Acara Ke 4
Acara Ke 4
BIOLOGI DASAR
OLEH :
M. AMIEN RAIS
(140210103040)
Alat :
1. Mikroskop
Bahan :
Cara Kerja :
Mengamati dengan
Mengambil
perbesaran lemah
Preparat Awetan
ke kuat
Menggambar hasil
IV Hasil Pengamatan
VII. PEMBAHASAN
Dalam pengamatn yang pertama, kami mengamati jaringan Daun Citrus Sp. Seperti
pada umumnya fungsi daun adalah sebagai fotosintesis. Fotosintesis terjadi di daun dengan
bantuan cahaya matahari dan jaringan jaringan yang ada pada daun tersebut. Jaringan yang ada
pada daun antara laian, jaringan epidermis, jaringan pengangkut, dan jaringan klorenkim yang di
bagi menjadi dua yaitu bagian yang sel nya rapat susunannya rapi yang disebut sel palisade dan
yang kedua sel selnya tersusun tidak rapi dan susunannya renggang yang disebut dengan sel
bunga karang. Susunan epidemis daun bagian atas berbeda pada susunan epidermis daun bagian
bawah. Pada bagian bawah daun lebih banyak terdapat stomata. Namun daun pada tumbuhan air,
bagian stomata lebih banyak atau bahkan semuanya berada di bagian atas. Hal ini disebabkan
jika stomata pada tanaman air seperti teratai berada pada bagian bawahnya yang menyentuh air,
maka daun tersebut akan banyak menyerap air sehingga daun tersebut menjadi busuk.
Dalam percobaan yang kedua kami mengamati jaringan pada daun Zea Mays. Secara
struktur jaringan yang terdapat pada daun jagung ini tidak jauh berbeda dengan daun jeruk atau
Citrus Sp namun secara morologi daun dilkotil berbeda dengan daun monokotil menurut tulang
daunnya. Daun dilkotil biasanya daunnya menyirip sedangkan susunan tulang daun monokotil
biasanya sejajar
Pada percobaan yang ketiga, kami mengamati jaringan batang Zea Mays . fungsi utama
batang adalah menegakkan tubuh tumbuhan. Selain itu, batang juga berfungsi mengantarkan
mineral maupun hasil foto sintesis yang dihasilkan tumbuhan. Untuk mengantarkan air dan
nutrisi yang diperoleh dari hasil fotosintesis,. Pada beberapa tumbuhan, batang dapat berfungsi
sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Misalnya, batang pada tumbuhan sagu.
Makanan cadangan ini akan digunakan saat diperlukan. Batang dapat juga membantu proses
pernapasan dari tumbuhan, karena oksigen dapat masuk melalui lentisel. Lentisel adalah pori-
pori yang tampak kecil pada tumbuhan biasanya berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. lapisan
epidermis batang terbentuk oleh satu lapisan sel yang susunannya rapat dan tidak memiliki ruang
antarsel. Pada dinding sel sebelah luar terdapat lapisan kutikula yang berguna untuk melindungi
batang dari kekeringan. Pada jaringan tumbuhan yang telah tua, terdapat kambium gabus yang
menggantikan fungsi jaringan primer. Pada kambium gabus terdapat celah yang disebut lentisel,
sebagai tempat terjadinya aktivitas pertukaran gas. Lapisan korteks pada batang tersusun oleh
sel-sel parenkim yang keadaan dindingnya tipis. Sel-sel parenkim pada korteks batang tidak
beraturan sehingga mengakibatkan banyak ruang di antara sel-selnya. Selain sel parenkim,
korteks juga mengandung kolenkim dan sklerenkim. Kedua sel ini berfungsi untuk menyokong
dan memperkuat batang. Berkas pembuluh kolateral tertutup, yaitu floem terletak di sebelah luar
xilem, tetapi di antara xilem dan floem tidak terdapat lapisan kambium. Xilem dan floem
diselubungi oleh lapisan sklerenkim.
Pada percobaan ke empat, kami mengamati batang Curcubita Sp, seperti halnya fungsi batang
yang dijelaskan pada batang Zea Mays di atas, maka sama juga pada batang Curcubita Sp ini,
namun yang membedakannya adalah letak jaringannya.
Pada percobaan yang kelima dan ke enam kami mengamati jaringan akar dari Arachis
Hypogea dan Allium Cepa. Akar sebagai organ pada tumbuhan dibentuk dari beberapa jaringan
yang berbeda. Fungsi utama organ akar pada tumbuhan, yaitu sebagai alat absorbsi air, nutrisi
berbagai garam mineral yang terlarut di dalam tanah, dan pengokoh tumbuhan pada tempat
tumbuhnya. Pada tumbuhan tingkat tinggi, yaitu dikotil dan monokotil akarnya sudah merupakan
akar sejati. Akar memiliki struktur yang amat kuat, hal ini terbukti dengan kemampuannya untuk
menerobos beberapa lapisan tanah yang keras. Akar pada tumbuhan dikotil dapat menjalar
sangat jauh dari tempat tumbuhnya. Pada Kemampuan penjalaran akar ini memungkinkan
tumbuhan mengambil berbagai jenis unsur hara dari sekitar tempat tumbuhnya. Kemampuan
akar untuk menerobos lapisan tanah ini disebabkan karena akar memiliki lapisan pelindung yang
disebut kaliptra (tudung akar). Kaliptra dapat kita temukan pada akar-akar tumbuhan monokotil
maupun dikotil.
