Anda di halaman 1dari 12

Menguasai Prinsip Manajemen Gejala yang Biasa Muncul pada

Klien dengan Long Term Condition (Kanker Payudara)

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Annisa Rahmatiah J210171055
2. Lucia Fadilla Permatasari J210171069
3. Arief Pebrianto J210171099
4. Debby sukma oktaviany J210171103
5. Eka Mutya J210171106
6. Qowiatul Muthmainnah J210171116
7. Irwan Surya Wibisono Kambu J210171169
8. Dewi Aulia Rachmawati J210171173
9. Erika Sitta Nurlaela J210171182
10. Tiara Bhima Murti J210171178
11. Aldahaniastiti Kuncahya J210171186
12. Oktavia Putri J210171193

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penderita dan jumlah kematian akibat kanker dari tahun ketahun
semakin meningkat. Data World Health Organization (WHO) tahun 2012
menunjukkan dalam kurun waktu empat tahun sejak 2008, penderita kanker
bertambah hampir 13 juta jiwa. Selama kurun waktu ini jumlah pasien yang
meninggal akibat kanker juga naik dari 7.6 juta menjadi 8.2 juta. American
Cancer Society (ACS) memperkirakan pada tahun 2013 angka kematian akibat
kanker di Amerika adalah sebanyak 580.350 dari 1.660.290 kasus. WHO dan
Union for International Cancer Control (UICC) memprediksi, akan terjadi
peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar tiga ratus persen di seluruh dunia
pada tahun 2030. Tujuh puluh persen dari penderita kanker tersebut berada di
negara berkembang seperti Indonesia.

Data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2008,


kanker payudara menduduki urutan ke dua setelah kanker paru dengan jumlah
kasus 12.9 Juta. Paling sedikit 500.000 orang di Inggris sedang menghadapi
kesehatan yang buruk atau cacat setelah pengobatan untuk kanker - sekitar satu
dari empat (25%) dari mereka yang telah didiagnosis dengan kanker di beberapa
titik dalam hidup mereka (Cancer Support Macmillan, 2013)

Menurut Cancer Support Macmillan (2013), konsekuensi jangka panjang


kanker dan pengobatannya mencakup efek fisik dan psikologis. Paling sedikit
350.000 orang yang hidup dengan dan melampaui kanker mengalami kelelahan
kronis. Sekitar 350.000 mengalami kesulitan seksual, 240.000 hidup dengan
masalah kesehatan mental, yang dapat mencakup moderat untuk kecemasan yang
parah atau depresi, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Sekitar 150.000
dipengaruhi oleh masalah kencing seperti inkontinensia, 90.000 mengalami
masalah pencernaan, termasuk inkontinensia feses, diare dan pendarahan, hingga
63.000 mengalami lymphoedema (jaringan terus-menerus bengkak akibat retensi
cairan, biasanya di lengan atau kaki) . Masalah-masalah ini mungkin hanya
muncul beberapa bulan setelah pengobatan, dan beberapa dapat bertahan selama
setidaknya 10 tahun (Collingwood dkk, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penyakit kronis?
2. Apa etiologi dari penyakit kronis?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit kronis?
4. Bagaimana manajemen gejala yang biasa muncul pada pasien penyakit
kronis khususnya kanker payudara?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menguasai pinsip manajemen gejala yang biasa muncul pada klien dengan
long term condition (kanker payudara)
2. Tujaun Khusus
a. Diketahuinya pengertian dari penyakit kronis
b. Diketahuinya etiologi dari penyakit kronis
c. Diketahuinya tanda dan gejala penyakit kronis
d. Diketahuinya manajemen gejala yang biasa muncul pada pasien penyakit
kronis khususnya kanker payudara
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Penyakit kronis adalah jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau

bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan.

Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan

yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan

helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya

sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan

mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya

(Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).

B. Etiologi Penyakit Kronis

Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial

ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan

yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau

menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi,

terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor

yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang

banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam

bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka

kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang

membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah

memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan
masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer

& Bare, 2010).

