Anda di halaman 1dari 12

NILAI DAN ETIKA

DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM


Makalah
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan Islam

Oleh:
1. Safi’i (084 9315 001)
2. Fakhriyatus Shofa Alawiyah (084 9315 003)

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. St. Rodliyah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA IAIN JEMBER
MARET 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Nilai dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam................................. 3
B. Etika dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam................................ 6
BAB III PENUTUP................................................................................... 11
Kesimpulan......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan keterampilan orang dalam
memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas
tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.[1] Keberhasilan suatu lembaga
pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam sangat tergantung pada kepemimpinan kepala
sekolah/madrasah. Sebagai seorang pemimpin di lembaga tersebut, ia harus mampu membawa
lembaganya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mampu melihat adanya perubahan, mampu
melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi ini serta harus bertanggung jawab atas semua
urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah.
Kepemimpinan pendidikan Islam merupakan kemampuan untuk mengatur, mempengaruhi
dan mengarahkan dalam pendidikan secara Islami (dalam hal mengatur, mempengaruhi dan
mengarahkannya maupun di lembaga pendidikan Islam). Sebagai seorang pemimpin yang
memiliki kemampuan mengatur, mempengaruhi dan mengarahkan harus didasarkan pada nilai dan
etika kepemimpinan. Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-
norma, dan hal-hal yang baik. Jadi dengan kata lain etika merupakan sebuah standar seseorang
untuk berperilaku dalam sebuah lingkungan, dalam hal ini adalah lembaga pendidikan. Seseorang
yang melanggar suatu norma atau nilai moral yang dipercaya oleh masyarakat dapat juga dikatakan
tidak beretika, tentu saja hal ini tidak baik untuk seseorang yang dijadikan teladan, pemimpin.
Seorang pemimpin yang baik haruslah pemimpin yang beretika, yang
bermoral dan mematuhi norma-norma yang ada. Seorang pemimpin adalah cermin keteladanan
bagi bawahan maupun karyawan dalam sebuah organisasi/lembaga pendidikan. Etika seorang
pemimpin akan mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku bawahan/karyawannya dalam
sebuah organisasi.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang nilai dan etika dalam
kepemimpinan pendidikan Islam yang meliputi pengertian nilai dan etika kepemimpinan, nilai-
nilai serta etika dalam kepemimpinan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana nilai dalam kepemimpinan pendidikan Islam?
2. Bagaimana etika dalam kepemimpinan pendidikan Islam?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan nilai dalam kepemimpinan pendidikan Islam.
2. Untuk mendeskripsikan etika dalam kepemimpinan pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam
Seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan Islam harus memiliki kemampuan mengatur,
mempengaruhi dan mengarahkan harus didasarkan pada nilai dan etika kepemimpinan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nilai berarti mutu, sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau
berguna bagi kemanusiaan.[2] Maksud dari nilai kepemimpinan dalam makalah ini adalah sejumlah
sifat-sifat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai norma dan nilai yang berlaku.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa nilai kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin antara lain:
1. integritas dan moralitas
Integritas menyangkut mutu, sifat dan keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.[3] Moralitas
menyangkut sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan adat sopan santun.[4] Persyaratan
integritas dan moralitas penting untuk menjamin kepemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa.
2. tanggung jawab

