Anda di halaman 1dari 24

BAB I

ENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut
“potentia danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena
itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba 1998)
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 87% dengan menetapkan
Hb 11gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I,
13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Pada pengamatan ebih lanjut menunjukkan
bahwa kebanyakan anema yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang
dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu
didaerah pendesaan banya dijumpai ibu hamildengan malnutrisi atau kekurangan gizi.,
kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dnegan pendidikan
dan tingkat sosial ekonomi rendah. (Manuaba 1998).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang
beraitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan
oleh defisiensi zat besi, dan perdaraahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi.
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang
dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan
karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravelensinya anemia pada
ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah indonesia (Adawiyani,
2013).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa angka ematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah

1
(RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan targt Milenium
Developmen Goals (MDG’s) sebesa 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenes
RI, 2011).
Pravelensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita
anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil 40%. Ikatan Bidan Indonesia (2000)
untuk mendetesi anemia pada kehamilan dilakukan pemeriksaan kadar Hb ibu hamil.
Pemeriksaan dilakukan pertama sebelum minggu ke 12 dalam kehamilan dan minggu e 28.
Bila kadar Hb kurang dari 11gr% pada kehamilan dinyatakan anemia dan harus diberi
suplemen tablet zat besi (Fe) secara teratur 1 tablet/hari selama 90 hari.
Oleh sebab itu, dierlukannya encegahan, enatalaksanaan, dan uaya eningkatan kesehatan
terutama dalam bidang keerawatan guna meminimalkan angka mortalitas mauun
mordibilitas ada ibu hamil yang mengalami anemia.

B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
“Bagaima konsep dan asuhan keperawatan pada pasien anemia pada masa kehamilan?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pasa pasien anemia pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya definisi anemia pada kehamilan.
b. Diketahuinya etiologi pada pasien anemia pada masa kehamilan.
c. Dikektahuinya klasifikasi dari anemia pada masa kehamilan.
d. Diketahuinya manifestasi klinis pada pasien mengalami anemia pada masa kehamilan.
e. Diketahuinya patofisiologi anemia pada masa kehamilan.
f. Diketahuinya komplikasi anemia pada masa kehamilan.
g. Diketahuinya penatalaksanaan pada pasien anemia pada masa kehamilan.
h. Dietahuinya pemeriksaan penunjang pada pasien anemia pada masa kehamilan.
i. Diketahuinya pencegahan agar tidak terjadinya anemia pada masa kehamilan.
j. Diketahuinya asuhan keperawatan pada pasien anemia pada masa kehamilan.

2
BAB II
EMBAHASAN

A. DEFINISI

Anemia dalam kehamian adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama
pada trimester 2. (Cunningham F, 2005).
Center for deases control and prevention (CDC) mendefenisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 d/dL pada trimester kedua(Leveno,2009).
Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr% (manuaba,
2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009 ).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan
janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ). Hemoglobin
( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh
tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh
untuk bahan bakar proses metabolisme.

B. Etiologi
Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit-penyakit kronik (Mochtar, 2004).
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan
disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah, misalnya penambahan volume plasma
yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidrema atau

3
hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Dimana pertambahan
tersebut adalah pasma 30%, seldarah 18 %, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah
dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam ehamilan dan bermanfaat bagi
wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja
lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut,, keluaran
jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila
viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak
naik (Wiknjosastro, 2005).
Selama hamil volume darah meningat 50% dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat
sedikti menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini
lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfus dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan
antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu
biasanya memuncak pada trimester kedua (Smith et al 2010).
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin
menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
setelah lahir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil adalah:
1. Umur ibu
Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74%
menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20-35 tahun yaitu 50,5% menderita
anemia.
Faktor umur merupakan faktor kejadian anemia pada ibu hamil.umur seorang ibu
berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan
aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan diusia <20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia <20 tahun secara
biologis belum optimal emosinya cendrung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatan kurangnnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang seing menimpa diusi ini. Hasil penelitian
4
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian
anemia (Amirudin dan Wahyuddin, 2004)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahiran oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbai untuk ibu dan untuk
janin yang dikandungnya. (Djalimus dan Herlina, 2008)
3. Jarak kehamilan
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi
belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.
( Wiknjosastro, 2005)
4. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita
masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak
yanng berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
rendah. ( Amirudin dan Herlina 2004)

C. KLASIFIKASI
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan
besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlalu
banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi
bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya
besi tidak bertambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi,
lebih-lebih pada kehamilan kembar.
Diagnosis defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-ciri yang khas bagi
defisiensi besi, yaitu mikrositosis dan hipokromasia. Sifat lain yang khas bagi
defisiensi besi adalah :
a. Kadar besi serum rendah
b. Daya ikat besi serum tinggi

