Anda di halaman 1dari 11

PENGUKURAN TAHANAN DENGAN METODE VOLTMETER- AMMETER

GANI NUR FADLI

3110171049

D4 T.MEKATRONIKA B

APRILELY AJENG FITRIANA, S.ST, M.T

MUH. NUGRAHA AKBAR, A.Md

09 NOVEMBER 2017
PERCOBAAN VII
PENGUKURAN TAHANAN DENGAN METODE AMMETER- VOLTMETER

A. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami pemasangan voltmeter dan ammeter secara benar untuk pengukuran nilai
resistansi dari suatu resistor.
B. Dasar Teori

Salah satu cara pengukuran tahanan/ resistansi yaitu dengan menggunakan metode voltmeter-
amperemeter. Apabila tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I mengalir melalui tahanan
tersebut diukur maka tahanan Rx yang tidak diketahui nilainya dapat ditentukan berdasarkan hukum Ohm
berikut:
𝑉
Rx= 𝐼
(…….persamaan 1)

Persamaan di atas mempunyai arti tahanan amperemeter adalah nol dan tahanan voltmeter tak terhingga
sehingga kondisi rangkaian tidak terganggu.

Pada gambar 1 di bawah arus sebenarnya yang disalurkan ke beban diukur oleh amperemeter tetapi
voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber daripada tegangan beban nyata. Untuk mendapatkan
tegangan yang sebnarnya pada beban, penurunan tegangan di dalam amperemeter harus dikurangkan
dari penunjukan voltmeter.

Gambar 1
Apabila voltmeter dihubungkan langsung di antara ujung-ujung tahanan seperti di dalam gambar 2, maka
voltmeter mengukur tegangan beban yang sebenarnya tetapi amperemeter menghasilkan kesalahan
(error) sebesar arus yang melalui voltmeter.

Pada kedua cara pengukuran Rx ini kesalahan tetap dihasilkan. Cara yang benar untuk menghubungkan
voltmeter bergantung pada nilai Rx beserta tahanan voltmeter dan amperemeter. Umumnya tahanan
amperemeter rendah sedangkan tahanan voltmeter tinggi.
Gambar 2

Pada gambar 1 amperemeter membaca arus beban (Ix) yang sebenarnya dan voltmeter mengukur
tegangan sumber (Vt). Apabila Rx besar dibandingkan dengan tahanan dalam amperemeter, kesalahan
yang diakibatkan oleh penurunan tegangan di dalam amperemeter dapat diabaikan dan Vt sangat
mendekati tegangan beban yang sebenarnya (Vx). Oleh karena itu, rangkaian pada gambar 1 adalah
yang paling baik untuk pengukuran nilai-nilai tahanan yang tinggi (high resistance values).

Pada gambar 2 voltmeter membaca tegangan beban yang sebenarnya (Vx) dan amperemeter membaca
arus sumber (It). Apabila Rx kecil dibandingkan tahanan dalam voltmeter, arus yang dialirkan ke voltmeter
tidak begitu mempengaruhi arus sumber dan It sangat mendekati arus beban sebenarnya (Ix). Oleh
karena itu rangkaian pada gambar 2 merupakan rangkaian yang paling baik untuk pengukuran nilai-nilai
tahanan rendah (low resistance values).

Cara mengetahui voltmeter telah dihubungkan dengan tepat bila besar tahanan Rx tidak diketahui adalah
sebagai beri

Gambar 3. Efek posisi voltmeter dalam pengukuran cara voltmeter-amperemeter


a. Menghubungkan voltmeter pada Rx dengan saklar di posisi 1 dan mengamati pembacaan
amperemeter.
b. Memindahkan saklar ke posisi 2. Bila pembacaan amperemeter tidak berubah, saklar dikembalikan ke
posisi 1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan rendah. Catat pembacaan arus dan tegangan
kemudian hitung nilai Rx menurut persamaan 1 di atas.
c. Apabila pembacaan amperemeter berkurang sewaktu memindahkan saklar dari posisi 1 ke posisi 2, maka
biarkan voltmeter pada posisi 2. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan tinggi. Catat pembacaan
arus dan tegangan kemudian hitung nilai Rx menurut persamaan 1 di atas.

