HENDRI LAHAGU
26020113140118
Kel.18
LEMBAR PENILAIAN
Tgl Pengumpulan : ……………
Mengetahui,
1.2 Tujuan
Agar dapat mengenali, mengerti, memahami prosedur penentuan kadar oksigen
terlarut di air laut sehingga diharapkan dapat mengerjakan analisa penetuan
kadar oksigen terlarut disuatu perairan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dissolved oxygen
Keberadaan oksigen di perairan sangat penting untuk diketahui sebab
oksigen sangat penting bagi kehidupan. Banyaknya O2 terlarut dalam perairan biasa
disebut DO. Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut
dalam air pada urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya
bagi kehidupan, ksigen menempati urutan paling atas. Sumber utama oksigen dalam
perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui presipitasi (air hujan) dan
hasil fotosintesis fitoplanton. Sebaliknya, kandungan DO dalam air dapat berkurang
karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan perombakan bahan organic
(Hutagalung et.al. , 1985).
Kekurangan oksigen dapat dialami karena terhalangnya difusi akibat
strafikasi salinitas yang terjadi. Rendahnya kandungan DO dalam air dapat
berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan
jika tidak ada sama sekali DO mengakibatkan munculnya kondisi anaerobic dengan
bau busuk dan permasalahan estetika (Hutagalung et.al. , 1985).
Air mengalir pada umunya kandungan oksigennya cukup karena gerakannya
menjamin berlangsungnya difusi antara udara dan air. Bila pencemaran organic
pada badan air, DO tersebut digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan
pencemaran organic pada badan air, DO tersebut digunakan oleh bakteri untuk
mengoksidasi bahan pencemaran organic tersebut. Komposisi populasi hewan
dalam air sangat erat hubungannya dengan kandungan oksigen. Kelarutan oksigen
atmosfer dalam air segar atau tawar berkisar dari 14,6 mg/liter pada suhu 0 0 C
hingga 7,1 mg/liter pada suhu 350C pada tekanan satu atmosfer (Canter, 1977).
Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk
MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda Winkler lebih analitis, teliti
dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu
analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus
iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa
semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan
karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi
iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu
penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan (Anonim, 2011).
standar mutu tertentu yang konstan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
3.2.1 Alat
Mengukur
1 DO Meter
oksigen terlarut
2 PH Meter Mengukur PH
Mengukur
3 Refraktometer Salinitas Air
Laut
4 Botol Sampel
Untuk mensolasi
semua
5 Lakban Hitam
permukaan botol
sampel
Untuk menutupi
semua
6 Plastik Hitam
permukaan luar
botol sampel
Tabel 1. Alat
3.2.2 Bahan
Bahan yang
1 Air Laut akan di teliti di
laboratorium
Agar menjaga
supaya kadar
klorofil tetap
2 MgCO3
ada sewaktu di
bawa ke
laboratorium
Tabel 2. Bahan
4.1 DO Meter
KETERANGAN
1. Body pH meter
2. Body elektroda
3. Layar
4. Kabel elektroda
5. Kabel sensor suhu
6. Tombol MEAS untuk pengukuran
7. Tombol MODE untuk pemilihan mode pengukuran
8. Tombol Set untuk setting pengukuran
9. Tombol CAL untuk proses kalibrasi
10.Tombol CAL DATA untuk mereview data kalibrasi yang telah
dilaukan
11.Tombol ON/OFF
12.Tombol Data OUT untuk mengeluarkan data yang sudah di input
13.Tombol ENTER
14.Elektroda gelas
15.Elektroda pembanding (reference)
4.2 Cara Kerja DO Meter
Tegangan listrik akan terus naik sampai mencapai nilai jenuhnya, yang setara
dengan sudah bereaksinya seluruh oksigen terlarut pada permukaan elektrode katode.
Tegangan listrik jenuh ini ditandai dengan hampir naiknya pembacaan arus listrik,
setelah beberapa saat diam di satu nilai meskipun nilai tegangan dinaikkan. Setelah
melewati nilai tegangan jenuh ini, arus listrik terus naik jika tegangan terus ditambah.
Naiknya nilai arus ini terjadi karena reaksi kimia lain telah terjadi, terutama adalah
reaksi pecahnya molekul air H2O menjadi ion H+ dan OH-.
35
30
25
20 DO Meter
15 PH
SALINITAS
10
0
pos 1 pos 2 pos 3
Grafik 1. Data DO, Salinitas dan pH pada Perairan Sampel
4.3.2 Pembahasan
4.3.2.1 DO Meter
DO Meter
6
3
DO Meter
2
0
pos 1 pos 2 pos 3
Pada grafik 2.0 disamping menjelaskan bahwa nilai tiap pos berbeda-
beda. Perbedaan ini disebabkan karena banyak factor, salah satunya
dimungkinkan karena adanya suspense melayang – layang yang tidak larut
dalam air (fluida cair) pada daerah dekat pantai. Suspensi ini akan menghalangi
sinar matahari yang masuk pada daerah kolom air sehingga tumbuhan air dan
fitoplankton yang hidup didalamnya sulit melakukan fotosintesis, dimana
fotosintesis akan menghasilkan oksigen (O2) yang mampu larut dalam fluida.