Bagian akar terbagi menjadi struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar akar terdiri
atas tudung akar, batang akar, percabangan akar (hanya pada dikotil), dan bulu-bulu akar.
Sementara itu, struktur bagian dalam akar (anatomi akar) terbentuk oleh jaringan epidermis,
korteks, endodermis, dan stele (silinder pusat). Bagian-bagian akar tersebut tersusun berurutan
dari luar ke dalam.
Jaringan epidermis akar merupakan lapisan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel.
Keadaan sel-sel yang menyusun epidermis akar sangat rapat, tetapi karena dinding sel
epidermisnya tipis, akar mudah ditembus oleh air. Air dan garam-garam mineral yang terlarut di
dalamnya masuk pertama kali melalui rambut-rambut akar, bagian di antara epidermis akar, atau
melalui dinding sel epidermis akar itu sendiri. Rambut akar merupakan hasil dari penonjolan
epidermis yang arahnya ke luar. Dengan adanya rambut-rambut akar ini maka permukaan
dinding sel akan semakin bertambah luas, sehingga proses penyerapan air akan lebih efisien.
Jaringan epidermis pada akar tumbuhan tidak mengandung kutikula.
Pada korteks ini terdapat jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Korteks
tersusun oleh sel-sel yang susunannya longgar, yang menghasilkan ruang di antara sel-selnya
disebut rongga antarsel. Rongga antarsel bermanfaat untuk proses pertukaran gas. Dinding-
dinding sel pembentuk korteks keadaannya tipis, hal ini memberikan kelancaran pada proses
pertukaran gas.
Pada arah radial dan transversal lapisan dinding sel endodermis terdapat penebalan yang
dihasilkan dari endapan zat yang disebut suberin. Zat suberin (gabus) memiliki sifat kedap air
(tidak dapat ditembus). Penebalan pada dinding sel jaringan endodermis tampak berupa titik-titik
yang disebut titik caspary. Deretan titik caspary selanjutnya membentuk pita caspary. Penebalan
oleh lapisan gabus menyebabkan dinding selnya sukar untuk dilalui air, sedangkan air harus
melalui lapisan endodermis agar mencapai silinder pusat. Oleh karena itu, air mengambil jalan
lain, yaitu melalui lapisan endodermis yang dindingnya tidak mengalami penebalan. Sel-sel
endodermis yang dinding selnya tidak mengalami penebalan ini disebut sel penerus. Dengan
adanya sel penerus, air dapat mencapai silinder pusat tanpa harus mengalami hambatan lain.
Dilihat dari letaknya, endodermis memiliki peranan untuk lewatnya air yang mengandung unsur
hara dari korteks menuju silinder pusat. Oleh karena itu, endodermis memiliki bentuk dan
susunan sel yang khas.
Silinder pusat terbentuk oleh berkas-berkas pengangkut dan beberapa jaringan lain.
Berkas pengangkut yang membentuk silinder pusat, yaitu xilem, floem, dan perisikel. Letak
xilem dan floem pada silinder pusat tumbuhan monokotil berselingan tersusun secara teratur
sehingga membentuk jari-jari atau radial (berbentuk lingkaran). Pada tumbuhan dikotil, xilemnya
terletak di pusat akar dan floemnya mengelilingi xilem. Oleh karena itulah, lapisan ini disebut
silinder pusat. Pada tumbuhan dikotil, di antara xilem dan floemnya terdapat lapisan kambium.
Fungsi lapisan kambium ke arah luar yaitu untuk membentuk bagian kulit, sedangkan ke arah
dalam untuk membentuk bagian kayu. Selain ke empat lapisan akar di atas, pada lapisan terluar
dari akar, yaitu di lapisan terluar silinder pusat, juga terdapat perisikel atau perikambium.
Perisikel ini merupakan jaringan khusus yang berfungsi untuk membentuk percabangan pada
akar.
KESIMPULAN
SARAN
1. Sebaiknya jika memfoto dari mikroskop menggunakan hae yang ber kamera dengan
resolusi tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., Bray, D., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., and Watson, J.D. 1989. Molecular
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga
Soesilo, dkk. 1986. Buku Materi Pokok BIOLOGI. Jakarta. Karunika Jakarta
Tim Biologi. 2014. Petunujuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : Universitas Jember