VITRO
Yennita (2003) menjelaskan bahwa penggunaan BAP dengan konsentrasi 100 ppm
dapat meningkatkan kandungan klorofil daun, memperlambat penuaan daun dan meningkatkan
translokasi asimilat dari bagian vegetatif ke polong tanaman kedelai. Dengan meningkatnya
kandungan klorofil dan didukung oleh faktor lingkungan yang menguntungkan, maka proses
fotosintesis berjalan sempurna sehingga menghasilkan asimilat yang cukup untuk
ditranslokasikan ke biji. Selanjutnya dengan memperlambat proses penuaan daun maka
translokasi asimilat akan berjalan lebih lama dari vegetatif ke polong per biji sehingga
meningkatkan kualitas per berat biji yang dihasilkan. Yanuarta (2007) melaporkan bahwa
pemberian BAP 200 ppm mampu meningkatkan jumlah daun Anthurium plowmanii. BAP
berperan dalam penundaan penuaan (memperlambat senescence daun) sehingga kuningnya
daun dapat berkurang.
BAP dapat dipakai tunggal atau bersamaan dengan hormone lain tergantung tanaman
yang akan dijadikan kultur. Berdasarkan penelitian Eni Sugiyanti (2008), pemberian kombinasi
konsentrasi BAP 3 mg/l dan NAA 1 mg/l pada tanaman zodia menghasilkan pertumbuhan tunas
terbaik, yaitu terbentuknya kalus pada semua perlakuan, pembentukan tunas pada umur 2
minggu setelah tanam, dan jumlah tunas terbanyak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ainun Fithriyandini (2015), penambahan
media dasar MS dan konsentrasi BAP dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
eksplan anggrek Phalaeonopsis amabilis. Media ½ MS dengan penambahan BAP 2,5 ppm
memberikan hasil jumlah PLB (Protocorm Like Body), waktu muncul tunas, jumlah tunas dan
jumlah daun terbaik.