PENDAHULUAN
Adapun yang menyebabkan lahirnya hadis adalah sebagaimana diriwayatkan Muslim yang bersumber dari Anas ibn Malik,
bahwa Nabi SAW. pernah lewat di hadapan para petani yang tengah mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma betina). Nabi
SAW. berkomentar: ”Sekiranya kalian tidak melakukan hal ini, niscaya kurmamu akan bagus dan baik.” Mendengar komentar ini, para petani
berhenti dan tidak lagi mengawinkan kurmanya. Beberapa lama kemudian, Nabi SAW. lewat lagi di tempat itu dan menegur para petani:
”Mengapa pohon kurmamu itu?” Para petani menyampaikan apa yang telah dialami oleh kurma mereka, yakni banyak yang tidak jadi.
Mendengar keterangan mereka itu, maka Nabi SAW. bersabda: ”Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Riwayat
1
يا رفاق نعرف أكثر حول الشؤون العالمية: وقال." أن" النبي السلما أن يكون عليه، فقال،" " روي عن" عائشة را
“Diriwayatkan dari Aisyah RA., ia berkata, bahwa Nabi SAW. Bersabda: kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian” (HR. Muslim)
Hadis tersebut bersumber dari tiga orang sahabat, yaitu Aisyah, Anas ibn Malik, dan Tsabit ibn Aslam. Aisyah binti Abu Bakar
as-Shiddiqah salah seorang isteri Nabi SAW. dan Umm al-Mu’minin. Nama Aisyah berasal dari kata ‘aisy artinya hidup Nabi SAW. biasa
memanggilnya dengan nama ‘Uwaisy. Selain itu, biasa juga dipanggil Humaira (artinya kemerah-merahan). Panggilan dengan menggunakan
bentuk tasghir seperti ini sebagai bentuk ungkapan rasa kasih sayang dan cinta serta ungkapan lebih akrab. Aisyah lahir 2 tahun setelah
Muhammad dilantik menjadi Rasul atau sekitar tahun 8 sebelum hijrah. Aisyah dinikahi oleh Rasulullah SAW. ketika masih usia 6 tahun atau
dua tahun sebelum hijrah ke Madinah, dan tiga tahun setetah wafatnya Khadijah isteri pertama Nabi SAW. Dan berkumpul bersama dengan
Nabi Saw di Madinah dalam satu rumah tangga pada usia 9 tahun, yaitu pada bulan Syawal tahun 2 H setelah pulang dari perang Badar. Ada
juga yang mengatakan tahun 2 H. Aisyah tinggal serumah dengan Nabi SAW. selama 8 tahun 5 bulan dan menjadi janda Nabi SAW. ketika
sedang berusia 18 tahun. Nabi SAW. wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 HI 8 Juni 632 M ketika sedang dalam dekapan Aisyah, pada
Aisyah adalah tokoh sahabat perempuan terkemuka, dengan kecerdasannya ia sebagai ahli fatwa, tafsir, fikih terutama ilmu
faraidh atau kewarisan, ilmu sastra, dan lain-lain. Menurut al-Zuhri (124 H/742 M), kalau dibandingkan ilmu yang dimiliki Aisyah dengan
ilmu yang dimiliki semua wanita dan atau isteri-isteri Rasul yang lain dan ilmu para sahabat, maka ilmu Aisyah masih tetap lebih unggul.
Bahkan terkadang ia menjadi rujukan dari antar para sahabat lainnya atau sebagai tempat berkonsultasi oleh para sahabat senior, jika ter adi
permasalahan yang belum ada ketetapan hukumnya secara jelas dan tegas dari nas. Umar ibn Khattab pernah bertanya dan belajar hadis
kepada Aisyah walaupun Umar sendiri sangat dekat hubungannya dengan Rasul. Ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang
bersumber dari Anas, Nabi SAW. bersabda: “Keutamaan Aisyah atas seluruh perempuan, seperti keutamaan tsarid (jenis makanan Arab yang
terdiri dari daging dan roti) atas seluruh menu makanan” Tsarid adalah sejenis makanan favorit dan terbaik dalam konteks zaman itu.
Aisyah termasuk urutan keempat di antara para sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis. la meriwayatkan 2.210 hadis. 174
hadis yang disepakati Bukhari dan Muslim. 54 hadis yang diriwayatkan sendiri oleh Bukhari Baja dan 68 hadis oleh Muslim sendiri.
