Laporan Kasus Hordeolum - Russel
Laporan Kasus Hordeolum - Russel
Oleh:
15014101201
Supervisor Pembimbing:
Residen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul “Hordeolum Internum Palpebra Inferior Okulus Sinistra”
telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada Agustus 2016 di Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
LAMPIRAN ......................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
Hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu satu sampai dua
minggu. Terapi pada hordeolum dapat berupa kompres hangat untuk mempercepat peradangan
kelenjar dan dapat juga diberikan obat antiinflamasi maupun antibiotik topikal atau
sistemik.Tindakan operatif dapat dilakukan jika tidak terdapat perbaikan.Operasi dilakukan
dengan anestesi local, kemudian dilakukan insisi untuk mengeluarkan nanah.8-11
Pada hordeolum yang berukuran besar sering terjadi penyulit berupa: konjungtivitis,
abses palpebra, selulitis dari palpebra. Selain itu besarnya ukuran hordeolum dapat
mengakibatkan penurunan penglihatan akibat penonjolan yang menutupi bagian kornea.5,6
Pada umumnya, prognosis hordeolum baik karena peradangan pada hordeolum dapat
sembuh dengan sendirinya, asalkan kebersihan mata dijaga dan dilakukan kompres hangat
pada mata yang sakit.7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : MP
Umur : 19 tahun
Alamat : Malalayang
Suku : Minahasa
Bangsa : Indonesia
B. Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa.
Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kiri.
Pada pemerikasaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran
kompos mentis, dengan tanda-tanda vital tensi 120/80 mmHg, nadi 96 kali/menit, respirasi 24
kali/menit, suhu badan 36oC, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen datar, lemas,
peristaltik normal, ekstremitas hangat. Dari status psikiatrik penderita bersikap kooperatif,
ekspresi wajar dan respon baik.Pemeriksaan neurologis, kekuatan otot normal, refleks
fisiologis normal, refleks patologis tidak ada.
Pemeriksaan Khusus
Status Generalis :
Suhu :36oC
Status psikiatrik
Inspeksi OD :
Supersilia : rontok (-)
Palpebra : hiperemi (-), massa (-)
Konjungtiva : dalam batas normal
Sklera : normal
Kornea : jernih
COA : normal
Iris : normal
Reflex cahaya : (+)
Lensa : jernih
Inspeksi OS :
Supersilia : rontok (-)
Palpebra : hiperemi (+), benjolan (+)
nyeri (+) ukuran 0,5cm
Konjungtiva : dalam batas normal
Sklera : normal
Kornea : jernih
COA : normal
Iris : normal
Reflex cahaya : (+)
Lensa : jernih
Segmen Posterior
OD :
Refleks Fundus : (+) Uniform
Papil : bulat, batas tegas, warna vital, CDR 0,3
Makula : Refleks fovea (+) normal
Retina : pembuluh darah a:v = 2:3, crossing (-),sclerosis(-),
eksudat (-), perdarahan (-)
OS :
Refleks Fundus : (+) Uniform
Papil : bulat, batas tegas, warna vital, CDR 0,3
Makula : Refleks fovea (+) normal
Retina : pembuluh darah a:v = 2:3, crossing (-),sclerosis(-),
eksudat (-), perdarahan (-)
D.Resume Masuk
Seorang penderita laki-laki, 19 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Prof.
