KOORDINASI:
Oleh:
Supervisor Pembimbing
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing,
Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impuls
ke susunan saraf pusat dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Dalam meregulasi
yaitu sistem vesibuler, sistem proprioseptif (yaitu, persepsi posisi otot dan sendi), dan sistem
visual. Organ yang paling berperan pada sistem koordinasi adalah serebellum sebagai pusat
keseimbangan dan pergerakan. Selain itu, serebelum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap,
tonus, mengintegrasi dan mengkoordinasi gerakan somatik. Lesi pada cerebelar bermanifestasi
Gangguan pada fungsi koordinasi dapat berupa gangguan posisi sikap waktu berdiri
dan sikap badan sewaktu bergerak, postur dan gaya berjalan, dan dekompresi gerakan volunter.
Pemeriksaan fungsi koordinasi bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada keseimbangan,
posisi, postur, gaya berjalan, gerakan involunter, serta gerakan terarah secara halus dan tepat.1,8
Pada pemeriksaan koordinasi dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan ekuilibrium dan non
koordinasi tubuh secara keseluruhan termasuk didalamnya adalah Tes Romberg, sedangkan
pemeriksaan non ekuilibrium menilai kemampuan pasien dalam melakukan gerakan yang
berlainan, seringkali relatif baik, gerakan disengaja dengan ekstremitas yaitu finger to nose
1. Serebellum
Serebelum adalah organ sentral untuk kontrol motorik halus. Struktur ini memproses
informasi dari berbagai jaras sensorik (terutama vestibular dan proprioseptif), bersama impuls
motorik, dan memodulasi aktivitas area nuklear motorik di otak dan medulla spinalis. Secara
anatomis, serebelum tersusun dari dua hemisfer dan vermis yang terletak diantaranya.
serebeli, yaitu suatu lipatan ganda dura mater yang menyerupai tenda yang memisahkan
serebelum dari serebrum. Permukaan serebelum, tidak seperti serebrum, menunjukkan banyak
lekukan kecil yang berjalan horizontal (folia), yang satu sama lain dipisahkan oleh fisura.
Gambaran serebelum dari bawah menunjukkan bagian teratas ventrikel keempat yang
subarakhnoid melalui sebuah apertura mediana (foramen Magendie) dan dua apertura lateralis
(foramen Luschka). Disebelah kaudal pedunkulus serebri inferior dan medius, terdapat suatu
struktur pada masing-masing sisi yang disebut flokulus; kedua flokulus dihubungkan
menyebrangi garis tengah melalui bagian vermis yang disebut nodulus. Bersama-sama,
Lapisan molekuler (stratum molekulare). Lapisan ini terutama terdiri dari prosesus
selular, yang mayoritas merupakan akson sel granuler- serabut pararel, dan dendrit sel
purkinje.1
Lapisan sel Purkinje (statum ganglionare). Lapisan tipis ini hanya mengandung badan
Lapisan sel granular (stratum granulosum). Lapisan ini hampir seluruhnya terdiri dari
badan sel granular kecil yang tersusun padat, yang berjumlah lebih dari 95% dari
dan mengontrol tonus otot melalui sirkuit regulasi umpan-balik yang kompleks, dan
memastikan eksekusi semua proses motorik terarah yang tepat dan terkoordinasi dengan baik
secara sementara. Koordinasi gerakan serebelar terjadi secara tidak disadari. Tiga komponen
o Vestibuloserebelum
dengan aparatus vestibularis. Struktur ini menerima sebagian besar imput aferennya dari nuklei
informasi mengenai posisi dan gerakan kepala. Output aferennya memengaruhi fungsi motorik
mata dan tubuh sedemikian rupa sehingga ekuilibrium dapat dipertahankan pada semua posisi
ekuilibrium (keseimbangan). Dari organ vestibular, impuls berjalan baik secara langsung
vestibulares serta ke formasio retikularis; dari tempat ini, traktus vestibulospinalis dan traktus
retikulospinalis serta fasikulus longitudinalis medialis memasuki batang otak dan medula
spinalis untuk mengontrol fungsi motorik spinal dan okulomotor. Lengkung refleks ini
memastikan stabilisasi postur, gaya berjalan, dan posisi mata dan memungkinkan fiksasi
tatapan.1
menyebabkan pasien kurang dapat menempatkan dirinya pada lapangan gravitasi bumi, atau
tidak dapat memfiksasi tatapannya pada objek yang diam saat kepalanya bergerak.1
(abasia), dan gaya berjalan pasien lebar-lebar dan tidak stabil, menyerupai gaya
berjalan orang yang sedang mabuk (ataksia trunkal). Heel-to-toe walking tidak dapat
mencapai kesadaran, tetapi akibat koordinasi respons otot-otot terhadap gravitasi yang
salah.1
o Spinoserebelum
Paleoserebelum menerima sebagian besar input aferennya dari medulla spinalis dan,
