Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada
payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus, lemak dan jaringan konektif,
pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kanker berasal dari sel-sel yang terdapat di
duktus, beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya. Kanker payudara
merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga dari seluruh keganasan yang dijumpai pada
wanita.
Problem kanker payudara menjadi lebih besar lagi karena lebih 70% penderita datang
ke dokter pada stadium yang sudah lanjut (Saryono, 2009). Kasus kanker payudara di Jawa
Tengah sebesar 28.038.000 kasus, pada tahun 2005 sebesar 5608 kasus (0,02%), mengalami
peningkatan pada tahun 2006 sebesar 11.215 kasus (0,04%), pada tahun 2007 tidak terjadi
peningkatan yaitu sebesar 11.215 kasus (0,04%), kemudian meningkat lagi pada tahun 2008
sebesar 14.019 kasus (0,05%). Menurut Dinkes Semarang (2007), pada tahun 2007 terdapat
879 kasus yang terdiri dari kriteria remaja berumur 11 – 24 tahun sebanyak 28 kasus (3,2%),
sedangkan pada usia 25 – 44 tahun berjumlah 400 kasus (45,5%) dan pada usia 45 tahun ke
atas 451 kasus (51,3%). Prevalensi tertinggi kasus kanker payudara adalah di Kota Surakarta
sebesar 78.506 kasus (0,28%) (Depkes, 2008).
Pada stadium dini, kanker payudara dapat disembuhkan, tetapi di Indonesia penderita
datang dalam kondisi stadium lanjut. Akibatnya penanganan kanker payudara hanya berkisar
pada tujuan valiatif atau meringankan gejalanya saja. Hal ini yang menyebabkan insidens,
morbiditas serta angka kematian (mortalitas) masih tetap tinggi. Apabila sebelumnya ada
upaya pencegahan primer dan deteksi dini atau pencegahan sekunder, angka-angka tersebut
dapat ditekan (Persi, 2000).
Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia (Luwia, 2003).
Akan tetapi, usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara (Yayasan Kanker
Indonesia, 2008). Tingginya angka kejadian kanker payudara mengakibatkan tidak sedikit
pula penderita kanker payudara yang berujung pada kematian (Saryono, 2009). Jika saja

1
tanda dan gejala kanker payudara dapat ditemukan sedini mungkin maka tingkat kesembuhan
akan semakin tinggi.
Salah satu langkah pencegahan sekunder adalah dengan melakukan deteksi dini atau
skrining. Kanker akan memiliki prognosis yang lebih baik jika terdeteksi pada stadium dini.
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mendeteksi penyakit atau kelainan, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak
sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Tujuan dari deteksi dini ini untuk menemukan
secara dini, yaitu kanker yang masih dapat disembuhkan, untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas kanker (Imam, 2009). Langkah deteksi
dini payudara yang umum dilakukan oleh masyarakat adalah Periksa Payudara Sendiri
(SADARI) atau Breast Self Examination (BSE), pemeriksaan klinis atau Clinical Breast
Examination (CBE) dan mamografi (Victor, 2008).
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
tetapi angka kematian dan kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena pasien
ditemukan dalam stadium lanjut. Kanker payudara akan mendapatkan penanganan
secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih baik
apabila kanker payudara dideteksi sejak dini (Supit, 2002).
Terdapat tiga cara utama untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara,
yaitu SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast selfexamination, sebaiknya mulai biasa
dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari
setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid Anda. Kedua, lakukan pemeriksaan oleh
tenaga kesehatan atau (clinical breast examination). Dan ketiga, lakukan Mamografi, yaitu
pemeriksaan penunjang dengan X-ray pada payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-
tidaknya perubahan pertanda kanker payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan ini cukup efektif untuk wanita berusia di atas 40 tahun.
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familial, artinya seorang
wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak
mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit
tersebut. Wanita yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker
payudara daripada wanita yang fertil (Prawirohardjo, 2008).

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari konsep teori dan asuhan keperawatan pasien dengan kanker payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kanker payudara
b. Mengetahui penyebab kanker payudara
c. Mengetahui pathogenesis atau patofisiologi kanker payudara
d. Mengetahui manifestasi klinis kanker payudara
e. Mengetahui klasifikasi kanker payudara
f. Mengetahui pathway kanker payudara
g. Mengetahui komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh kanker payudara
h. Mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker payudara
i. Mengetahui penatalaksanaan kanker payudara
j. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit kanker payudara

