Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN INKUBATOR

Oleh :
DERRI AGUSTA PUTRA
NRP. 2410 030 015

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INSTRUMENTASI


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK FISIKA FTI-ITS

1. Judul : Rancang Bangun Inkubator


2. Bidang Studi : Instrumentasi
3. a. Nama : Derri Agusta Putra
b. NRP : 2410 030 015
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Jangka Waktu : 1 semester
5. Pembimbing I :
6. Usulan Proposal ke I

Surabaya, 14 Desember 2012

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Katherin Indriawati, ST, MT Ir. Heri Justiono, MT.


NIPN. 19760523 200122 001 NIPN. 19531116 198003 1 001

Mengetahui,
Kepala Program Studi
D3 Teknik Instrumentasi,

Imam Abadi, ST MT
NIPN. 19761006 1999031 002
I. Judul:Rancang Bangun Inkubator
II. Bidang Studi:Instrumentasi
III. Pembimbing: K

IV. Latar Belakang


Peralatan Kesehatan sebagai fungsi diagnostik dan terapi sangat berkaitan
dengan dua aspek, yaitu aspek keselamatan dan aspek keamanan. Kedua aspek
inilah yang mengharuskan alat kesehatan harus tetap terjaga tingkat akurasi dan
presisinya. Kedua hal inilah yang membedakan bahwa peralatan kesehatan di
golongkan sebagai peralatan yang sangat ketat. Dalam dunia keperawatan,
inkubator bayi merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan pemanasan
dalam lingkungan yang tertutup untuk meminimalkan heat loss pada bayi yang
disebabkan oleh radiasi, konveksi, konduksi atau penguapan. Mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka
perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila
perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi. Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Oleh sebab itu, dibutuhkan inkubator bayi yang dapat menjaga kondisi bayi
hingga mencapai kondisi dimana bisa beradapatsasi dengan suhu lingkungan. Bila
bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi dengan berat badan 2—2,5 kg
adalah 34°C, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37°C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50—60 persen. Kelembaban yang lebih
tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu
inkubator dapat diturunkan 1°C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27°C—29°C. Hal ini sangatlah dibutuhkan kelembaban,
temperatur dan proses heat transer yang stabil pada inkubator bayi, untuk
mewujudkan hal tersebut maka perlu dirancang pengendalian temperature dan
kelembaban udara pada tabung inkubator bayi dengan monitoring kesehatan bayi
melalui fungsi umur dan fungsi berat badan bayi.

V. Permasalahan
Pada pelaksanaan tugas akhir ini terdapat permasalahan yaitu, bagaimana
cara mengetahui berat badan bayi serta suhu dan juga kelembapan pada inkubator
yang digunakan oleh bayi.

VI. Batasan Masalah


Perlu diberikan beberapa batasan permasalahan agar pembahasan tidak
meluas dan menyimpang dari tujuan. Adapun batasan permasalahan dari sistem
yang dirancang ini adalah :
1. Inkubator dan Alat ukur berat bayi.
2. Variable proses yang diukur adalah berat bayi, serta suhu dan
kelembapan pada inkubator.
V Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah untuk merancang
sebuah inkubator yang juga dapat berfungsi sebagi alat ukur berat.

V. Tinjauan Pustaka
Pengukuran, pemantauan, dan tampilan nilai suhu adalah bagian sistem yang
seringkali dibutuhkan di lingkungan, dalam suatu sistem elektronika, dalam
industri, dalam bidang kesehatan, dan dalam bidang yang lainnya. Sehingga
pengukuran, pemantauan, dan tampilan nilai suhu dapat diaplikasikan dalam
pembuatan suatu peralatan yang efektif dan efisien yang berguna untuk membantu
dalam pengerjaan atau penyalesaian suatu tugas atau pekerjaan yang bersangkutan
dalam pengaturan suhu suatu ruangan. Misalnya pada bidang kedokteran atau
kesehatan yaitu dalam pembuatan inkubator bayi. Inkubator bayi adalah alat yang
berupa kotak penghangat yang dapat membantu bayi yang lahir secara prematur
untuk bertahan hidup. Kelahiran bayi prematur merupakan kelahiran bayi yang
kelahirannya tidak normal yaitu lebih awal dari waktunya dibandingkan dengan
kelahiran bayi yang normal. Suhu ruang inkubator dikontrol oleh sebuah sensor,
sehingga diperoleh suhu ruang inkubator yang diinginkan. Sirkulasi udara di
dalam inkubator dibantu oleh fan atau kipas angin agar panasnya merata dan
untuk mempertahankan suhu tubuhnya atau mencegah terjadinya kehilangan kalor
dari tubuh bayi tersebut. Pada rentang waktu suhu ini bayi prematur dapat
bertahan hingga bayi prematur tersebut mampu untuk beradaptasi dengan suhu
lingkungannya. Kalor yang diberikan kapada bayi prematur disesuaikan dengan
berat badannya. Bayi dengan berat badan yang lebih ringan mendapatkan kalor
yang lebih banyak daripada bayi prematur yang mempunyai berat badan yang
lebih berat, sehingga suhu inkubator pada bayi yang lebih ringan beratnya lebih
panas daripada bayi yang lebih berat.