(Handayani et. al,1971) telah menjelaskan bahwa muatan padatan tersuspensi
mempengaruhi kecerahan air, oleh karena itu akan mempengaruhi proses
fotosintesa pada plankton terutama fitoplankton. Pengendapan dan pembusukan
bahan-bahan tersebut akan mengurangi nilai guna perairan dan merusak
lingkungan hidup organisme dasar (benthos) serta wilayah penangkapan ikan.
Dengan adanya pembusukan dan berkurangnya nilai milligram oksigen yang
terlarut menyebabkan menurunya kualitas air laut namun apabila decomposer
pada daerah tersebut mampu mengurai pembusukan yang terjadi pada tumbuhan
atau fitoplankton yang mati akibat kurang terkena sinar matahari maupun hewan
laut herbifora dan organisme bentik serta mikro yang mati secara cepat, maka
daerah tersebut akan mengalami pengkayaan nutrient. Akan tetapi dilihat dari
banyaknya biota yang hidup diperairan pada titik sampling tersebut, dapat
dihipotesiskan bahwa decomposer pada daerah ini kurang aktif mengurai bahan
organic yang mati. Dengan kurangnya oksigen terlarut dan nilai nutrient (yang
dilihat dari keberadaan biota) wilayah sampling pada ketiga titik tersebut belum
dapat dikategorikan sebagai perairan yang baik dengan parameter sebagai
berikut :
Dari hasil rata – rata nilai oksigen terlarut yang diperoleh yaitu 5,74
mg/liter (ppm), maka perairan pada daerah termasuk dalam kategori perairan
yang tercemar ringan. Hal ini didukung dari keadaan pada saat pengukuran pada
wilayah sampling yaitu yang memiliki kepadatan biota yang relative renggang
dan tingginya suspensi yang melayang pada kolom air.
PH
6.35
6.3
6.25
PH
6.2
6.15
6.1
pos 1 pos 2 pos 3
SALINITAS
35
30
25
20
15 SALINITAS
10
0
pos 1 pos 2 pos 3
Jika dikaitkan dengan nilai salinitas terhadap nilai oksigen terlarut yang
diperoleh maka akan diperoleh nilai yang berbanding lurus, karena ketika nilai
oksigen pada titik sampling pertama dan nilai salinitas pada titik sampling
pertama memiliki nilai yang sama – sama paling kecil pada wilayah sampling
yang didapat. Keadaan ini diperoleh karena factor “suspense yang melayang”
yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Suspensi yang melayang
tersebut mampu mempengaruhi salinitas, karena biasanya daerah yang terdapat
kejadiaan tersebut berada pada daerah sekitar pantai, pantai muara, dan daerah
upwelling yaitu mengalami peningkatan nutrien sehingga mempengaruhi
prosentase dan kadar air laut yang mulanya mempunyai kadar sesuai kemudian
mengalami anomaly karena suspense dan nutrisi yang melayang dikolom air.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nilai DO (oksigen terlarut) yang diperoleh pada pos 1, pos 2 dan pos 3
wilayah sampling yaitu 4,9 mg/liter; 3,73 mg/liter dan 4,28 mg/liter yang memiliki
rata – rata 5,74 mg/liter. Tabel 4. Kriteria Air menurut Kandungan Oksigen Terlarut
Dari hasil rata – rata nilai oksigen terlarut yang diperoleh yaitu 5,74
mg/liter (ppm), maka perairan pada daerah termasuk dalam kategori perairan yang
tercemar ringan. Hal ini didukung dari keadaan pada saat pengukuran pada wilayah
sampling yaitu yang memiliki kepadatan biota yang relative renggang dan tingginya
suspensi yang melayang pada kolom air. Maka dari hasil tersebut perlu diadakan
penanggulangan secara berkala pada perairan tersebut.
5.2 Saran
Praktikum harus dilakukan secara tepat dan benar sehingga didapatkan hasil
yang akurat.
Nilai – nilai yang mungkin diperlukan dalam analisis eksperimen seperti jarak
antar titik sampling perlu diperhatikan, karena hal tersebut merupakan factor
yang mempengaruhi keakuratan dan validitas hasil eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Harsono. 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air Sungai
Citarum Hulu. Staf Peneliti Pusat Penelitan Limnologi-LIPI. LIMNOTEK.
Helmi Arifin, Nelvi Anggraini, Diah Handayani dan Roslinda Rasyid. 2006.
Standarisasi Ekstraksi Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. Jurusan Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
Horas P. Hutagalung, Abdul Rozak dan Irman Lutan. 1985. Beberapa Catatan Tentang
Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut Berdasarkan Metode Winkler. Pusat
Penelitian Ekologi, Lembaga Oceanologi Nasional – LIPI, Jakarta.
Soeseno. 1970. Pencemaran Lingkunga. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Jawa Tengah.