C. Tanda dan Gejala

Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,

memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama,

menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat

disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain

penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada

bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air

kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).

D. Kontrol Gejala

Penderitaan dapat menghubungkan pengalaman dari gejala-gejala yang

muncul pada penyakit yang lebih lanjut. Area dalam penelitian ini sebagian

besar berhubungan dengan pasien kanker, namun ada beberapa populasi lain

yang termasuk didalammnya seperti pasien dengan penyakit gagal jantung

berat, peyakit respirasi lanjut dan penyakit yang berhubungan dengan HIV.

Tinjauan gejala sangat bervariasi tergantung dengan stadium penyakit,

persoalan metode, dan populasi yang diteliti seperti pasien rawat inap atau

rawat jalan.

Prevalensi dari gejala yang muncul bervariasi tergantung keadaan


penyakit, namun yang menarik adalah gejala distress atau sedih sering terjadi
pada penyakit non- malignansi maupun kanker. Hal tersebut memperkuat
argumen untuk pelayanan perawatan paliatif ditawarkan ke seluruh pasien atas
dasar kebutuhan.
Berikut ini adalah prevalensi dari gejala distressing yang dilaporkan secara
retrospektif dengan perawatn selama tahun terakhir masa kehidupan :

No Gejala Populasi kanker (%) Populasi non kanker (%)


1 Nyeri 71 72
2 Dispneu 63 64
3 Batuk menetap 50 42
4 Mulut kering 43 34
5 Anoreksia 33 21
6 Kesulitan menelan 63 53
7 Mual muntah 66 50
8 Konstipasi 65 69
9 Kebingungan 42 44
10 Insomnia 44 45
11 Mood rendah 67 73
E. Prinsip dari manajemen gejala

Psikologi individual dan faktor sosial memberikan dampak atas gejala-


gejala yang muncul pada pasien dengan kondisi jangka panjang. Gejala-gejala
tersebut potensial memperburuk penyakit, meningkatkan distress dan hidup
dapat menjadi singkat. Penjelasan dan mengembalikan kepercayaan diri
dengan tepat dapat sangat membantu. Pasien dan keluarga merasa dihargai dan
dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai terapi simptomatis.
Manajemen paliatif atau simptomatis merupakan intervensi yang sangat luas,
dari melatih teknik pernapasan hingga manajemen modifikasi penyakit seperti
pembedahan. Tujuan dari terapi bukan untuk mengobati, namun agar pasien
merasa lebih baik walau hanya sementara.
Keputusan mengenai tata laksana haruslah sesuai dengan keadaan
individu. Beberapa pasien dapat sangat tidak sehat untuk menjalani terapi.
Pasien akan sering memiliki masalah multipel dan pada situasi ini terapi yang
digunakan harus memprioritaskan dan mempertimbangkan kenyamanan
pasien. Ada empat prinsip dari manajemen gejala, yaitu :
1. Penilaian gejala
Penilaian Gejala yang akurat esensial untuk mengidentifikasi
penyebab dan terapi yang sesuai. Hal tersebut penting untuk mengenali
bahwa tidak semua gejala akan menjadi hasil langsung dari proses
penyakit. Beberapa akan muncul sebagai hasil dari kelemahan umum, yang
lain akan menjadi efek samping dari terapi, tetapi gejala dapat juga muncul
secara tiba-tiba dari patologis yang tidak berhubungan. Riwayat gejala
terperinci dan pemeriksaan dapat memunculkan pola yang dikenali,
merujuk kepada penyebabnya. Hal ini akan memandu terapi dan investigasi
yang sesuai. Pada pasien dengan penyakit stadium lanjut, investigasi
semestinya hanya dikerjakan apabila gejala tersebut mempengaruhi
manajemen terapi. Apabila seorang individu terlalu lemah untuk menerima
terapi untuk masalah spesifik, maka kemudian tes invasif untuk
mendiagnosis masalah tersebut biasanya tidak dapat dibenarkan.