TEORI

Pengukuran nilai resistansi menggunakan voltmeter dan ammeter sering digunakan dalam
laboratorium. Bila suatu tegangan V pada resistor dan arus I yang mengalir pada resistor, maka
dengan menggunakan hukum Ohm dapat diketahui besar resisto Rx yang tidak diketahui nilai
resistansinya.

(1)
Persamaan tersebut berlaku bila tahanan dalam ammeter dianggap nol dan tahanan dalam
voltmeter dianggap tak hingga. Ada dua cara untuk metode voltmeter dan ammeter.

Gambar 7.1 Metode Voltmeter-Ammeter


Dari Gambar 7.1 (a), ammeter diseri dengan resistor Rx sehingga ammeter tersebut hanya
mengukur arus resistor Ix. Dengan demikian voltmeter akan menunjukkan tegangan Vx ditambah
dengan tegangan drop dari ammeter

Jadi,

(2)
sehingga,

(3)
Keterangan:
R0 = harga real dari beban resistor
V = harga penunjukkan voltmeter
I = harga penunjukkan ammerter
ra = tahanan dalam ammeter

Jika ra ≪ R0, maka (3) mendekati (4)


(4)
Jadi %error adalah

(5)

Sekarang lihat Gambar 7.1 (b), voltmeter mengukur V = Vx pada resistor, tetapi ammeter
menunjukkan arus resistor R ditambah arus voltmeter Iv.
Jadi,

(6)

(7)
Keterangan:
rv = tahanan dalam voltmeter

Subtitusikan (7) ke (6) dan (8)

(8)
Jika rv ≫ R, maka (9) akan mendekati (4)
Jadi %error

(9)

C. ALAT DAN BAHAN

1. DC power supply
2. DC Voltmeter
3. DC Ammeter
4. Resistor 22Ω 47Ω 100Ω 1kΩ 2,2kΩ 4,7kΩ 10kΩ
5. Decade resistance box
6. Kabel penghubung

D. LANGKAH PERCOBAAN

METODE GAMBAR A
1. Ukur tahanan dalam voltmeter (rv) dan ammeter (ra)
2. Hitung dan pastikan dulu arus dan tegangan maksimum yang diijinkan pada resistor.
3. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 7.1 (a), untuk Rx = 22Ω.
4. Gunakan range ammeter 3 mA dan power supply E=0
5. Dengan mengatur power supply secara perlahan-lahan dapatkan arus ammeter 1,5mA dan
catat pada tabel penunjukkan tegangan pada voltmeter Catatan: Jika akan merubah range
voltmeter, maka DC power supply harus dalam keadaan nol.
6. Ulangi langkah 1 s.d 5 untuk resistor yang lain.

METODE GAMBAR B
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 7.1 (b), untuk Rx = 22Ω
2. Gunakan voltmeter range voltmeter 1 V
3. Dengan mengatur DC power supply secara perlahan-lahan dapatkan tegangan pada
voltmeter 0,5 V dan catat pada tabel penunjukkan I pada ammeter
4. Ulangi langkah 1 s.d 3 untuk resistor yang lain

A. TABEL DATA PERCOBAAN


I = 1,5 mA ra = 1 ohm
Rx = (Ohm) V (Volt) R = V/I Ro (Ohm) %error (R-R0) %error(Rx-Ro)
22 0,4 266,6 265,6 0,3 91,7
47 0,8 533,3 532,3 0,1 91,1
100 1,5 1000 999 0,1 89,9
1000 1,55 1033,3 1032,3 0,09 3,1
2200 2,96 1933,3 1932,3 0,05 13,8
4700 6,3 4200 4199 0,02 2,06

10000 14,1 9400 9399 0,01 6,4


V = 0,5 V rv = 19,4k
Rx = (Ohm) I (Ampere) R = V/I Ro (Ohm) %error (R-Ro) %error(Rx-Ro)
22 0,026 19,2 19,21 0,05 14,5
47 0,011 45,45 45,55 0,22 3,18
100 0,005 100 100,52 0,51 0,5
1000 0,00051 980,39 1032,5 5 3,14
2200 0,00026 1923,07 2134,5 9,9 3,05
4700 0,00012 4166 4577 8,9 2,68

10000 0,000049 10204 11130,52 9,7 11,5

 Perhitungan pada Tabel


 Ro
𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 19,2
- 𝑅𝑜 = 𝑅𝑣−𝑅
= 19400− 19,2 = 19,21 Ω