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Payudara Normal
1. Anatomi
a. Kelenjar mammaria
Kelenjar mammaria merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu. Kelenjar
mammaria terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major, m.serratus
anterior, meluas dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea midaxillaris. Bagian
posterior kelenjar mammaria merupakan jaringan pengikat longgar (spatium
retromammae) yang memisahkan kelenjar mammaria dengan fascia yang menutupi m.
pectoralis mayor dan m. serratus anterior.
Setiap kelnjar mammaria merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose
yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran kelenjar mammaria
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat, bukan pada jumlah
jaringan glandular semata.
Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul
untuk memperforasi putting dengan 15-20 mulut (opening)7.
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium (cooper)
adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan. Ligamen suspensorium
ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai fasia superfisisalis tepat di bawah
kulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobules kemudian
bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Sel-sel
alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran merupakan
unit glandular yang menyintesis dan mensekresi susu8.
Selama pertumbuhan, kelenjar mammaria dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan hormon mammogen/laktogen

4
(hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita yang pubertas, kelenjar mammaria tumbuh
membesar dan areola menjadi lebih coklat, membentuk duktus dan lobulus, sedangkan
pada wanita immatur dan pria, kelenjar mammaria sama besar7.
b. Papilla mammaria
Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi
tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mammaria ini berisi duktus
laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus kelenjar mammaria.
Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus. Papilla mammaria
dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan berisi kelenjar sudorifera,
kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan kelenjar areolaris(Montgomery),
beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel rambut dan serabut otot polos yang
menyebabkan ereksi papilla mammaria saat berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris
berfungsi untuk meminyaki selama proses laktasi7.
c. Vascularisasi7
1) Sistema arteriosa
a) Kulit
- Rr. mammaria lateralis (rr. anterior, r. cutanei lateralis aa. Intercostalis
posterioris)
- Rr mammaria medialis (rr. cutanei anterioris, aa. intercostalis posterior IV-
VI)
b) Kelenjar mammaria
- r. perforans a. mammaria interna (cabang a. subklavia)
- r. thoracalis lateralis (cabang a. axillaris)
- a. intercostalis posterior
2) Sistema venosa
a) superficial
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna dan v. superfisialis colli
b) profunda
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna, v. axillaris, dan v. intercostalis
d. Innervasi7
- Rr. mammaria mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)

5
- Rr. mammaria laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)
- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar
e. Sistema limfatica7
Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:
1) Nodus lymfatica axillaris
2) Nodus lymfatica cervicalis profunda
3) Nodus lymfatica deltoideopecktorales
4) Nodus lymfatica parasternalis

Gambar 2.1 Anatomi payudara


2. Fisiologi
a. Perkembangan payudara
- Masa Pubertas
Payudara mulai berkembang saat pubertas. Kadar hormon yang meningkat
saat pubertas menyebabkan perkembangan payudara lebih lanjut dan biasanya
mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun sebelumnya.
Peningkatan estrogen merangsang pertumbuhan pembuluh laktiferus, papilla dan
areola mammae menjadi lebih nyata. Peningkatan progesterone memacu proliferasi
alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa meningkat dan jaringan lemak inilah
terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara.
- Masa subur
Pada separuh terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita mengeluhkan
adanya perubahan payudara, serupa dengan keluhan pada waktu hamil. Perubahan ini

6
disebabkan oleh progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum, dan akan hilang
dengan dimulainya menstruasi dan kadar progesterone yang menurun.
- Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai respon
terhadap estrogen, kemudian terhadap progesterone dari korpus luteum, dan
kemudian terhadap hormon-hormon dari plasenta yang sedang berkembang.
Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan perkembangan papilla dan areola
mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan tubuli dan duktus laktiferus. Pada wanita
yang tidak hamil dan menyusui, alveoli kecil dan padat berisi jaringan granulasi. Pada
kehamilan, progesterone mula-mula menyabkan proliferasi alveoli dalam
persiapannya untuk menghasilkan air susu, dan kemudian diikuti pembesaran alveoli
dan penggandaan lebih lanjut.
- Minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan
Jaringan lunak payudara menjadi lebih noduler (terasa berbenjol) pada
perabaan. Terdapat sensasi penuh, nyeri tekan, dan kesemutan. Karena terjadi
peningkatan suplai darah, maka vena subkutan menjadi lebih tampak nyata.
- Minggu ke-12
Pigmentasi pada papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata. Glandula
sebasea yang terletak di dalam areola membesar dan men yekresi sebum dan bahan
seperti minyak yang berguna untuk melumasi papilla mammae. Pada stadium inu,
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai tuberculum Montgomery. Kolustrum mulai
keluar dari papilla mammae pada wanita multigravida sedangkan wanita
primigravida, produksi kolustrum dimulai di akhir kehamilan.
- Setelah 16 minggu
Suatu daerah yang berbercak-bercak akan timbul di sekitar areola mammae
dan dikenal sebagai areola sekunder. Setelah bayi lahir, areola sekunder ini
hilang.kolostrum sejati tampak pada minggu ke-16.
- Masa pasca partum
Glandula mammae dapat dipandang sebagai organ pascapartum yang
berfungsi penuh hanya apabila telah mampu melakukan laktasi (menyusukan bayi)
dan dapat mempertahankan laktasi tersebut9.