dengan demikian disebut juga spinoserebelum. Spinoserebelum sebagian besar terdiri dari
otot antagonistik yang berpartisipasi pada postur dan gaya berjalan. Output aferennya
memengaruhi aktivitas otot-otot anti gravitasi dan mengontrol kekuatan gaya yang diinduksi
Hubungan. Korteks spinoserebelum menerima input aferennya dari medulla spinalis melalui
terutama berproyeksi ke nukleus fastigii. Output eferen nuklei ini kemudian melanjutkan
bagian tubuh dipersyarafi oleh korteks serebeli ipsilateral,tetapi tidak ada susunan
(yang menyelubungi panggul dan bahu) serta tubuh. Dengan cara ini, spinoserebelum juga
Lesi spinoserebelum. Manifestasi utama lesi zona vermis serebeli dan paravermis serebeli
Lesi lobus anterior dan bagian superior vermis di dan didekat garis tengah
menimbulkan ataksia cara berdiri (stance) dan gaya berjalan (gait). Ataksia gait
(abasia) yang ditimbulkan oleh lesi tersebut lebih berat dibandingkan ataksia stance
(astasia). Pasien yang menderita gangguan ini menunjukkan cara berjalan yang lebar
dan tidak stabil yang berdeviasi ke sisi lesi, dan terdapat kecendrungan untuk jatuh
kesisi tersebut. Ataksi stance terlhat dengan tes romberg: ketika pasien berdiri dengan
kebelakang dan kedepan dengan frekuensi 2-3 Hz. Jika lesi hanya terbatas pada bagian
superior vermis, uji telunjuk-hidung dan tes tumit lutut tulang kering masih dapat
Lesi bagian inferior vermis menyebebkan ataksia stance (astasia) yang lebih berat
dibandingkan ataksia gait. Pasien mengalami kesulitan untuk duduk atau berdiri
dengan stabil, dan, pada tes romberg, bergoyang secara perlahan ke belakang dan
o Serebroserebelum
bersamaan ekspansi serebrum dan saat transmisi menuju cara berdiri yang tegak dan gaya
Hubungan. Serebroserebelum menerima sebagian besar input neuralnya secara tidak langsung
dari bagian korteks serebri yang luas, terutama dari area broadmann 4 dan 6 (area motorik dan
premotorik) melalui traktus kortikopontis tetapi juga,sebagian kecil, dari oliva melalui traktus
olivoserebelaris. serebelum menerima peringatan lebih lanjut dari semua gerakan volunter
yang direncanakan yang dimulai di korteks serebri, sehingga serebelum dapat segera
nukleus ruber. Tidak seperti nukleus ruber lainnya, bagian ini tidak mengirimkan serabutnya
ke medula spinalis melalui traktus rubrospinalis. Namun, serabut ini berproyeksi melalui
traktus tegmentalis sentralis ke oliva inferior, yang kemudian berproyeksi kembali ke
meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat. Melalui jaras spinoserebelaris aferen
memperbaiki setiap kesalahan dalam perjalanan gerakan volunter untuk memastikan bahwa
gerakan tersebut dilakukan secara halus dan tepat. Pola pengeksekusi berbagai jenis gerakan
yang sangat banyak kemungkinan disimpan di serebelum, seperti pada komputer, sepanjang
hidup individu, sehingga dapat dipanggil kembali setiap saat. Dengan demikian, begitu kita
mencapai tahap perkembangan tertentu, kita dapat melakukan gerakan sulit yang telah
dipelajari secara cepat, relatif tidak memerlukan usaha, dan sesuai kehendak dengan cara
memanggil fungsi regulasi presisi di serebelum. Fungsi serebelum berkisar dari koordinasi
gerakan hingga pengolahan stimulus sensorik dan informasi yang relevan terhadap memori.1
menimbulkan kerusakan berat pada eksekusi gerakan volunter. Manifestasi klinis selalu
volunter (intention tremor). Abnormalitas ini lebih jelas pada ekstremitas atas
kelompok otot antagonistik: gerakan seperti pronasi dan supinasi tangan secara cepat
2. Sistem Vestibularis
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian nervus kranialis kedelapan (yaitu, nervus
o Labirin
Labirin terletak di dalam bagian petrosus os temporalis dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan
tiga kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil
yang terisi perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi endolimf. Utrikulus, sakulus, dan
bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor yang
lateral terletak dibidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus
dengannya dan satu sama lain. Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis melebar
pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem
vestibuler, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung
massa gelatinosa yang memanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit.