VI. Teori Penunjang


Teori penunjang diantaranya ialah sebagai berikut,
6.1 Load Cell
Strain Gauge tersusun dari kawat yang sangat halus, yang dianyam secara
berulang menyerupai kotak dan ditempelkan pada plastik atau kertas sebagai
medianya. Kawat yang dipakai dari jenis tembaga lapis nikel berdiameter sekitar
seper seribu (0.001) inchi. Kawat itu disusun bolak-balik untuk meng-efektifkan
panjang kawat sebagai raksi terhadap tekanan/gaya yang mengenainya. Pada
ujungnya dipasang terminal. Strain Gauge bisa dibuat sangat kecil, sampai ukuran
1/64 inchi. Untuk membuat Load Cell, Strain Gauge dilekatkan pada logam yang
kuat sebagai bagian dari penerima beban (load receptor). Strain Gauge ini disusun
sedemikian rupa membentuk Jembatan Wheatstone.
Dengan menggunakan sebuah kolom baja persegi, lekatkan Strain Gauge
pada keempat sisi jembatan wheatstone. Panjang kolom akan berkurang ketika di
sisi atas kolom diberikan beban. Kolom baja juga menjadi gembung. Dua Strain
Gauge yang terpasang berbalikan akan memberikan respon pada perubahan
panjang kolom secara proporsional. Dua Strain Gauge yang terletak di sisi yang
lain merespon perubahan kolom saat mengalami keadaan gembung. Panjang pada
sepasang Strain Gauge memendek, diameter kawatnya membesar dan
hambatannya berkurang. Sementara sepasang yang lain jadi memanjang, diameter
kawatnya mengecil dan hambatannya bertambah. Jika posisi beban digantung
pada bagian bawah kolom, kolom akan mengalami gaya tarik. Kolom dan Strain
gauge akan merespon kebalikan dari respon diatas tetapi Strain Gauge tetap
memanjang dan memendek dengan respon yang sama seperti respon diatas.

6.2 Microcontroller ATMEGA 8535


ATMEGA 8535 merupakan microcontroller berbasis AVR yang
menggunakan RISC architecture, dimana untuk menjalankan satu instruksi dapat
dilakukan dalam satu clock cycle saja. Hal ini jelas membuat teknologi AVR jauh
lebih efisiensi dan lebih cepat dari mikrocontroller yang berbasis CISC.

Gambar 5.1 Microcontroller ATMEGA 8535

ATMEGA 8535 memiliki karakteristik sebagai berikut, microcontroller 8-bit yang


memiliki kemampuan tinggi dan konsumsi daya yang rendah. 8K Byte
programmable flash, 512 byte internal SRAM. 32 general pupose register, 130
instruction, 8 channel, 10 bit ADC, 32 programmable I/O, serta on-chip osilator.

Mikrokontroler AVR Atmega8535 memiliki keunggulan sebagai berikut,


Sudah terintegrasinya ADC 10bit sebanyak 8 saluran, 13-260uS conversion time.
Mencapai 15kSPs pada resolusi maksimum. Optional left adjustment untuk ADC
result readout. Interupsi pada ADC Conversion Complete. Sleep mode noise
canceler. Input ADC pada mikrokontroler dihubungkan ke sebuah 8 channel
Analog multiplexer yang digunakan untuk single ended input channels. Jika sinyal
input dihubungkan ke masukan ADC dan 1 jalur lagi terhubung ke ground,
disebut single ended input. Jika input ADC terhubung ke 2 buah input ADC
disebut sebagai differential input, yang dapat dikombinasikan sebanyak 16
kombinasi. 4 kombinasi terpenting antara lain kobinasi input diferensial (ADC0
dengan ADC1 dan ADC2 dengan ADC3) dengan penguatan yang dapat diatur.
ADC0 dan ADC2 sebagai tegangan input negatif sedangkan ADC1 dan ADC3
sebagai tegangan input positif. Besar penguatan yang dapat dibuat yaitu 20dB
(10x) atau 46dB(200x) pada tegangan input diferensial sebelum proses konversi
ADC. Secara umum, proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan clock,
tegangan referensi, format output data, dan mode pembacaan. Register yang perlu
diset nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA
(ADC Control and Status Register), dan SFIOR (Special Function IO Register).
ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi menentukan tegangan referensi
ADC, format data output, dan saluran ADC yang digunakan.