7
b. Pertumbuhan sistem duktus-peranan estrogen
Selama kehamilan sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga
sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan stroma payudara juga
bertambah besar dan terisi lemak. Terdapat 4 hormon lainnya yang penting untuk
pertumbuhan sistem duktus yaitu growth hormone, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan
insulin.
c. Pekembangan sistem lobulus, alveolus- peranan progesterone
Perkembangan akhir sistem payudara menjadi organ yang menyekresi air susu
dipacu oleh progeteron dan beberapa hormone lainnya yang sinergis yaitu estrogen,
dibantu growth hormone, prolaktin, glukokortikoid adrenal dan insulin. Perubahan ini
analog dengan efek sekresi progesterone pada endometrium uterus selama pertengahan
akhir siklus seksual wanita.
d. Permulaan laktasi-fungsi prolaktin
Meskipun estrogen dan progeteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar
payudara selama kehamilan, pengaruh khusus kedua hormone ini adalah untuk mencegah
sekresi air susu ibu. Sedangkan hormon prolaktin mempunyai efek meningkatkan sekresi
air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis dan konsentrasinya di dalam
darah meningkat secara tetap dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi, dimana
kadarnya meningkat 10-20 kali kadar normal. Konsentrasi prolaktin paling tinggi terjadi
pada akhir kehamilan. Setelah kelahiran bayi hingga dalam beberapa minggu berikutnya,
kadar prolaktin kembali ke kadar basal yaitu kadar sewaktu tidak hamil. Setiap kali ibu
menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu merangsang hipotalamus dan
menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10-20 kali lipat yang berlangsung kira-
kira 1 jam. Produksi air susu dihambat pada kelainan hipotalamus/hipofisis/bila laktasi
tidak dilakukan terus menerus. Produksi air susu dapat berlangsung terus menerus selama
beberapa tahun bila anak terus mengisap, namun kecepatan pembentukannya menjadi
berkurang sangat banyak setelah 7-9 bulan melahirkan.
e. Proses ejeksi/let down dalam sekresi air susu–fungsi oksitosin
Air susu secara kontinyu disekresikan ke dalam alveoli payudara, tetapi air susu
tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus. Air susu harus
diejeksikan dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat memperolehnya(let down).

8
Proses ini disebabkan oleh gabungan reflek neurogenik dan hormonal yaitu oksitosin
(hormon hipofisis posterior). Pengisapan bayi merupakan impuls sensorik yang
ditransmisikan melalui saraf somatik dari puting susu ke medulla spinalis, kemudian ke
hipotalamus dan menyebabkan sekresi oksitosin. Oksitosin dalam darah mengalir ke
kelenjar payudara yang menyebabkan sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar
alveoli berkontraksi untuk mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada
tekanan positif 10-20mmHg. Dalam waktu 30”-1’ setelah bayi mengisap payudara, air
susu mulai mengalir10

B. Pengertian
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker tertua pada manusia. Penyakit
kanker payudara telah dikenali sejak jaman mesir kuno ± 1600 SM, walaupun pada saat itu belum
ada definisi mengenai kanker. Edwin Smith Papyrus melaporkan ada 8 kasus tumor yang disertai
ulkus pada daerah payudara yang diterapi dengan cara dibakar dengan api. Pada abad 17 seorang
ahli bedah Perancis Jean Louis Petit (1674 – 1750) menemukan kasus kanker payudara yang
disertai pembesaran limfonodi didaerah aksila. Kemudian ahli bedah dari Skotlandia Benjamin
Bell (1749 – 1806) melakukan operasi pengangkatan kelenjar payudara beserta otot–otot dada
dan limfonodi aksila, baru kemudian dipopulerkan oleh William Stewart Halsted (1882)
melakukan Halsted Radikal Mastectomy dan prosedur ini tetap populer sampai tahun 1970
(Shirley, 2005).
Ada beberapa pendapat tentang Kanker payudara yang dikemukan oleh para ahli.
Menurut sutriston (1992), kanker payudara merupakan neoplasma spesifik tempat terlazim
perempuan yang merupakan penyebab utama kematian perempuan karena kanker. Menurut
Carpenito (1999), kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal,
berkembang cepat dan menginfiltrasikan jaringan limfe dan pembuluh darah dalam payudara.
Sedangkan menurut Luwia (2005), kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kanker payudara adalah
perubahan sel-sel yang mengalami perubahan tidak normal dan tidak terkontrol pada kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang serta pembuluh darah dalam payudara.