Utrikulus dan sakulus mengandung organ reseptor lainnya, makula utrikularis dan
makula sakularis. Makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel
rambut makula tertanam di membran gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat,
disebut statolit. Reseptor ini menghantarkan impuls statik, yang menunjukkan posisi kepala
terhadap ruang, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot.
Impuls yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang
keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.1
o Nervus Vestibulokokhlearis
sistem vestibuler. Ganglion vestibulare terletak dikanalis auditorius internus; mengandung sel-
sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel reseptor di organ vestibular, dan
yang prosesus sentralnya membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus
ventrikel keempat.1
.
PEMERIKSAAN TES KOORDINASI
Gait adalah cara atau gaya berjalan yang umumnya meliputi kecepatan bergerak (meter
per detik) dan jumlah langkah per unit waktu (langkah per menit = cadence). Siklus berjalan
dimulai ketika tumit salah satu kaki menyentuh pijakan (heal-strike/ heel-on) sampai dengan
tumit yang sama kembali menyentuh pijakan. Selama satu siklus berjalan terdapat fase
bersentuhan dengan pijakan (stance phase) dan fase kaki berada diudara (swing phase). Stance
phase (60%) dimulai ketika kaki bersentuhan dengan pijakan (heel-strike) dan berakhir ketika
kaki terangkat meninggalkan pijakan (toe-off), sedangkan swing phase (40%) dimulai ketika
kaki terangkat meninggalkan pijakan dan berakhir ketika kembali bersentuhan dengan
pijakan.6
a b c d
Tujuan Pemeriksaan:
Menilai apakah adanya kesimpangsiuran atau abnormalitas gerakan berjalan, dimana akan
ada kecenderungan untuk menyimpang garis atau jatuh kesalah satu sisi.8
Prosedur pemeriksaan:
Mintalah pasien berjalan menuruti garis lurus dengan mata terbuka dan tertutup.
Perhatikan panjang langkahnya dan lebar jarak kedua telapak kakinya. 4,8
Interpretasi:
Antalgik. Kaki yang sakit memiliki loading phase yang singkat. Gait ini
didapatkan pada pasien yang mengalami nyeri pada kaki dan berusaha tidak
menumpukkan badannya pada kaki yang sakit, seperti trauma lutut, tumit atau
kaki, kaki diabetik, deformitas pada sendi lutut ataupun pada gout arthritis.7
kontralateral akan jatuh pada swing phase. Gait ini biasa disebabkan karena
Waddle. Disebut juga trendelenberg bilateral = jalan bebek. Gait ini biasa
Scissor. Kedua tungkai genu valgum, biasa didapatkan pada pasien stroke dan
Pada lesi unilateral di serebellum kecenderungan untuk jatuh ialah ke sisi lesi. Gait pada
penghubungnya. Ataksia terjadi baik saat mata tertutup mauoun terbuka. Lesi pada
vermis/garis tengah terdapat gangguan gait berupa jalan bergoyang, semopoyongan, ireguler,
mengayun kesatu sisi dan sisi lainnya, gerakan tiba-tiba kedepan/kesamping, titubasi dan
langkah lebar. Tidak mampu berjalan tandem atau mengikuti garis lurus pada lantai. Dapat
dijumpai tremor dan gerakan bergoyang pada seluruh tubuh. Pada kelainan yang terlokalisir
pada satu hemisfer serebelum atau jaras penghubungnya, atau penyakit vestibuler unilateral,
Shallow kneebend adalah teknik membangun kekuatan otot di atas paha. Latihan ini hanya
boleh dilakukan jika pasien dalam keadaan merasakan sakit yang sangat minimal. Jika pasien
tidak memiliki kelainan yang parah pada lutut dan tidak merasakan sakit, bisa dilakukan 8-12
kali pengulangan.2
Prosedur Pemeriksaan:2
a. Pasien diminta untuk berdiri dengan posisi kedua tangan bertumpu pada meja atau kursi
d. Pasien kemudian diminta untuk merendahkan posisi sekitar 15 cm dengan posisi tumit
tetap di lantai.
e. Pasien lalu diminta untuk kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan.