Gambar 5.2 Register ADMUX

Untuk memilih channel ADC mana yang digunakan(single ended atau


diferensial), dengan mengatur nilai MUX4 :0. Misalnya channel ADC0 sebagai
input ADC, maka MUX4 :0 diberi nilai 00000B, informasi lebih lengkap dapat di
lihat pada datasheet. Tegangan referensi ADC dapat dipilih antara lain pada pin
AREF, pin AVCC atau menggunakan tegangan referensi internal sebesar 2.56V.
Agar fitur ADC mikrokontroler dapat digunakan maka ADEN (ADC Enable,
dalam I/O register ADCSRA) harus diberi nilai 1. Setelah konversi selesai (ADIF
high), hasil konversi dapat diperoleh pada register hasil (ADCL, ADCH). Untuk
konversi single ended, hasilnya sebagai berikut, ADC = Vin x 1024/ Vref.
Dimana Vin ialah tegangan pada input yang dipilih dan Vref merupakan tegangan
referensi. Jika hasil ADC =000H, maka menunjukkan tegangan input sebesar 0V,
jika hasil ADC=3FFH menunjukkan tegangan input sebesar tegangan referensi
dikurangi 1 LSB. Sebagai contoh, jika diberikan Vin sebesar 0.2V dengan Vref
5V, maka hasil konversi ADC ialah 41. Jika menggunakan differensial channel,
hasilnya ialah 40.96, yang bila digenapkan bisa sekitar 39,40,41 karena ketelitian
ADC ATmega 16 sebesar +- 2LSB. Jika yang digunakan saluran diferensial,
maka hasilnya ialah ADC = (Vpos-Vneg)x512/Vref. Dimana Vpos ialah tegangan
pada input pin positif. Vneg ialah tegangan input pada pin negatif, gain ialah
faktor penguatan dan Vref ialah tegangan referensi yang digunakan. Dapat
mengkonfigurasi fasilitas ADC pada CodeVision AVR sebagai berikut,

Gambar 5.3 Konfigurasi ADC

Dengan mencentang ADC Enabled akan mengaktifkan on-chip ADC.


Dengan mencentang Use 8 bits, maka hanya 8 bit terpenting yang digunakan.
Hasil konversi 10 bit dapat dibaca pada ADC Data Registers ADCH dan ADCL.
Misalnya, jika hasil konversi ADC bernilai 54(36H), dalam 10 bit biner ditulis
dengan 00 0011 0110B. Jika dalam format right adjusted (ADLAR=0), maka I/O
register ADCH berisi 0000 0000B(00H) dan I/O register ADCL berisi 0011
0110B (36H).

6.3 Kartu Menuju Sehat


Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan salah satu parameter penting
untuk menilai tumbuh kembang balita Anda. Untuk itu Anda sebagai orang tuanya
harus memahami apa saja unsur yang dapat dinilai dari KMS. Berikut merupakan
contoh KMS untuk balita laki-laki. KMS balita laki-laki memiliki corak tabel dan
grafik berwarna biru, sedangkan untuk balita perempuan berwarna pink.
Di bagian atas terdapat identitas yang berisi nama anak dan nama posyandu
tempat kontrol. Di bagian berikutnya terdapat grafik umur terhadap berat badan.
Di bagian dalam KMS terdapat grafik untuk anak berumur 0-24 bulan, dan di
bagian luarnya terdapat grafik untuk umur 24-60 bulan. Di sisi kanan dan kiri
grafik terdapat pula berbagai ilustrasi tentang proses tumbuh kembang anak yang
normal.
Grafik pertumbuhan yang optimal adalah apabila dari pencatatan setiap bulan
diperoleh berat badan yang terus meningkat dan tetap berada dalam zona hijau.
Zona kuning menandakan orang tua harus waspada dengan pertumbuhan
balitanya. Zona kuning yang di bawah menunjukkan berat badan anak kurang dari
berat badan rata-rata anak seusianya. Sedangkan zona kuning yang di atas
menunjukkan berat badan anak lebih dari berat badan rata-rata anak seusianya.
Berat anak yang terlalu rendah sampai memotong garis merah (BGM = bawah
garis merah) harus dikonsultasikan ke petugas kesehatan. Demikian pula dengan
anak yang berat badannya tidak naik dalam kurun waktu 2 bulan. Berat badan
yang melampaui zona kuning atas juga tidak baik karena hal ini dapat
menunjukkan balita Anda mengalami obesitas atau mengindikasikan gangguan
kecepatan pertumbuhan.
Lalu adakah faktor lain yang dapat dijadikan patokan dalam memantau
pertumbuhan balita Anda? Tentu saja masih ada. Berikut beberapa patokan di
antaranya:
1. Berat badan normal bayi di usia 6 bulan adalah 2 kali berat badan lahir.
Berat badan normal di usia 1 tahun kira-kira 3 kali berat badan lahir.
2. Berat badan normal anak di usia 1-6 tahun adalah 2 kali umurnya
ditambah 8 kg.
3. Berat badan anak yang menetap (tidak naik dan tidak turun) selama 6
bulan dapat berpengaruh pada tinggi badannya.
4. Panjang bayi pada umur 1 tahun kira-kira 1.5 kali panjang badannya waktu
lahir. Pada umur 4 tahun, tinggi badannya adalah 2 kali panjang badan
waktu lahir.
5. Lingkar kepala rata-rata untuk bayi baru lahir adalah 35 cm, untuk bayi 6
bulan 43.5 cm, dan untuk anak 1 tahun 47 cm.
6. Pengukuran untuk bayi prematur harus didasarkan pada umur seharusnya
(umur kalender bayi ditambah selisih usia kehamilan ibu saat melahirkan
sampai cukup bulan). Bayi prematur dapat mencapai berat badan usia 1
tahun relatif sama dengan bayi yang cukup bulan (yaitu kira-kira 8-9 kg)
jika antisipasi tumbuh kembang dilakukan dengan baik.
7. Perlu diingat bahwa pengukuran terhadap bayi ini tidak mutlak hanya
berdasarkan angka-angka di atas. Setiap hasil pengukuran memiliki
rentang normal. Fisik bayi yang kurus tidak selalu menunjukkan ada
masalah gizi selama berat badannya masih dalam rentang normal grafik
pertumbuhan. Kondisi bayi demikian yang masih aktif dan ciri-ciri tumbuh
kembang lain cukup baik, masih dianggap normal.
VII. Metodologi
Untuk mencapai tujuan penyelesaian tugas akhir yang direncanakan, maka
perlu dilakukan suatu langkah - langkah dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Merancang sistem yang dibutuhkan
b. Mendesain semua komponen – komponen dari sistem yang ada.
c. Membuat mekanik dari perancangan hardware
d. Membuat rangkaian pembentuk sistem keseluruhan dari perancangan penulis
e. Menguji rangkaian dari perancangan alat untuk mengetahui performasi alat,
baik keakuratan dan keoptimalan alat.
f. Penyusunan Laporan
g. Menyusun hasil teori dari pembuatan hardware, analisa data dan kesimpulan
dari data dan sistem yang ada.

VIII. Waktu Pelaksanaan


Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

Bulan
No Jenis Kegiatan
I II III IV V VI
1 Studi Literatur
2 Perencanaan dan pembuatan alat
( hardware dan software )
3 Pengambilan data
4 Pengolahan dan analisa data
5 Penulisan laporan

IX. Daftar Pustaka


[1]
http://tumbuhsehat.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=156&Itemid=77[;[%27]u
[2]
http://www.elektronikabersama.web.id/2011/09/sensor-gaya-strain-
gauge-load-cell.html
[3]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25152/5/Chapter%20I.p
df
HASIL PROPOSAL TUGAS AKHIR

Proposal ini harus ditanda tangani oleh mahasiswa yang bersangkutan dan
pembimbingnya dengan format sebagai berikut:
Proposal ini : *)
a. Ditolak
b. Diterima
c. Diterima dengan revisi
(proposal ini harus dilampirkan pada proposal hasil revisi).

Surabaya, 15 Desember 2012

Pembimbing I Pengusul

Katherin Indriawati, ST, MT Derri Agusta Putra


NIPN. 19760523 200122 001 NRP. 2410 030 015

Pembimbing II

Ir. Heri Justiono, MT.


NIPN. 19531116 198003 1 001

Anda mungkin juga menyukai