Seorang pemimpin harus memikul tanggung jawab untuk menjalankan misi


dan mandat yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin harus bertanggungjwab atas apa yang dilakukan
dan tidak dilakukannya untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam lembaga
pendidikan Islam. Ia harus memiliki keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah
dilakukan dan mengambil resiko atau pengorbanan untuk kepentingan lembaga dan orang-orang yang
dipimpinnya. Tanggung jawab dan pengorbanan adalah dua hal yang saling berhubungan erat.
Pemimpin harus emngutamakan kepentingan organisasi/lembaga daripada kepentingan pribadi atau
keluarga termasuk pengorbanan waktu. Di sisi lain, pemimpin harus melatih abwahan untuk menerima
tanggung jawab serta mengawasi pelaksanaan tugasnya.
3. visi pemimpin
Kepemimpinan seorang pemimpin nyaris identik dengan visi kepemimpinannya. Visi adalah
pandangan/wawasan ke depan atau arah ke mana lembaga dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa
oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana
kapal dengan penumpangnya akan di arahkan.
4. kebijaksanaan
Kebijaksanaan yaitu kearifan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu sehingga
keputusannya adil dan bijaksana. Kebijaksanaan memiliki makna lebih dari kepandaian atau
kecerdasan. Pemimpin setiap saat dihadapkan kepada situasi yang rumit dan sulit untuk mengambil
keputusan karena terdapat perbedaan kepentingan antar kelompok masyarakat dan mereka yang akan
terkena dampak keputusannya. Dalam kepemimpinan Islam, selain upaya manusia menekuni dan
mencari kebijaksanaan, perlu upaya meminta kebijaksanaan kepada Allah SWT sebagai sumber untuk
memutuskan keputusan yang terbaik dan bijaksana seperti melalui istikharah.
5. keteladanan
Keteladanan seorang pemimpin adalah sikap dan tingkah laku yang dapat menjadi contoh bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Keteladanan berkaitan erat dengan kehormatan, integritas dan
moralitas pemimpin. Dalam kepemimpinan Islam nilai keteladanan diartikan sebagai uswatun hasanah.
Tokoh keteladanan atau uswatun hasanah dalam pendidikan Islam adalah Rasulullah Muhammad
SAW.
6. Keimanan
Beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa sangat penting karena pemimpin adalah manusia biasa
dengan semua keterbatasannya secara fisik, pikiran dan akal budi sehingga banyak masalah yang tidak
akan mampu dipecahkan dengan kemampuannya sendiri. Iman dapat menjembatani antara
keterbatasan manusia dengan kesempurnaan yang dimiliki Tuhan, agar kekurangan itu dapat diatasi.
Iman juga merupakan perisai untuk meredam keinginan dan nafsu-nafsu duniawi serta godaan untuk
melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam menjalankan kepemimpinannya. Penting bagi
seorang pemimpin untuk selalu menyadari bahwa Tuhan itu Mahakuasa,
Mahamengetahui dan Mahahadir. “Mahakuasa” berarti tidak ada satu pun yang bisa terjadi tanpa
perkenan dan pengendalian-Nya. “Mahamengetahui” berarti tidak ada satu pun bisa terjadi tanpa
pengetahuan dan keterlibatan-Nya. “Mahahadir” berarti tidak ada satu pun bisa terjadi tanpa Ia ada di
sana. Implikasi pemahaman seperti itu bagi pemimpin adalah sesgala sesuatu yang terjadi, termasuk
kepemimpinan yang dijalankannya, bukan sekedar kebetulan atau by chance belaka. Pemimpin yang
beriman menyadari bahwa semua perbuatannya diketahui dan diawasi Tuhan yang hadir di mana-mana
sehingga ia takut mengkhianati amanat sebagai pemimpin. Apabila mengalami kesulitan dan masalah
yang berat, ia harus bersandar kepada Tuhan karena tidak ada satu pun kejadian tanpa perkenan dan
pengendalian-Nya. Tuhan itu Pemilik kehidupan, Penyelenggara dan Pemberi apa yang kita
butuhkan.
7. sosial (kemampuan berkomunikasi)
nilai sosial yang dimaksud adalah sebagai seorang pemimpin harus bisa bersosialisasi dengan
angota-anggotanya atau dengan kata lain mampu berkomunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin
sehingga kepemimpinannya dapat efektif dan efisien.
Sedikit berbeda dengan hal di atas, Fahmi dan Siagian masing-masing dalam bukunya
menyebutkan setidaknya ada lima nilai-nilai dalam kepemimpinan diantaranya:
1. nilai teoritikal
Merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan mencari
pembenaran secara rasional.