3. Tes Romberg
Tujuan Pemeriksaan:
Untuk menilai adanya gangguan di susunan vestibular atau di funikulus dorsalis (atau
serebelum).8
Prosedur pemeriksaan:
Tes Romberg dilakukan dengan cara meminta pasien untuk berdiri dengan kedua kaki
berdekatan satu sama lain dengan mata terbuka. Setiap bergoyang signifikan atau
kecenderungan untuk jatuh dicatat. Pasien kemudian diminta untuk menutup matanya.,
biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Selain melihat munculnya goyangan pada
pasien, penting juga untuk memperhatikan berat ringannya goyangan serta posisinya
timbulnya goyangan (bergoyang dari pinggul atau pergelangan kaki seluruh tubuh). Demi
keamanan pasien dokter harus berada di sekitar pasien (dapat menghadap pasien atau di
sisinya) dengan tangan direntangkan di kedua sisi pasien untuk mendukung (tanpa
menyentuh pasien). Tes Romberg ini dianggap positif jika ada ketidakseimbangan yang
signifikan dengan mata tertutup atau ketidakseimbangan secara signifikan memburuk pada
saat menutup mata (jika ketidakseimbangan sudah ada mata terbuka). 4,5,8
Interpretasi:
Pada umumnya dengan pemeriksaan tes Romberg kita bisa membedakan antara lesi
serebellum dengan gangguan proprioseptik dengan melihat hasil tes sewaktu membuka dan
menutup mata. Pada waktu membuka mata penderita masih sanggup berdiri tegak (pada
permulaan terjadi ayunan beberapa kali masih dianggap wajar/normal), tetapi begitu mata
ditutup, penderita langsung mengalami kesulitan untuk mempertahankan diri dan jatuh kearah
yang tidak bisa ditentukan (bisa kedepan atau kebelakang). Sedangkan pada gangguan
serebellum pada waktu membuka mata pun penderita sudah mengalami kesulitan berdiri tegak
dan akan cenderung berdiri dengan kedua kaki yang lebar (widebase). 9
Tujuan Pemeriksaan:
Pada tes ini minta pasien berdiri dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang
lainnya. Tumit kaki yang satu berada tepat di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).
Pasien kemudian diminta untuk melipat lengan di dada dan menutup matanya. Pasien orang
normal mampu berdiri dalam posisi ini selama 30 detik atau lebih. 4,8
Interpretasi:
Tujuan Pemeriksaan:
Untuk menilai apakah ada gangguan pada serebelum yang menyebabkan ataxia tipe
dismetria.4
Prosedur Pemeriksaan:
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan pasien dalam kondisi berbaring, duduk atau berdiri.
Diawali pasien mengabduksikan lengan serta posisi ekstensi total, lalu pasien diminta untuk
menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan
perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup. 4,8
Interpretasi:
Gangguan pada serebelum atau saraf-saraf propioseptif dapat juga menyebabkan ataxia tipe
dismetria. Dismetria berarti hilangnya kemampuan untuk memulai atau menghentikan suatu
gerak motorik halus. Dengan tes finger-to-nose (tes jari hidung) dapat terlihat adanya intention
tremor , sedangkan pada resting tremor (Parkinson tremor) maka sewaktu istirahat akan tampak
Tujuan Pemeriksaan:
Untuk melihat apakah ada ataksia (gangguan koordinasi) dan melihat adanya gangguan pada
serebelum.4
Prosedur pemeriksaan:
Mintalah pasien pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan, kemudian pasien
diminta menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai lainnya, minta pasien
menggerakkan tunit itu meluncur dari lutut ke pergelangan kaki melalui tibia.4,5
Interpretasi:
Sedangkam disdiadokokinesia adalah gangguan gerakan secara bergantian secara cepat akibat
kerusakan koordinasi ketepatan waktu beberapa kelompok otot antagonistik: gerakan seperti
pronasi dan supinasi tangan secara cepat menjadi lambat, terputus-putus, dan tidak
berirama.5,8,9
Tujuan Pemeriksaan:
Untuk melihat adanya gangguan pada serebelum khususnya lesi pada serebroserebelum
Prosedur Pemeriksaan:
mensupinasi dan pronas lengan bawahnya (tangannya) secara bergantian dan cepat.4,8
Interpretasi:
Tes disdiadokinesis akan terganggu pada lesi UMN, serebellum, dan sindrom ganglia
basalis. Pasien Parkinson mungkin mengerjakan tapping tes dengan cukup baik, tetapi
Elektroneuromiografi (EMG)
EMG merupakan suatu pemeriksaan yang non-invasif dan dipergunakan untuk memeriksa
keadaan saraf perifer dan otot.Dan merupakan pelengkap dari pemeiksaan klinis neurologis
maupun pemeriksaan penunjang lain (mis.MRI), sehingga dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut
yang meliputi cornu anterior, radiks, pleksus, saraf prefier, paut saraf otot dan otot.