Aisyah wafat di Madinah pada masa kekhalifahan Muawiyah pada malam selasa, 17 Ramadhan tahun 5714 dalam usia 66 tahun.
Shalat jenazahnya diimami oleh Abu Hurairah yang wafat pada tahun itu juga.
B. Takhrijul Hadis
Hadis di atas diriwayatkan imam Muslim dalam Shahihnya pada hadis no.2363. Dan kualitas hadis tersebut adalah sahih. Dalam,
riwayat lain yang semakna dengan hadis tersebut diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya pada hadis no.24399.
" . فإنه يمكنك الرجال الول للقياما، ولكن إذا كانت الشؤون الدينية. ثم تعرفون أفضل،" إذا كان أي شيء يتعلق" الشؤون العالمية "يا رفاق
”Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka kalian lebih tahu. Adapun jika urusan agama kalian, maka itu adalah
urusanku."
2
Selain Ibnu Majah dalam Sunannya pada hadis no. 2471 juga meriwayatkan dengan susunan redaksi.
" . فإنه يمكنك الرجال الول للقياما، ولكن إذا كانت الشؤون الدينية. ثم تعرفون أفضل،" إذا كان أي شيء يتعلق" الشؤون العالمية "يا رفاق
"Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian, maka itu adalah urusan kalian sendiri. Dan jika sesuatu itu adalah urusan
Selain Ibnu Majah, Ahmad juga meriwayatkannya dengan redaksi yang sama, yaitu pada hadis no. 22040 dan 24399.
C. Fiqhul Hadis
Hadis tersebut di atas, kalau dilihat secara tekstual saja tanpa melihat pada konteks apa dan latar belakang historic apa yang
menyebabkan lahirnya hadis tersebut disabdakan, maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi SAW. tidak tahu dan tidak
mengerti sama sekali serta tidak mau peduli terhadap persoalan keduniaan. Pemahaman seperti ini tentu saja keliru, sebab Nabi SAW. bukan
malaikat, dan beliau diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul, namun sifat kemanusiaannya tidak terhapus. Beliau lahir, besar, dan tinggal
menetap di lingkungan masyarakat yang berbudaya, sehingga dengan demikian beliau tentu tahu, mengerti, merasakan, dan peduli terhadap
masalah keduniaan. Sebagai bukti bahwa Nabi SAW. sangat besar perhatiannya terhadap masalah lingkungan hidup sebagai bagian dari
masalah keduniaan. Bahkan dalam perjalanan kehidupannya dikenal sebagai pedagang dan penggembala kambing sebelurn diangkat menjadi
Nabi SAW. Perhatian beliau terhadap persoalan keduniaan dapat dilihat dalam hadis-hadisnya, antara lain:
Di samping itu, Islam juga mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia memberikan berbagai hak kepada pemerintah dan
para pemimpin sekaligus membebankan pula berbagai kewajiban. Ia mengajarkan dan membimbing bagaimana memimpin rakyat, bagaimana
menegakkan keadilan, bagaimana mewujudkan pemerataan, bagaimana berperang dan berdamai, serta bagaimana pula berhubungan dengan
O1eh karena itu, upaya memahami pecan dan muatan hadis tersebut di atas adalah dengan memahami berdasarkan pada konteks
latar belakang historis sosial budaya ketika disabdakannya hadis tersebut. Hadis tersebut disabdakan Nabi SAW. ketika melewati para petani
kurrna yang tengah menyerbuk kurmanya sebagaimana disebutkan pada latar belakang lahimya hadis tersebut di atas hingga Nabi SAW.
bersabda kepada para petani; “Bahwa kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”. Ini artinya, bahwa Nabi SAW. bersabda demikian
sebagai respon dan bentuk perhatian dan penghargaannya terhadap keahlian pada bidang pertanian kurma itu”. Jadi, urusan dunia dalam hadis
tersebut di atas dimaknai sebagai sebuah pengetahuan ilmiah terapan, atau keahlian atau profesional pada suatu bidang tertentu. Nabi SAW.