2. Penjelasan dengan komunikasi yang baik


Inti dari perawatan paliatif adalah kemampuan komunikasi yang

baik. Mendengarkan secara aktif merupakan kemampuan yang

membutuhkan latihan, namun tanpa adanya hal tersebut keluhan utama

pasien tidak kita dapatkan. Memberikan informasi membutuhkan

kemampuan dan latihan yang sama, selain itu dibutuhkan untuk

mengalokasikan waktu secukupnya. Masing-masing individu

membutuhkan tingkat informasi yang berbeda-beda. Beberapa mungkin

hanya mendapatkan informasi yang terbatas terkait dengan diagnosis.

Seorang yang profesional perlu memperhatikan hal-hal penting, baik pada

saat pemberian informasi maupun berita yang bersifat rahasia. Perawatan

yang dilakukan oleh keluarga merupakan hal penting dalam menerapkan

terapi holistik pada pasien dan (sesuai dengan persetujuan pasien) jika

dimungkinkan harus dibicarakan secara bersama-sama. Cara tersebut dapat

mencegah terjadinya situasi dimana pasien dan keluarganya tidak


memberikan informasi yang sebenarnya karena mereka melindungi rahasia

masing-masing. Kepekaan khusus dibutuhkan pada tahap tertentu dari

perjalanan hidup pasien. berita buruk mungkin membutuhkan beberapa

waktu untuk disampaikan kepada pasien (misalnya pada saat penyampaian

diagnosis, kegagalan terapi dan komplikasi). Pada penyakit yang bersifat

jangka panjang, tiap individu membutuhkan dukungan untuk menyuarakan

pemikirannya tentang masa depan sehingga mereka mulai dapat membuat

rencana untuk mewujudkannya.

3. Terapi paliatif dengan modifikasi penyakit


Terapi modifikasi penyakit dapat sangat membantu untuk mengatasi

gejala meskipun ketika pengobatan untuk kesembuhan tidak lagi mungkin.

Pada keganasan stadium lanjut, kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal

dan pembedahan seluruhnya dapat sesuai dibawah beberapa kondisi. Hal

ini penting ketika mempertimbangkan seperti terapi paliatif untuk

menyeimbangkan keuntungan potensial dengan efek samping. Pada pasien

dengan hemoptisis dari kanker paru, radioterapi atau laser brakiterapi dapat

menawarkan keringanan gejala yang terbaik dan mungkin dapat

dipertimbangkan meskipun di individu yang lemah. Pembedahan juga

seharusnya dipertimbangkan. Sebagai contoh pada pasien dengan fraktur

panggul patologis ia mungkin tidak dapat membungkuk untuk dilakukan

blok anestesi regional, fiksasi pembedahan menjadi kesempatan terbaik

untuk mengendalikan nyeri. Pasien dengan gagal ginjal kronis stadium

akhir yang telah menerima bahwa mereka menjelang kematian dapat

memilih untuk memperpanjang kehidupan dengan pergi ke rumah sakit


beberapa kali dalam seminggu untuk hemodialisis dalam rangka mencegah

gejala yang tidak diinginkan.

4. Terapi simptomatis
Dalam banyak kasus, pengobatan penyakit mendasar tidaklah
mungkin atau tidak dapat dikontrol sendiri gejalanya. Terapi simptomatis
kemudian dibutuhkan. Terapi ini dapat berupa :
a. Farmakologis
Ilustrasi ini menggunakan gejala muntah sebagai contoh. Berbagai
penyebab timbulnya gejala muntah meliputi berbagai kelompok
reseptor yang berbeda dan terapi terbaik menggunakan anti emesis yang
berbeda-beda. Sama seperti nyeri, terkadang obat yang terbaik sama
sekali bukanlah obat anti emetik.
Penyebab Bentuk Lokasi Terapi Yang Komentar
Reseptor Dipilih
Yang Terlibat
Dari
Stimulasi
Muntah
Obstruksi Dominan Dopamin, Haloperidol Sangat berguna
akibat mual, 5HT3 apabila
malignansi mengantuk receptor, diberikan satu
urologi- dan chemoreseptor dosis perhari
gynecology kebingungan trigger zone secara subkutan
obstruksi usus Distensi Efek vagal Cyclizine, Lebih efek
malignant abdomen, haloperidol, dan dibandingkan
muntah, analog drip analgetik
nyeri dan somatostatin dan hanya
konstipasi sedikit
mengurangi
gejela kecuali
pasien
menjalani
pembedahan
Obstruksi stasis cairan Dopamine. metoklopropamid, Muncul pada
erosif gaster dalam Reseptor domperidone pasien dengan
jumlah besar, 5HT4 dan kanker
muntah dan efek vagal lambung,
mual dihubungkan
dengan asites
dan
hepatomegali
Kecemasan Mual, Reseptor Ansiolitik
muntah GABA pada (misalnya
korteks serebri benzodiazepin)
Batuk Muntah- Faring Antitusif
muntah (misalnya kodein)
dengan batuk