9
C. Etiologi
Perlu diketahui bahwa hingga saat ini etiologi kanker payudara belum diketahui secara
pasti, namun diduga bahwa penyebabnya sangat multifactorial yang saling mempengaruhi.
Menurut Ramli (1999) dan Manan (1999) ada 3 hal yang memiliki pengaruh penting terhadap
kanker payudara :
1. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara.Pada percobaan
tikus dengan galur sensitif kanker, melalui persilangan genetik didapatkan tikus yang terkena
kanker.Ada faktor turunan pada suatu keluarga yang terkena kanker payudara. Kelainan ini
diketahui terletak dilokus kecil di kromosom 17q21 pada kanker payudara yang timbul saat
usia muda.
2. Hormon
Kelebihan hormon estrogen endogen atau lebih tepatnya terjadi ketidak seimbangan hormon
terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor resiko yang dapat disebutkan
seperti masa reproduksi yang lama, nulipara, dan usia tua saat mempunyai anak pertama akan
meningkatkan estrogen pada siklus menstruasi. Wanita pasca menopause dengan tumor
ovarium fungsional dapat terkena kanker payudara karena adanya hormon estrogen
berlebihan.Suatu penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen di urin,
frekwensi ovulasi, dan umur saat menstruasi dihubungkan dengan meningkatnya resiko
terkena kanker payudara.
Epitel payudara normal memiliki reseptor estrogen dan progesteron.Kedua reseptor
ditemukan pada sebagian besar kankerpayudara.Berbagai bentuk growth promoters
(transforming growthfactor-alpha/epitehlial growth factor, platelet-derived growth factor),
fibroblast growth factor dan growth inhibitor disekresi oleh sel kanker payudara manusia.
Banyak penelitian menyatakan bahwa growth promoters terlibat dalam mekanisme autokrin
dari tumor. Produksi GFtergantung pada hormon estrogen, sehingga interaksi antara hormon
disirkulasi, reseptor hormon pada sel kanker dan GF autokrinmerangsang sel tumor menjadi
lebih progresif.

10
3. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup
Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain: alkohol, diet tinggi lemak,
dan infeksi virus. Hal tersebut mungkin mempengaruhi onkogen dan gen supresi tumor dari
kanker payudara.

D. Tanda Dan Gejala


Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba, biasanya oleh
wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan
dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
pemeriksa l;alu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara spontan
kadang disertai darah.
7. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

E. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel
ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari
carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran

11
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia,
Wilson Lorrairee M, 1995 )
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri: proliferasi sel
yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang
tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor lingkungan mungkin
memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan
karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi
menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen
tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit
dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4
berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.

12
F. Manifestasi Klinis
Pasine biasanya dating dengan keluhan benjolan atau masa di payudara, rasa sakit, keluar
cairan dari putting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange)
pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara
harus dipikairkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
Dalam anameses juga ditanyakan adanya factor-faktor resiko pada pasien, dan pengarus
siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor. Untuk meminimalkan pengaruh
hormon estrogen dan progesterone, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih satu minggu
dihitung dari hari pertama haid. Teknik pemeriksaan fisis adalah sebagai berikut :
1. Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jauh bebas kesamping dan pemeriksa
berdiri didepan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri dan
kanan, simetris atau tidak ; adakah kelainan papilla, letak dan bentuknya, retraksi putting
susu, kelainan kulit berupa peau d’orange, dimpling, ulserasi, atau tanda-tanda radang.
Lakukan juga dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada
bayangan tumor dibawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal,
dimpling dan lain-lain.
2. Posisi berbaring
Sebaiknya dengan punggung diganjal bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial setinggi iga
kedua, sampai distal setinggi iga ke enam, serta daerah sub areolar dan papilla atau dilakukan
secara sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papilla untuk melihat apakah ada
cairan yang keluar.
Tetapkan keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya; ukuran,
konsistensi, batas tegas atau tidak; dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis atau dinding
dada.
3. Pemeriksaan KGB regional didaerah :
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
1) Mamaria eksterna di anterior, dibawah tepi atau pektoralis
2) Subskapularis di posterior aksila
3) Sentral dipusat aksila
4) Apical di ujung atas fasia aksilaris

13
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama
4. Orang lain yang diperiksa unt melihat adanya metastasis yaitu hepar, lien, tulang belakang
dan paru. Metastasis jauh dapat bergejala sebagai berikut :
a. Otak : nyeri kepla, mual, muntah, epilepsy, ataksia, paresis, paralesis
b. Paru : Efusi, sesak napas
c. Hati : kadang tanpa gejala, massa icterus obstruksi
d. Tulang : nyeri, patah tulang.
(Mansjoer, 2000)