Dr.R.D.Kandou tanggal 19 Juli 2016 dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri
sejak ± 4 hari yang lalu, nyeri terutama saat ditekan dan semakin membesar. Pada
pemeriksaan fisik terdapat hiperemi (+), nyeri tekan (+), injeksi konjungtiva (-). Pada
pemeriksaan status oftalmikus secara subjektif didapatkan visus okulus dekstra dan sinistra
6/6. Tekanan intra okular dekstra dan sinistra: N/palpasi. Pemeriksaan status oftalmikus secara
objektif didapatkan pada inspeksi oculus sinistra; Supersilia: rontok (-), Palpebra: hiperemi (+),
benjolan (+) ukuran ± 0,5cm bintik kecil isi pus (+) nyeri (+), Konjungtiva: dalam batas
normal, Sklera : normal, Kornea : jernih, COA : normal, Iris : normal, Reflex cahaya :(+),
Lensa: jernih. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan adanya benjolan yang menonjol kearah
konjungtiva tarsal. Pada pemeriksaan segmen posterior didapatkan refleks fundus positif
uniform, pada makula refleks fovea positif, papil batas tegas, warna normal, tidak terdapat
perdarahan dan eksudat pada kedua mata.
E. Diagnosis :
Okulus Dextra: Emetropia
Okulus Sinistra: Hordeolum Internum Palpebra Inferior
F. Diagnosis Banding
Hordeolum Eksternum
Kalazion
G. Terapi
- Non-medikamentosa : kompres hangat 10 menit, 3 kali sehari
- Medikamentosa :
Xytrol 3x1 app
Nutriflam 2x1 tab
H. Anjuran :
Hindari terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit.
Menjaga kebersihan daerah mata dan wajah dan membiasakan mencuci tangan
sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
Kontrol poliklinik mata.
I. Prognosis
Dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Prognosis pada penderita ini adalah baik, karena pada kasus ini hordeolum masih kecil
sehingga proses peradangan pada hordeolum masih bisa mengalami penyembuhan dengan
sendirinya. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh
daerah yang sakit, menjaga kebersihan tangan dan menjaga kebersihan daerah mata untuk
mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder, dan
mengurangi konsumsi makanan yang alergi. Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik
mata untuk memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
BAB IV
PENUTUP
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu ditemukan adanya benjolan pada kelopak
mata kiri sejak ± 4 hari yang lalu, dimana ditemukan adanya hiperemi (+), nyeri tekan (+),
injeksi konjungtiva (-). Dengan adanya tanda-tanda demikian maka dapat ditegakkan
diagnosis okulus dextra yaitu emetropia sedangkan okulus sinistra adalah hordeolum internum
palpebra inferior.
Penanganan yang dilakukan dapat diberikan kompres hangat untuk merangsang proses
peradangan, pemberian antibiotik topikal. Jika hordeolum membesar dan tidak dapat pecah
dengan sendirinya maka tatalaksana yang lebih lanjut yaitu dengan tindakan pembedahan
melalui insisi pada benjolan tegak lurus dengan margo palpebra untuk mengeluarkan nanah.
Selanjutnya dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan di daerah sekitar mata, lalu kontrol ke
poliklinik mata untuk perawatan selanjutnya.
Prognosis pada pasien ini kebanyakan baik. Hordeolum bisa pecah dengan sendirinya,
selain itu dengan perawatan yang tepat serta tindakan pembersihan yang tepat, maka
hordeolum bisa mengalami resolusi dengan baik.
Demikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum internum palpebra
inferior okulus sinistra yang mencakup diagnosis, pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan
prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
3. Sobrinho MVA, Aguiar ACB, Alencar LD, Binotti WW, Faris O. Epidemiological
profile of eye disease in an emusing center complex in campinas. Brazil. The
Paramedicina Journal.
4. Vaughan D, Taylor A, Pul RE, Oftalmologi umum. Edisi.17. Jakarta: Widya Medika;
2010. p. 12-14
5. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2004. p. 92-4.
6. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam :Ilyas HS, editor. Ilmu perawatan mata. Jakarta: Sagung
Seto; 2004. p. 96-7.
8. Vaughan D, Taylor A, Pul RE, Oftalmologi umum. Edisi.17. Jakarta: Widya Medika;
2010. p. 12-14
11. Khurana AK, ed. Comprehensive Opthalmology 4th Edition. New Delhi: New Age
International (p) Ltd Publishers; 2007. P.339-42; 44-6.
LAMPIRAN