b. Non farmakologis
1) Tehnik relaksasi untuk serangan sesak napas
2) Posisi saat tidur untuk mengurangi sekresi dahak yang tertahan
3) Modifikasi diet pada disfagia
4) Bantuan mobilisasi pada kelumpuhan
5) Akupunktur dan acupressure untuk mual
6) Penggunaan transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)
untuk nyeri
c. Kombinasi dari keduanya

Kontrol gejala akan sering membutuhkan terapi obat, yang mana

semestinya disesuaikan terhadap penyebab dari gejala. Terdapat beberapa

prinsip dasar bahwa seharusnya memandu seluruh pengresepan untuk

gejala-gejala di pasien dengan penyakit stadium lanjut :

1) Beberapa gejala yang menetap membutuhkan terapi secara teratur, lebih

dari yang dibutuhkan agar mencegah munculnya gejala.

2) Tiap obat baru seharusnya memiliki manfaat yang lebih besar

dibandingkan dengan besarnya potensi efek samping yang dimilikinya

(sesuai dengan kondisi pasien)

3) Harus diupayakan untuk membatasi jumlah penggunaan obat-obatan

untuk meningkatkan kepatuhan.


4) Obat-obatan yang sekiranya kurang bermanfaat dalam jangka pendek

(misalnya, statin) sebaiknya dihentikan.

5) Jika pasien mengeluh mual dan muntah, perlu dipikirkan rute

pemberian obat yang lain.

6) Mengidentifikasi penyebab untuk gejala-gejala tertentu sehingga dapat

diberikan terapi simtomatik yang spesifik.


DAFTAR PUSTAKA

Addington-Hall, J., Fakhoury, W. & McCarthy, M. 2008. Specialist Palliative


Care In Non-Malignant Disease. Pall Med., 12: 417-27.

American Cancer Sosiation. 2013. Cancer fact and figures. Diakses pada tanggal
11 Desember 2017 dari https://www.cancer.org/cancerfactstatistic/2013

British Medical Association. 2009. Withholding And Withdrawing Life


Prolonging Medical Treatment. Br Med J. London.

L, Collingwood M, Wilkinson C, Ozkrochi R dan Davidson S. 2012. Efek akhir


dari radioterapi panggul di penderita kanker jangka panjang: studi
kelayakan. Laporan Oxford Brookes University untuk Macmillan Cancer
Support / National Cancer ketahanan hidup Initiative. Clinical Oncology.

National Council Of Hospices And Specialist Palliative Care Services. 2005.


Specialist Palliative Care : A Statement Of Definition. 8-21.

The SUPPORT Principle Investigators. 2005. A Controlled Trial To Improve Care


For Seriously ill Hospitalized Patients. J Am Med Assoc., 274: 1591-8.

World Healt Organization. 2012. World healt statistic. Diakses pada tanggal 11
Desember 2017 dari
https://www.who.int/ins/bitstreum/10665/44844/1/9789241-eng-pdf

World Cancer Declaration. 2013. Diakses pada tanggal 11 Desember 2017 dari
http://www.google.com/search/world cancerdeclaration.2013

Anda mungkin juga menyukai