G. Klasifikasi
1. Jenis Kanker Payudara
a. Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan
kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
b. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju puting susu.
Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
c. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause.
d. Karsinoma invasive
Karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya,
biasanya terinkalisir (terbatas pada payudara) maupun melastatik (menyebar kebagian
tubuh lainnya).
e. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
2. Klasifikasi Tnm Kanker Payudara
a. Tumor primer (T)
1) Tx: Tumor primer tidak dapat ditentukan
2) To: Tidak terbukti adanya tumor primer
3) Tis:

14
 Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
 Kanker intraduktal atau lobuler insitu
 Penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
4) T1: Tumor < 2 cm
 T1a: Tumor < 0,5 cm
 T1b: Tumor 0,5 – 1 cm
 T1c: Tumor 1 – 2 cm
5) T2: Tumor 2 – 5 cm
6) T3: Tumor diatas 5 cm
7) T4: Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak
termasuk otot pektoralis
 T4a: Melekat pada dinding dada
 T4b: Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara yang
sama
 T4c: T4a dan T4b
 T4d: karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
b. Nodus limfe regional (N)
1) Nx: Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2) N0: Tidak teraba kelenjar aksila
3) N1: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
4) N2: Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya.
5) N3: Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
c. Metastas jauh (M)
1) Mx: Metastase jauh tidak dapat ditentukan
2) M0: Tidak ada metastase jauh
3) M1: Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
3. Stadium Kanker Payudara
Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu:

15
a. Tahap 0: Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam payudara
yang normal
b. Tahap I: Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak
terdeteksi adanya metastasis.
c. Tahap II: Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan tidak
terdeteksi adanya metastasis.
d. Tahap III: Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan sembarang
ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam
area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis.
e. Tahap IV: Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal atau
kankerosa dan adanya metastasis jauh.
Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara sebagai
berikut.
1. Kanker Payudara Non Invasif
a. Karsinoma intraduktus non invasif
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai infiltrasi
jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma intraduktus, yaitu :
komedokarsinoma, solid, kribriformis, papiler, dan mikrokapiler. Komedokarsinoma
ditandai dengan sel-sel yang berproliferasi cepat dan memiliki derajat keganasan
tinggi.Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius utama, kemudian
menginfiltrasi papilladan areola,sehingga dapat menyebabkan penyakit Paget pada
payudara.
b. Karsinoma lobular insitu
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan atau tubulus,
tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma.Sel-sel berukuran lebih besar dari normal, inti
bulat kecil dan jarang disertai mitosis.
2. Kanker Payudara Invasif
a. Karsinoma duktus invasif
Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker payudara.Karsinoma
duktus infiltratif merupakan 65-80% dari karsinoma payudara.Secara histologis, jaringan
ikat padat tersebar berbentuk sarang.Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti

16
kecil dengan sedikit gambaran mitosis.Pada tepi tumor, tampak sel kanker mengadakan
infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut
juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not otherrwiser spercifierd (NOS),scirrhous
carcinoma, infiltrating carcinoma, atau carcinoma simplex.
b. Karsinoma lobular invasif
Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil dan
seragam dengan sedikit pleimorfisme.Karsinoma lobular invasive biasanya memiliki
tingkat mitosis rendah.Sel infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar duktus
berbentuk seperti target.Sel tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar, atau solid.
c. Karsinoma musinosum
Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus intra dan ekstraseluler
yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis.Secara histologis, terdapat 3
bentuk sel kanker.Bentuk pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang
mengambang dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam susunan
kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari
susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel
berbentuk signet-ring.
d. Karsinoma meduler
Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas sitoplasma tidak
jelas.Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada
karsinoma duktus infiltratif.Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah
sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.
e. Karsinoma papiler invasif
Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.
f. Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis, dikelilingi
oleh stroma fibrous.Jenis ini merupakan karsinoma dengan diferensiasi tinggi.
g. Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk
kribriformis.Sangat jarang ditemukan pada payudara.
h. Karsinoma apokrin

17
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosinofilik, sehingga
menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat
ditemukan juga padajenis karsinoma payudara yang lain.

H. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran
limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika
nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil
alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk
meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal
ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya
pembengkakan yang menyulitkan (Brunner dan Suddarth, 2002)

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan
dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau
tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang
tampak kista sebesar sampai 2 cm.

18
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi
pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan
penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah
dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi
histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.

J. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di
payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak
membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya
kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.
Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

19
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba
dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor,
maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari
tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke
dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara
sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
2. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat
payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila
untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral
otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
3. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe, aksila, kekambuhan tumor local atau
regional setelah mastektomi.