menyerahkan urusan dunia kepada kita sebagai sebuah penghargaan terhadap keahlian atau profesionalitas tertentu. Dan penghargaan Nabi
SAW. tersebut tidak saja berlaku pada bidang pertanian seperti dalam latar belakang hadis tersebut, karena yang ditekankan dalam hadis di
atas bukan pada kurmanya itu, akan tetapi lebih pada penguasaan pada bidang itu sendiri atau profesionalitasnya itu. Sehingga hal ini bersifat
universal, artinya seluruh bidang apa saja, harus dikerjakan secara profesional. Dengan demikian, hadis tersebut di atas secara kontekstual
3
Di era modern dan globalisasi sekarang ini persaingan sangat ketat, sehingga persoalan kemampuan dan keahlian atau
profesionalitas menjadi suatu tuntutan dan keharusan yang mesti dikedepankan dan bukan lagi saatnya dan tidak lagi relevan mengedepankan
persoalan latar belakang kedaerahan, misalnya putera daerah dan nonputera daerah, latar belakang etnis, keturunan, golongan, dan lain-lain.
Dalam profesionalitas ini, ada tiga hal yang terkandung di dalamnya yang antara satu dengan lainnya saling terkait yaitu: pertama, mempunyai
keahlian dan penguasaan pada suatu bidang tertentu dengan dilandasi oleh kapasitas kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua,
mempunyai etika dan moral (akhlak). Ketiga, memberikan pelayanan dan maslahat kepada orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Dan
Menguasai dan ahli pada suatu bidang tertentu, tapi tidak mempertimbangkan persoalan moral dan etika bahkan tidak bermoral,
maka itu tak dapat disebut sebagai profesional. Di Indonesia ini yang sudah dilanda multikrisis yang sampai pada detik ini belum juga
berakhir dan yang paling banyak merasakan deritanya adalah rakyat kecil, itu karena disebabkan oleh banyak faktor, salahsatu di antaranya
adalah banyaknya orang Indonesia ahli dan menguasai suatu bidang tertentu, misalnya ahli ekonomi tapi mereka tidak mempunyai moral.
Buktinya mereka yang banyak menyalahgunakan uang negara dengan cara korupsi sehingga negara rugi dan rakyat menderita adalah bukan
orang-orang bodoh, tapi justru orang-orang ahli. Orang-orang seperti ini tidak layak disebut profesional, karena hanya ahli tapi tidak
bermoral.
Di samping itu, yang namanya profesional harus apa yang dimilikinya itu dapat memberikan manfaat tidak saja pada dirinya
sendiri, tapi juga untuk orang lain, masyarakat, dan linkungannya, baik pada skala kecil maupun pada skala lebih luas dan besar seperti untuk
kepentingan bangsa dan negara. Peledakan bom yang sering terjadi di Jakarta dan tempat-tempat lainnya dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai keahlian tentang bom. Orang seperti ini sangat tidak patut disebut sebagai profesional, karena dengan keahliannya merakit dan
membuat bom justru digunakan pada sesuatu yang meresahkan dan merusak orang lain dan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Ilmu
dan keahliannya digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dan keuntungan kelompoknya. Mereka hanya mungkin patutnya disebut sebagai
orang brutal dan bukan profesional. Dalarn ajaran Islam, kualitas kesalehan kemanusiaan sangat disorot dan ditentukan pada sejauhmana,
mampu memberikan manfaat dan nilai guna pada orang lain dan lingkungannya.
4
BAB III
KESIMPULAN
Hadis tersebut di atas, kalau dilihat secara tekstual saja tanpa melihat pada konteks apa dan latar belakang historic apa yang menyebabkan
lahirnya hadis tersebut disabdakan, maka dipahami secara ekstrim dan berlebihan bahwa Nabi SAW. tidak tahu dan tidak mengerti sama sekali
serta tidak mau peduli terhadap persoalan keduniaan. Pemahaman seperti ini tentu saja keliru, sebab Nabi SAW. bukan malaikat, dan beliau
diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul, namun sifat kemanusiaannya tidak terhapus. Beliau lahir, besar, dan tinggal menetap di
lingkungan masyarakat yang berbudaya, sehingga dengan demikian beliau tentu tahu, mengerti, merasakan, dan peduli terhadap masalah
keduniaan. Sebagai bukti bahwa Nabi SAW. sangat besar perhatiannya terhadap masalah lingkungan hidup sebagai bagian dari masalah
keduniaan. Bahkan dalam perjalanan kehidupannya dikenal sebagai pedagang dan penggembala kambing sebelurn diangkat menjadi Nabi
SAW.
BAB III
KESIMPULAN
5
Sayadi wajidi. Hadis Tarbawi Pesan-Pesan Nabi SAW. Tentang Pendidikan. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2009