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 45,45
- 𝑅𝑜 = 𝑅𝑣−𝑅
= 19400− 45,45 = 45,55 Ω

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 100
- 𝑅𝑜 = = = 100,52 Ω
𝑅𝑣−𝑅 19400− 100

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 980,39
- 𝑅𝑜 = = = 1032,5 Ω
𝑅𝑣−𝑅 19400− 980,39

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 1923,07
- 𝑅𝑜 = = = 2134,7 Ω
𝑅𝑣−𝑅 19400− 1923,07

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 3703,7
- 𝑅𝑜 = 𝑅𝑣−𝑅
= 19400− 3703,7 = 4577 Ω

𝑅𝑣 .𝑅 19400 . 7142,8
- 𝑅𝑜 = = = 11305 Ω
𝑅𝑣−𝑅 19400− 7142,8

B. TUGAS
- Gambarkan grafik Rx vs R menggunakan millimeter block
 Tabel 1
 Tabel 2

Analisa dan kesimpulan


Pada tabel 2, untuk data pengukuran yang di ambil, terlihat bahwa semakin besar resistor(Rx) yang digunakan
maka semakin kecil arus yang di dapat. Hal tersebut membuktikan hukum ohm yang menyebutkan V = I x R
(besar arus berbanding terbalik dengan hambatan). Dari data arus, kita dapat mencari R dengan menghitung
V/I. Ketika kita bandingkan dengan perhitungan error di akhir, akan menunjukkan pada setiap peningkatan Rx,
maka error juga semakin bertambah besar. Hal tersebut dikarenakan R yang didapat berhubungan dengan
perhitungan antara V dan I. Semakin besar Rx, perbandingan antara V yang bernilai tetap dan I yang
bertambah besar akan semakin jauh, sehingga menyebabkan pengaruh yang besar pada perhitungan error.
Karena secara matematis, semakin jauh jarak nilai yang dibandingkan, maka nilai yang didapat akan semakin
besar pula.
Begitu pula dengan Ro, Ro didapatkan dengan perhitungan antara R dan rv. R yang perubahannya semakin
besar dan rv yang tetap juga mempengaruhi error.

Pada Tabel 1 atau 2 pada error Ro terhadap Rx terdapat error yang cukup besar ini dikarenakan Rx
merupakan hambatan murni dari resistir Rx itu sendiri, sedangkan untuk Ro merupakan hambatan gabungan
Rx, hambatan dalam ammeter dan resistri fix. Sehingga perbedaan jumlah hambatan Rx dan Ro cukup besar
yang mengakibatkan error juga besar.
Pada tabel 1 untuk mendapatkan R menggunakan rumus
R= V/I
Untuk mendapatkan Ro menggunakan rumus
Ro=R-1

Kesimpulan:
 Pengukuran tegangan dan arus dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan alat (
multimeter ) dan dengan perhitungan sesuai dengan data-data yang tertera pada komponen.
 Hasil pengukuran setiap multimeter saat mengukur rangkaian yang sama, belum tentu sama satu
sama lain karena setiap merk memliki kelemahan masing-masing.
 Hasil pengukuran dengan multimeter akan sedikit berbeda dari perhitungan teori karena setiap
tahanan memiliki toleransi yang berbeda. Bukan hanya itu, apabila di sebuah rangkaian tersebut di
pasang potensiometer dan diukur dengan dua multimeter maka nilai pada kedua multimeter itu akan
berbanding terbalik contohnya pada gambar
 Besarnya tegangan dan arus dalam suatu rangkaian dipengaruhi oleh besar dan posisi tahanan
 Semakin besar tahanan yang diberikan dalam suatu rangkaian maka arus yang mengalir juga akan
semakin kecil. Demikian jika tegangan yang diinput dalam suatu rangkaian semakin besar maka
arusnya juga semakin besar dengan catatan besarnya tahanan tidak diubah, seperti tabel
 Dari percobaan ke VII ini, kita dapat mengetahui adanya pengaruh dari hambatan dalam setiap
komponen yang kita gunakan. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai yang kita dapatkan tidak pasti
tepat dengan realita yang ada

Referensi:
Modul Praktikum Sistem pengukuran
staffnew.uny.ac.id/.../PENGUKURAN%20TAHANAN%20METODA%20VOLTME
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai