan 4 (Bilangan Penyabunan)


Diketahui : V KOH = 25 mL V KOH yang digunakan
N HCl = 0,5 N minyak sawit = 12,8 mL
Mr KOH = 56 gram/mol minyak kelapa = 2,1 mL

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 43


= 56 mg/mmol minyak curah = 13,1 mL
W (sawit) = 2,0012 gram
W (kelapa)= 2, 0011gram
W (curah) = 2, 0024 gram
Ditanya : Bilangan penyabunan masing-masing minyak ?
Jawab :
a. Bilangan penyabunan minyak sawit
(V KOH−V HCl) x N HCl x Mr KOH
Bilangan penyabunan =
W minyak sawit
(25−12,8)mL x 0,5 N x 56 mg/mmol
=
2,0012 gram

= 170,70 mg/gram
b. Bilangan penyabunan minyak kelapa
(V KOH−V HCl) x N HCl x Mr KOH
Bilangan penyabunan =
W minyak sawit
(25−2,1)mL x 0,5 N x 56 mg/mmol
=
2,0011 gram

= 320,42 mg/gram
c. Bilangan penyabunan minyak sawit
(V KOH−V HCl) x N HCl x Mr KOH
Bilangan penyabunan =
W minyak sawit
(25−13,1)mL x 0,5 N x 56 mg/mmol
=
2,0024 gram

= 166,40 mg/gram

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 44


3. Dokumentasi
 Alat

1. Gelas ukur 10 ml 1 buah


2. Termometer 1 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas kimia 100 ml 1 buah
5. Gelas kimia 50 ml 1 buah
6. Spatula 1 buah
7. Pipet tetes 15 buah
8. Penjepit 1 buah
9. Refluks 1 set
10. Statif dan klem 1 set
11. Buret 1 buah
12. Kompor listrik 1 buah
13. Pembakar spirtus 1 buah
14. Kaki tiga 1 buah
15. Alas 1 buah
16. Tabung reaksi 3 buah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 45


 Pembuatan Sabun
No. Foto Keterangan
1.

Minyak sawit Minyak kelapa Menimbang minyak sawit,


minyak kelapa dan minyak
curah masing-masing ±10 gram

Minyak curah

2.

Minyak sawit Minyak kelapa


Semua sampel minyak
dimasukkan kedalam masing-
masing gelas kimia

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 46


3.

Menimbang asam stearat


sebanyak 1,4 gram untuk
masing-masing sampel minyak

4.

Memasukkan asam stearate ±1,4


Minyak sawit Minyak kelapa
gram kedalam gelas kimia yang
telah berisi masing-masing
sampel minyak

Minyak curah

5.

Campuran minyak dengan asam


stearate dipanaskan sampai suhu
Minyak sawit Minyak kelapa 70°C

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 47


Minyak curah

6.

Menimbang padatan NaOH


sebanyak 1,4 gram dan iulangi
3x sesuai sampel minyak yang
ada

7.

Minyak sawit Minyak kelapa


Melarutkan padatan NaOH
dengan 3,3 ml aquades.
Kemudian dimsukkan kedalam
campuran minyak dan stearate
yang sebelumnya suhunya
diturunkan menjadi 50°C

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 48


8.

Minyak sawit Minyak kelapa


Memasukkan etanol 12 ml
kedalam masing-masing
campuran

Minyak curah

9.

Minyak sawit Minyak kelapa

Memasukkan 4 gram gliserin


kedalah masing-masing
campuran

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 49


10.

Memanaskan masing-masing
Minyak sawit Minyak kelapa
campuran diatas pembakar
spirtus sampai campuran benar-
benar larut

Minyak curah

11.

Minyak sawit Minyak kelapa

Ditambahakn 1 ml minyak
zaitun, sedikit pewarna dan 2 ml
pewangi

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 50


12.

Dimasukkan kedalam cetakan

13.

Sabun yang telah memadat

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 51


 Sifat Emulsi Sabun
No. Foto Keterangan
1.

Memasukkan masing-masing
Minyak sawit sampel minyak kedalam tabung
reaksi dan menambahkan 2 ml
air sabun

Minyak kelapa Minyak curah

2.

Minyak sawit Minyak kelapa

Hasil emulsi yang didapat dan


adanya lapisan

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 52


 Bilangan Asam
No. Foto Keterangan
1.

Minyak sawit Minyak kelapa Menimbang minyak sawit,


minyak kelapa dan minyak
curah masing-masing ±10 gram

Minyak curah

2.

Minyak sawit Minyak kelapa


Semua sampel minyak
dimasukkan kedalam masing-
masing erlenmeyer

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 53


3.

Minyak sawit Minyak kelapa


Menambahkan 25 ml etanol
kedalam masing-masing
Erlenmeyer yang telah berisi
sampel minyak

Minyak curah

4.

Minyak sawit Minyak kelapa

Menambahkan 5 tetes indikator


fenolftalein (PP) kedalah
erelenmeyer

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 54


5.

Setiap Erlenmeyer dititrasi


dengan larutan standar KOH 0,1
N

6. Menghitung volume KOH yang


dipakai untuk menitrasi

Hasil titrasi

Minyak sawit Minyak kelapa

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 55


 Bilangan Penyabunan
No. Foto Keterangan
1.

Minyak sawit Minyak kelapa Menimbang minyak sawit,


minyak kelapa dan minyak
curah masing-masing ±2 gram

Minyak curah

2.

Minyak sawit Minyak kelapa


Semua sampel minyak
dimasukkan kedalam masing-
masing erlenmeyer

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 56


3.

Minyak sawit Minyak kelapa


Direfluks semala 30 menit yang
sebelumnya ditambahkan 25 ml
KOH alkoholik 0,5 N

Minyak curah

4.

Minyak sawit Minyak kelapa


Warna larutan setelah
ditambahn 2 tetes indikator pp.
Larutan berwarna jingga

Minyak curah

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 57


5.

Hasil dari titrasi dengan HCl 0,5


N yang sebelumnya
ditambahkan 2 tetes indicator
fenolftalein

Praktikum Kimia Organik “Pembuatan Sabun”| 58

Anda mungkin juga menyukai