2. nilai ekonomi
Merupakan nilai yang menghargai segala sesuatu yang bersifat praktis dan bermanfaat.
3. nilai sosial
Merupakan nilai yang menempatkan kasih sayang, belas kasihan terhadap orang lain, simpati
dan tidak mementingkan diri sendiri.
4. nilai politik
Merupakan nilai yang berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai faktor
yang sangat vital dalam kehidupannya
5. nilai keagamaan
Merupakan nilai yang selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan Sang
Pencipta.[5]
Pemahaman tentang nilai-nilai yang dianut oleh seseorang yang menduduki jabatan
pimpinan menjadi sangat penting karena berkaitan erat dengan tindakan dan perilakunya dalam
memimpin organisasi/lembaga pendidikan Islam khususnya.
Tak jauh berbeda dengan nilai-nilai di atas, Kartini Kartono menyebutkan dalam bukunya
bahwa profesi kepemimpinan harus dilandaskan pada paham dasar yang mencerminkan nilai-nilai
kemanusiaan luhur, yang dijadikan pedoman bagi setiap pribadi pemimpin, seperti:
1. nilai pengabdian pada kepentingan umum,
2. jaminan keselamatan, kebaikan dan kesejahteraan bagi bawahan dan rakyat,
3. menjadi pengikat dan pemersatu dalam segala gerak upaya/usaha,
4. penggerak/dinamisator dari setiap kegiatan.[6]
B. Etika dalam Kepemimpinan Pendidikan Islam
Selain nilai-nilai yang harus dimiliki, etika yang baik juga harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata etika berarti ilmu
tentang apa yg baik dan apa yg buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).[7] Etika
difungsikan sebagai penuntun bagi pemimpin dalam bersikap dan bertindak menjalankan
kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik. Kepemimpinan beretika akan membuat
suasana hubungan kerja dalam organisasi atau sebuah lembaga pendidikan Islam lebih nyaman
dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik horisontal.
Etika tidak membahas kondisi atau keadaan manusia melainkan tentang bagaimana manusia
itu seharusnya bertingkah laku. Karena itu pula etika adalah filsafat mengenai praksis manusia
yang harus berbuat menurut aturan dan norma tertentu. Etika profesi pemimpin ialah pembahasan
mengenai:
1. kewajiban-kewajiban pemimpin,
2. tingkah laku pemimpin yang baik dan dapat dibedakan dari tingkah laku yang buruk,
3. moral pemimpin[8]
Menurut Kartini Kartono juga bahwa kriteria etika profesi kepemimpinan diantaranya:
1. pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan sosial,
kemahiran teknis serta pengalaman,
2. sehingga dia kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugas kepemimpinannya,
3. mampu bersikap susila dan dewasa. Sehingga dia selalu bertanggung jawab secara etis/susila,
mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, dan memiliki tanggung jawab sosial yang
tinggi. Sikap ini adalah sikap bertanggung jaawab berdasarkan kebebasan pribadinya atau asas
otonomi. Dan tanggung jawab moral itu menuntut kepada pemimpin agar dia terus-menerus
memperbaiki segala sesuatu yang ada-baik yang ada pada diri sendiri, maupun yang ada di luar
dirinya-supaya bisa lebih banyak ditegakkan unsur keadiln, kebahagiaan, kesejahteraan yang lebih
merata.
4. memiliki kemampuan mengontrol diri yaitu mengontrol emosi, pikiran, keinginan dan segenap
perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan. Sehingga memunculkan sikap moral
yang baik dan bertanggung jawab.
5. Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan). Sekaligus pemimpin juga
harus mampu menciptakan nilai-nilai yang tinggi atau berarti. Nilai adalah segala sesuatu yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia, sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bab nilai
kepemimpinan sebelumnya pada makalah ini.
6. dikenai sanksi. Adanya norma perintah dan larangan yang harus ditaati oleh pemimpin demi
kesejahteraan hidup bersama dan demi efisiensi organisasi, maka segenap tindakan dan kesalahan
pemimpin itu dikontrol. Jadi ada kontrol diri dan kontrol sosial. Karena itu kesalahan-kesalahan
harus segera dibetulkan pelanggaran-pelanggaran dihukum dan ditindak tegas.[9]
Berdasarkan pemaparan pendapat tentang etika kepemimpinan di atas, etika dalam
kepemimpinan pendidikan Islam juga meliputi:
1. harus bertanggung jawab
Tanggung jawab kepimpinan bukanlah sesuatu hal yang dapat dijalankan dengan mudah.
Seorang pemimpin harus mengawali dengan membangun kesadaran dirinya bahwa kepadanya ada
penanggungjawaban kepemimpinan. Penanggungjawaban kepemimpinan menjelaskan bahwa
pemimpin telah diakui serta dipercayai sehingga ia menjadi pemimpin.
2. Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fatonah
Sebagaimana disebutkan dalam Q.S al-Ahzab ayat 21 yaitu:

َّ ‫ٱَّللَ َو ْٱليَ ْو َم ْٱْل ِخ َر َوذَ َك َر‬


‫ٱَّللَ َكثِ ٌۭيرا‬ َّ ‫وا‬ َ ‫ٱَّللِ أُس َْوة ٌ َح‬
۟ ‫سن ٌَۭةٌ ِلِّ َمن َكانَ َي ْر ُج‬ ُ ‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َر‬
َّ ‫سو ِل‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang
yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.[10]
Sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi khususnya lembaga pendidikan Islam,
seharusnya mencontoh atau meneladani sifat, akhlak Nabi untuk dijadikan etika yang baik.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nabi Muhammad memiliki akhlak dan sifat-sifat yang
sangat mulia. Oleh karena itu hendaklah kita mempelajari sifat-sifat Nabi tersebut. Pertama,
Shiddiq artinya benar atau jujur. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya
juga benar. Kedua, Amanah, artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ketiga, Tabligh artinya menyampaikan. Menyampaikan kebenaran yang teradi kepada para
anggotanya walaupun kebenaran itu pahit, tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung.
Keempat, Fatonah artinya cerdas artinya seorang pemimpin harus cerdas, baik dari segi
intelektual, emosional maupun spiritual.
3. menjaga perasaan orang lain
Sebagai seorang pemimpin dilarang seenaknya menyakiti perasaan orang lain baik
anggotanya maupun masyarakat dalam arti luas.
4. memecahkan masalah dengan rendah hati
Di dalam memecahkan masalah yang dihadapi, seorang pemimpin harus rendah hati di
dalam mengatasinya. Tidak diperkenankan dengan tinggi hati atau emosi.
5. menghindari pemaksaan kehendak, akan tetapi juga menghargai pendapat orang lain
6. mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah
7. menanggapi suatu masalah dengan cepat, dan sesuai dengan keahlian
8. disiplin dan tepat waktu
9. menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki
10. menjaga kehormatan
Seorang pemimpin harus menjaga kehormatan dengan tidak melakukan perbuatan tercela
karena semua perbuatannya menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya. Budaya lokal (Jawa)
juga mengajarkan pemimpin harus menghindari 5 M (Mo Limo) yaitu maling (mencuri/ korupsi),
madat (narkoba), madon (main perempuan), main (berjudi) dan minum (mabuk alkohol). Setiap daerah
atau suku bangsa memiliki rambu-rambu kehormatan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang
pemimpin.
11. meningkatkan interaksi sosial
Kepemimpinan beretika akan selalu meningkatkan interaksi antara dirinya dengan semua
orang yang terlibat bersamanya dalam sebuah tugas ataupun pekerjaan. Interaksi menjadi sangat
penting untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat bersama sang pemimpin tidak
tersingkir oleh jarak komunikasi.
Etika kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin pendidikan Islam tidak hanya
terpaku pada semua yang disebutkan di atas, ada banyak sekali etika-etika baik yang mengandung
nilai moral, sosial maupun religius. Dengan demikian untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah
mudah, karena seorang pemimpin bukanlah sembarang orang. Seorang pemimpin harus memiliki
nilai, etika dan tanggung jawab kepada orang yang dipimpinnya.
َ ‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل‬
‫ع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang
dipimpin.[11]
Dengan kepemimpinan yang beretika maka akan tercipta keharmonisan dalam menjalin
hubungan kerja dengan orang-orang dibawah kepemimpinannya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang nilai dan etika dalam kepemimpinan pendidikan Islam di
atas, sebagai akhir dari makalah ini penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. nilai kepemimpinan dalam pendidikan Islam artinya sejumlah sifat-sifat utama yang harus dimiliki
seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sesuai norma dan nilai yang berlaku. Seperti nilai integritas dan moralitas,
tanggung jawab, kebijaksanaan, keteladanan, keimanan dan lain sebagainya.
2. Etika kepemimpinan dalam pendidikan Islam difungsikan sebagai penuntun bagi pemimpin dalam
bersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik.
Banyak sekali macam-macam etika kepemimpinan seperti siddiq, amanah, tabligh, fatonah
sebagaimana etika kepemimpinan Rasulullah, tanggung jawab, dan semua tingkah laku yang
berkaitan dengan nilai moral, sosial maupun religius.
Untuk menjadi seorang pemimpin wajib bagi dirinya untuk memiliki nilai dan etika dalam
berorganisasi dan berinteraksi dengan orang yang dipimpinnya dan juga seorang pemimpin harus
bertanggung jawab terhadap kewajibannya atau tugasnya serta terhadap yang dipimpinnya
khususnya bagi kepemimpinan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
al-Bukhori, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail. 2006. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibnu Katsir.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: Jumanatul ‘Ali-Art.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi, The Right Man and The Right
Place. Bandung: Alfabeta.

Kartini Kartono. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: RajaGrafindo Persada .


Siagian, Sondang P. 2010. Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

[1]U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 139.
[2]Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), 783.
[3]Ibid., 437.
[4]Ibid., 755.
[5]Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi, The Right Man and The Right
Place (Bandung: Alfabeta, 2012), 23-24. Baca Juga Sondang P.Siagian, Teori & Praktek
Kepemimpinan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 29.
[6]Kartini Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), 96.
[7]Tim Penyusun, Kamus.., 309.
[8]Kartini Kartono, Pemimpin..., 97.
[9]Kartini, Pemimpin..., 97-98.
[10]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Jumanatul ‘Ali-Art, 2005), 421.
[11]Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibnu Katsir,
2006), hadis ke 6605 kitab al-Ahkam.

Anda mungkin juga menyukai