20
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk. 2002. hal: 1596-1600).

21
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama ada benjolan pada payudara dan lain-lain keluhan serta sejak kapan
riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan) faktor
etiologi/risiko.
3. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mammae.
4. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain
esterogen dan progesterone, maka sebaiknya pemerikasaan ini dilakukan saat pengaruh
hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi ± 1 minggu dari akhir menstruasi.
a. Inspeksi
- Simetri mammae kanan-kiri
- Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue d’orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat apakah ada
bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b. Palpasi
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada,
jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas, dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila)
4) Adakah metastase nudus (regional) atau organ jauh
5) Stadium kanker (sistem TNM UIIC, 1987)
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
1) Pemeriksaan radiologis

22
a) Mammografi/USG mammae
b) X-foto thorax
c) Kalau perlu
(1) Galktografi
(2) Tulang-tulang
(3) USG abdomen
(4) Bone scan
(5) CT scan
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Rutin, darah lengkap, urine
b) Gula darah puasa dan 2 jam pp
c) Enzyme alkali sposphate, LDH
d) CEA, MCA, AFP
e) Hormon reseptor ER, PR
f) Aktivitas estrogen/vaginal smear
3) Pemeriksaan sitologis
a) FNA dari tumor
b) Cairan kista dan pleura effusion
c) Secret putting susu
4) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi

23
B. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, status sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi kanker.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.
d. Gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan hipermetabolik (iritasi
lambung, anoreksia)
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan

24
C. Rencana Intervensi Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
status sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan
tegangan, kelelahan.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenal
asuhan keperawatan sebelumnya terhadap penyakit mengenai pengalaman klien
selama 4x24 jam yang dideritanya. sebelumnya akan
memberikan dasar untuk
diharapkan cemas
penyuluhan dan menghindari
berkurang. adanya duplikasi.
NOC : b. Berikan informasi tentang b. Pemberian informasi dapat
 Anxiety control prognosis secara akurat. membantu klien dalam
 Coping memahami proses
Kriteria Hasil : penyakitnya.
 Klien mampu c. Beri kesempatan klien untuk c. Dapat menurunkan
mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaannya. kecemasan klien.
mengungkapkan Beri informasi dengan emosi
gejala cemas wajar dan ekspresi yang sesuai.
 Mengidentifikasi, d. Jelaskan pengobatan, tujuan d. Membantu klien dalam
mengungkapkan dan dan efek samping. Bantu klien memmahami kebutuhan
menunjukkan tehnik mempersiapkan diri dalam untuk pengobatan dan efek
untuk mengontol pengobatan. sampingnya.
cemas e. Catat koping yang tidak e. Mengetahui dan menggali
 Vital sign dalam efektif, seperti kurang interaksi pola kopinh klien.
batas normal sosial, ketidakberdayaan, dll.
 Postur tubuh, f. Anjurkan untuk f. Agar klien memperoleh
ekspresi wajah, mengembankan interaksi dan dukungan dari orang
bahasa tubuh dan support system. terdekat/keluarga.
tingkat aktivitas g. Berikan lingkungan yang aman g. Memberikan kesempatan
menunjukkan dan nyaman. pada klien untuk
berkurangnya berfikir/merenung/istirahat.
kecemasan h. Pertahankan kontak klien, h. KLien mendapatkan
bicara dan sentuhan yang kepercayaan diri dan
wajar. keyakinan bahwa dia benar-
benar ditolong.

1
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi),
efek samping terapi kanker.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang
asuhan keperawatan durasi, dan intensitas diperlukan untuk merencakan
diharapkan nyeri asuhan
b. Evaluasi terapi: pembedahan, b. Untuk mengetahui terapi yan
berkurang
radiasi, kemoterapi, bioterapi, dilakukan sesuai atau tidak,
NOC : ajarkan klien dan keluarga atau malah menyebabkan
 Pain Level, tentang cara menghadapinya. komplikasi
 Pain control, c. Berikan pengalihan seperti c. Untuk meningkatkan
 Comfort level reposisi, aktivitas kenyamanan dengan
Kriteria Hasil : menyenangkan seperti mengalihkan perhatian klien
 Mampu mengontrol mendengarkan music atau dari rasa nyeri
nyeri (tahu penyebab menonton TV
nyeri, mampu d. Menganjurkan teknik d. Meningkatkan kontrol diri
menggunakan tehnik penanganan stress (teknik atas efek samping dengan
nonfarmakologi relaksasi, visualisasi, menurunkan stress dan
untuk mengurangi bimbingan), berikan sentuhan ansietas
nyeri, mencari terapeutik.
bantuan) e. Evaluasi nyeri, berikan e. Untuk mengetahui efektifitas
 Melaporkan bahwa pengobatan bila perlu. penanganan nyeri
nyeri berkurang f. Diskusikan penanganan nyeri f. Agar terapi yang diberika
dengan dengan dokter dan klien. tepat sasaran
menggunakan g. Berikan analgetik sesuai g. Untuk mengatasi nyeri
manajemen nyeri dengan indikasi seperti morfin,
 Mampu mengenali methadone, narkotik, dll
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital dalam
rentang normal

26
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan a. Review pengertian klien dan a. Menghindari adanya
asuhan keperawatan keluarga tentang diagnose, duplikasi dan pengulangan
diharapkan klien pengobatan dan akibatnya. terhadap pengerahuan klien
b. Tentukan persepsi klien b. Memungkinkan dilakukan
mengetahui penyakitnya.
tentang kanker dan pembenaran terhadap
NOC : pengobatannya, ceritakan pada kesalahan persepsi dan
 Kowlwdge : klien tentang pengalaman klien kesalahan pengertian
disease process lain yang menderita kanker. c. Membantu klien dalam
 Kowledge : c. Beri informasi yang akurat dan memahami proses penyakit
health Behavior factual d. Membantu klien dan
Kriteria Hasil : d. Baerikan bimbingan kepada keluarga dalam membuat
 Pasien dan keluarga klien dan keluarga sebelum keputusan pengobatan
menyatakan mengikuti prosedur
pemahaman tentang pengobatan, terapi yang lama,
penyakit, kondisi, dan komplikasi
prognosis dan e. Anjurkan pada klien untuk e. Mengetahui sampai sejauh
program pengobatan memberikan umpan balik. mana pemahaman klien dan
 Pasien dan keluarga keluarga menganal penyakit
mampu klien
melaksanakan f. Review klien/keluarga tentang f. Meningkatkan pengetahuan
prosedur yang status nutrisi yang optimal klien dan keluarga mengenai
dijelaskan secara nutrisi yang adekuat
benar g. Anjurkan klien untuk mengkaji g. Mengkaji perkembangan
 Pasien dan keluarga membrane mukosa mulutnya proses-proses penyembuhan
mampu menjelaskan secara rutin, perhatikan adanya dan tanda-tanda infeksi serta
kembali apa yang eritema, ulcerasi. masalah dengan kesehatan
dijelaskan mulut yang dapat
perawat/tim mempengaruhi intake
kesehatan lainnya. makanan dan minuman.
h. Anjurkan klien memelihara h. Meningkatkan integritas
kebersihan kulit dan rambut. kulit.

27
4. Gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik (iritasi lambung, anoreksia)
NOC NIC Rasional
NOC : a. Minitor intake makanan setiap a. Memberikan informasi
 Nutritional Status : hari, apakah klien makan tentang status gizi klien.
food and Fluid sesuai dengan kebutuhannya.
Intake b. Timbang ukur berat badan. b. Memberikan informasi
Kriteria Hasil : tentang penambahan dan
 Adanya peningkatan penurunan berat badan
berat badan sesuai c. Kaji pucat, penyembuhan luka c. Menunjukkan keadaaan gizi
dengan tujuan yang lambat dan pembesaran klien sangat buruk
 Berat badan ideal kelenjar parotis
sesuai dengan tinggi d. Anjurkan klien untuk d. Kalori merupakan sumber
badan mengkonsumsi makanan tinggi energy
kalori dengan intake cairan
 Mampu
yang adekuat
mengidentifikasi
e. Kontrol faktor lingkungan e. Mencegah mual muntah,
kebutuhan nutrisi
seperti bau busuk atau bising. distensi berlebihan,
 Tidak ada tanda
Hindarkan makanan yang dyspepsia yang
tanda malnutrisi
terlalu pedas, manis, dan asin. menyebabkan penurunan
 Tidak terjadi
nafsu makan serta
penurunan berat
mengurangi stimulus
badan yang berarti
berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan yang f. Agar klien merasa seperti
menyenangkan misalnya berada di rumah
makan dengan keluarga.
g. Anjurkan teknik relaksasi, g. Untuk menimbulkan
visualisasi, latihan moderate perasaan ingin
sebelum makan. makan/membangkitkan
selera makan
h. Anjurkan komunikasi terbuka h. Agar dapat diatasi secara
tentang problem anoreksia bersama-sama dengan ahli
yang dialami klien gizi.