5
c. Protoporfirin eritrosit tinggi
d. Tidak ditemukan homosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang
Pengobatan anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya
diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau
glukonas ferrosus. Terapi parenteral dapat diberikan apabila penderita tidak tahan akan
obat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila
kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara IM.
Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan pemberian sulfas-ferrosus atau glukonas
ferrosus 1 tablet sehari pada setiap ibu hamil dan berikan nasehat pada ibu hamil untuk
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta
vitamin.
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasin
lain. Anemia berta yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan
abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post
partum, dan infeksi.
2. Anemia megaloblastik( 29,0%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat
( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12 ( cynocobalamin).
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblas atau
promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Defisiensi asam folik sering
berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan.
Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-sama
dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30
mg sehari atau diberikan dengan suntikan dengan dosis yang sama.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat sehingga tranfusi darah
kadang-kadang diperlukan apabila tidak cukup waktu karena kehamilan dekat aterm,
atau apabila pengobatan dengan pelbagai obat penambah darah tidak berhasil.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan,
maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena
dengan lahirnya anka keperluan akan asam folik jauh berkurang.
3. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang kurang
mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam

6
kehamilan. Darah tepi menunjukan gambaran normositer dan normokrom, tidak
ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang
disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat obatan.
Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita anemia hipoblastik
adalah dengan pemberian tranfusi darah yang perlu diulang sampai beberapa kali.
Anemia hipoblastik berat yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk, baik bagi
ibu maupun bagi anak. Dalam pemberian obat-obat pada bumil selalu harus dipikirkan
pengaruh samping obat-obat itu. Khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh
hemotoksik.
4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil,
apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula
bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yakni :
a. Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis,
eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit,
hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.
b. Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi
( malaria, sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid,
kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi
G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin,
limfasarkoma, penyakit hati, dll.
Gejala-gejala yang sering timbul ialah gejala-gejala proses hemolitik (anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan
strekobilin lebih banyak dalan feses) dan selain itu juga timbul gejala sebagai tanda
regenerasi darah. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa
dan anemia hemolitik yang herediter kadang-kadang disertai kelainan roentgenologis
pada tengkorak dan tulang-tulang lain.

7
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya.
Transfusi darah yang kadang-kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia
berat untuk meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahay hipoksia.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Mengeluh mudah lelah
2. Pusing
3. Mata berkunang- kunang
4. Malaise
5. Lidah luka
6. Nafsu makan turun(anoreksia)
7. Konsentrasi hilang
8. Nafas pendek(pada anemia parah)
9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. Patofisiologi
Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai
akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebit sebagai
anemia fisiologis dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-
hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi menurunkan absorbs besi. Selama
kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan
transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah kelahiran.
Selama trimester ketiga, jika supan besi wanita tersebut tidak memadai, hemoglobin tidak
akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan
mengakibatkan penurunan transfer zat besi kejanin.
Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan
anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel- sel darah merah.
Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan menyebabkan cadangan besi
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state.
Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara
klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul
anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada

8
perdarahan

saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epiter serta beberapa enzim yang dapat
menimbulkan manifestasi anemia.

Pathway Anemia Pada Ibu Hamil

Peningkatan kebutuhan. Defisiensinutrisi Gangguan absorbs


Zat besi untuk zatbesi(spert:gastrekto
prematuritas mi, colits kronis

Volume darah

Peningkatan
kebutuhan volume
darah
Difisiensi zat besi

Penegenceran
darah
Cadangan zat besi
kosong (iron
depleted)

Gangguan pada bentuk


eritrosit (iron deficient
erythropoesis

Anemia ( iron deficiency


anemia)

asimptomat
Pengetahuan terbatas gg. saluran cerna
k
9
Mal butrisi Penurunan
curah
gg.Kurang jantung
pengetahuan Anoreksia,
mual, muntah

Aliran darah
kejaringan
gg. kebutuhan menurun
nutrisi

Aliran darah
kejaringan
menurun

Hipoksia, Suplai O2
pucat, lemah kejaringan
berkurang

Transfer zat
besi kejanin
gg.
gg.perfusi menurun
intoleransi
jaringan
aktvitas

Nutrisi janin
berkurang

Risiko cidera
janin

10
F. KOMPLIKASI
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.

a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus,
missed abortus dan kelainan kongenital.
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah
dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.

c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan:
tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis
dan gangguan involusio uteri.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pencegahan dan penanggulangan anemia, antara lain :
a. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati, ikan,
daging, dan sumber nabati seperti: sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan
yang berwarna.
b. Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan
kesehatan ibu seperti ikan, telur, buah-buahan tertentu.
c. Bila nafsu makan ibu berkurang, makanlah makanan yang segar seperti buah,
sayur bening, sayur segar lainnya.
d. Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap hari dalam jumlah cukup dan
makanan yang aman bagi kesehatan.
e. Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak daripada saat tidak hamil.
f. Selama hamil sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat.

11
2. Pemberian tablet Fe.
a. Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, yaitu:
1) Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
2) Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
3) Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
4) Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90 tablet,
maka harus diteruskan sampai selesai.
b. Efek samping pemberian tablet Fe, yaitu:
Menimbulkan gejala antara lain: mual – muntah, kadang diare / sulit BAB. Tinja
akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
c. Cara makan obat:
Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala efek
samping.
Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun

2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume


korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).

3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum


tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).

5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan


kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

12
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal:
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).

8. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi


(hemolitik)

9. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.


Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi

10. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

11. TBC serum : meningkat (DB)

12. Feritin serum : meningkat (DB)

13. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

14. LDH serum : menurun (DB)

15. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

16. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).

17. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).

18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam


jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

13
19. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI

I. PENCEGAHAN
1. Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
2. Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan
zat besi.
3. Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan
penyakit cacingan.
4. Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat menghambat
penyerapan zat besi.

BAB III
ASUHAN KEERAWATAN

Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

 Data Subyektif :

Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
14
2. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3. Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan


transfusi darah.
Tanda : depresi.

4. Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5. Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

15
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).

6. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8. Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9. Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).

10. Seksualitas

16
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
 Data Obyektif

1. Keadaan umum:

Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap
dingin , BB turun.

2. Kulit:

Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing

3. Mata:

Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina

4. Telinga:

Vertigo , tinnitus

5. Mulut:

Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis

6. Paru- paru:

Dipsneu dan orthopnea

7. Kardiovaskuler:

Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung

8. Gastrointestinal:

17
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

9. Muskuloskletal;

Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal

10. System persyarafan:

Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan
koping.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
atau ke sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen
4. Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia

ERENCANAAN
Dx 1 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam,perfusi ke jaringan/ke
sel efektif
Kriteria hasil :
- Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
- Tidak terdapat kebiruan pada kulit
- CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
Intervensi :
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R: Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.
R: Keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang
dari 2 dapat menandakan anemia.

18
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada
aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon
pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan
gerakan.
4. Catat kehilangan darah ibu dan adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan
darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: Menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen pada klien
R: Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, sehingga
kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Berat badan klien dalam batas normal
- Klien tidak mengalami mual-muntah
- Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
Intervensi
1. Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen
vitamin atau zat besi setiap hari.
R: Materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
2. Evaluasi motivasi atau sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan
balik tentang informasi yang telah diberikan.
R: Bila klien telah termotivasi untuk memperbaiki diet, evaluasi lebih
lanjut atau intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.

19
3. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu selama
kehamilan.
R: Dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan
kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini
bahwa ini mengeraskan tulang ibu dan membuat sulit melahirkan.
4. Perhatikan adanya pika atau ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk memakannya.
R: Memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan
pada kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar,
dan/atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.
5. Timbang berat badan klien
R: Ketidakadekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah
berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir
rendah.
6. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual muntah.
R: Mual muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status
nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
7. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau
kadar Ht kurang atau sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada
trimester pertama.
8. Kolaborasi sesuai indikasi (misalnya, pada ahli gizi)
R: Mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit, TD 90/60-140/90
mmHg)
- Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah

20
Intervensi :
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring,
dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks
dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka
rangsang uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau
penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa
nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
R : Aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami
intoleransi aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot
menjadi atrofi.
4. Berikan periode untuk istirahat atau tidur.
R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan
relaksasi.
5. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton
televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.

Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan risiko cedera pada janin dapat
tertanggulangi
Kriteria hasil :
- Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
- Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.
- Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi atau oksigenasi

21
ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin atau plasenta. Janin yang
tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: Secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan
tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera
pada janin akibat kekurangan nutrisi.
3. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus
untuk mencegah efek negatif dalam pertumbuhan janin.
4. Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik
R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi
mental dapat terjadi.
5. Lakukan pemeriksaan leopod untuk mengetahui keadaan janin terutama mengukur tinggi
fundus.
R: Tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan USG
R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGR.

Dx 5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan
pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
- Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
- Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
- Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi anemia
Intervensi :
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan
terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar.
Penyerapan informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap
untuk belajar.
22
2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan
ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan
mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau
tindakan.
4. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
janin terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada pasien
tentang dampak obat-obatan terutama yang dapat menyebabkan mual dan muntah oleh
karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya mengkonsumsi buah-
buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi obat
dan menganjurkan pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum obat
karena akan memperlambat reabsorpsi obat.

A. EVALUASI
1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah
4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan
5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan
prosedur perawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Stright. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi baru lahir. Jakarta: EGC

Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta. Salemba medika.

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA.

Levero, Kenneth J dkk. 2009. Obstetric Williams. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida dkk.2007. Pengantar Kuliah obsetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida.1998.Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk


pendidikan bidan.Jakarta : EGC

M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan
& Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

24

Anda mungkin juga menyukai