Adalah pemeriksaan yang dipergunakan untuk melihat atau mempelajari lesi-lesi yang
letaknya lebih proksimal, sepanjang jaras somato-sensorik (dengan kata lain yang tidak
Suatu tindakan yang dikerjakan akan menempuh resiko. Lapangan intraoperatif merupakan
satu bagian yang penuh dengan resiko dan pembedahan itu sendiri dapat menimbulkan
motorik dan sensorik pasien selama proses pembedahan, namun supresi tersebut tidak mampu
memberikan informasi klinis dini/memberi peringatan dini kepada operator jika terjadi bahaya
Sebagai metode alternatif dari monitoring dan untuk menjaga keselamatan fungsi syaraf dari
seorang pasien yang pada saat sedang dalam keadaan terbius total, merupakan tujuan dari
berusia masih sangat muda. Alat ini baru dipergunakan sejak tahun 1994 di Amerika Serikat.
Idealnya adalah bahwa prosedur monitoring ini tidak menambah resiko dari pembedahan, akan
tetapi sebaliknya dapat menunjukan manfaat yang positif dalam mengurangi insiden yang
tepat setiap terjadi kemundurang fungsi pada system persarafan yang dapat terjadi selama
operasi berlangsung, sehingga dapat segera kepada operator untuk segera memodifikasi
Kelainan dan penyakit pada sistem koordinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain karena adanya kerusakan pada sistem koordinasi akibat luka, infeksi mikroorganisme,
penggunaan obat-obatan yang melebihi dosis, atau kerusakan sistem koordinasi yang bersifat
genetis. Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem koodnasi adalah sebagai berikut:
Migrain
Penyakit sistem saraf ini mengakibatkan penderitanya merasakan sakit di sebagian kepalanya.
Bagian sebelah kiri maupun kanan.Penyakit sistem saraf ini cenderung dianggap sepele.Namun
bila dibiarkan, penyakit sistem saraf ini dapat merusak sel-sel saraf pada otak menjadi rusak.
Sakit Kepala
Penyakit sistem saraf ini sepertinya merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh
manusia. Penyebabnya, sebagian besar berasal dari tingkat ketegangan pada sistem saraf
manusia. Jika sudah begini, kepala akan terasa sangat berat dan biasanya sering diikuti oleh
Tidak berbeda jauh dengan kedua penyakit sistem saraf di atas, Vertigo juga mengakibatkan
penderitanya menjadi pusing kepala, kehilangan keseimbangan, tetapi justru kepala terasa
sangat ringan, melayang dan sering mengalami gangguan jika berada di ruangan.
Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit sistem saraf yang berupa kehilangan kemampuan untuk peduli
kepada diri sendiri. Penderita penyakit sistem saraf ini kehilangan kemampuan dalam hal
mengingat peristiwa yang baru terjadi. Penerita penyakit sistem saraf ini kemudian menjadi
bingung, menjadi pelupa, sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama, bahkan tersesat saat
Stroke
Stroke merupakan kematian sel-sel otak disertai gangguan fungsinya yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah otak. Penyebab stroke yang paling umum adalah tekanan darah
Meningitis
Penyakit sistem saraf ini disebabkan karena terjadinya peradangan pada meninges. Penyakit
sistem saraf ini dapat menular, dan ditularkan melalui virus.Virus tersebut yang kemudian
Polio
Polio merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel-sel
saraf motorik otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menular dan jika sudah
menyerang tidak dapat diobati. Penularannya dapat melalui makanan. Pencegahan penyakit ini
dilakukan dengan vaksin antipolio yang diberikan pada bayi melalui imunisasi oral
(diminumkan).
Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya gangguan
penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, penderita tumor otak, trauma pada kepala,
pengguna obat-obat bius dan penderita cacat otak bawaan. Penderita epilepsi sering mengalami
kejang-kejang sampai dari mulutnya mengeluarkan cairan seperti busa. Epilepsi dapat
2012.p.163-165.214-227.
2. Husney A, Rigg J. Shallow Standing Knee Bend. EBMD Medical Reference Healthwise
3. Japardi I. Aspek Neurologik Gangguan Berjalan. USU Digital Library. Medan. 2002. 1-
12
2014.p.73-110
7. Ostosky KM, Van Swearingen JM, BurdettRG, Gee Z. Comparison ofGait Characteristics
8. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.p.327-
328.455-459