28
5. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
kemoterapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
NOC NIC Rasional
Setelah dilakukan Airway Management
asuhan keperawatan  Buka jalan nafas, guanakan a. Membuka jalan nafas
diharapkan tidak terjadi teknik chin lift atau jaw thrust
kerusakan integritas bila perlu
NOC :  Posisikan pasien untuk b. Memperlancar jalan nafas
memaksimalkan ventilasi
- Respiratory status : c. Memberikan oksigen untuk
Ventilation  Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas otak yang adekuat
- Respiratory status :
Airway patency buatan
 Pasang mayo bila perlu d. Mengetahui adanya kelainan
- Vital sign Status bunyi nafas
Kriteria Hasil : e. Mempertahankan jalan nafas
 Lakukan fisioterapi dada jika
- Mendemonstrasikan yang adekuat
perlu
batuk efektif dan f. Memperlebar jalan nafas
suara nafas yang  Keluarkan sekret dengan
bersih, tidak ada batuk atau suction
sianosis dan  Auskultasi suara nafas, catat
dyspneu (mampu adanya suara tambahan
mengeluarkan  Lakukan suction pada mayo
sputum, mampu  Berikan bronkodilator bila
bernafas dengan perlu
mudah, tidak ada  Berikan pelembab udara
pursed lips) Kassa basah NaCl Lembab
- Menunjukkan jalan  Atur intake untuk cairan
nafas yang paten mengoptimalkan
(klien tidak merasa keseimbangan.
tercekik, irama  Monitor respirasi dan status
nafas, frekuensi O2
pernafasan dalam
rentang normal, Terapi Oksigen
tidak ada suara  Bersihkan mulut, hidung dan
nafas abnormal) secret trakea
- Tanda Tanda vital  Pertahankan jalan nafas yang
dalam rentang paten
normal (tekanan
 Atur peralatan oksigenasi
darah, nadi,
 Monitor aliran oksigen
pernafasan)
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR

29
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan
aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan
apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi
kembali. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reliabilitas dan validitas dapat
dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses ( formatif )
dan evaluasi hasil ( sumatif ). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauhmana pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada
akhir asuhan. Seorang perawat harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari
masalah keperawatan klien yaitu sebagai berikut :

30
1. Tujuan tercapai
Bila klien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan
sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Bila klien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya
sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai
Bila klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan
kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
Untuk evaluasi diagnosa keperawatan ansietas hasil yang diharapkan
yaitu menunjukkan rentang perasaan yang tepat. Untuk evaluasi diagnosa
keperawatan nyeri hasil yang diharapkan yaitu mengekspresikan penurunan
nyeri. Untuk evaluasi diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit hasil
yang diharapakan yaitu menunjukkan perilaku/tehnik untuk meningkatkan
penyembuhan/mencegah komplikasi. Untuk evaluasi diagnosa keperawatan
gangguan citra tubuh hasil yang diharapkan yaitu menunjukkan gerakan ke arah
penerimaan diri dalam situasi pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam
konsep diri tanpa menegatifkan harga diri. Untuk diagnosa keperawatan
kerusakan mobilitas fisik hasil yang diharapkan yaitu menunjukkan keinginan
untuk berpartisipasi dalam terapi, menunjukkan tehnik yang memampukan
melakukan aktivitas. Untuk diagnosa keperawatan kurang perawatan diri hasil
yang diharapkan yaitu menunjukkan pencapaian perawatan diri hingga tingkat
yang paling tinggi. Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan hasil yang
diharapkan yaitu menunjukkan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
melakukan prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kanker payudara adalah sel tumor yang berkembang atau tumbuh tidak
normal di daerah payudara maupun sekitarnya dan merupakan insiden
tertinggi penyebab kematian wanita.
2. Penyebab kanker payudara menjadi insiden atau prevalensi tertinggi
kematian wanita karena biasanya melakukan pemeriksaan setelah stadium
lanjut.
3. Pemeriksaan dini dengan SADARI di masyarakat kurang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Saran-saran yang dapat kita kutip dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perawat harus bisa menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien kanker
payudara dengan tepat dan juga harus dapat melakukan beberapa tindakan
dan asuhan pada pasien kanker payudara sesuai dengan advis dokter dan
diagnosa yang ditegakkan.
2. Kita harus selau waspada dengan melakukan pemeriksaan dini dengan
SADARI dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat
kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi
dan sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.
3. Sebagai seorang perawat harus dapat memberikan penyuluhan pemeriksaan
dini dengan SADARI pada masyarakat serta memberikan penekanan pada
pentingnya pemeriksaan dini payudara.

32
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta
: EGC
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth Volume 3. Jakarta: EGC.
Doenges M.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapiusi

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
NANDA. 2009. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Ramli M. 1995. Kanker Payudara. Jakarta : Binarupa Aksara

Shirley IM. 2000. Epidemiologi Kanker Payudara dan Pengendaliannya. Jakarta :


Medika
Tucker, S.M,. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume I. Jakarta: EGC
Wijaya, A.S & Putri, Y.M,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa) 2. Yogyakarta: Nuha Medika.

33

Anda mungkin juga menyukai