TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
1.2 Epidemiologi
1.3 Etiologi
1.4 Patofisiologi
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme yaitu: filtrasi partikel di hidung,
pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk,
pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar,
1
netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor
predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan imun, septicemia, malnutrisi, campak, pertusis,
penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan
klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier. 1,2,5,6
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing,
transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat
inhalasi atau aspirasi mikroorganisme dan sebagian kecil terjadi melalui aliran darah
(hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Pada
bronkopneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik,
asidosis metabolik dan gagal nafas. 1,2,3,6
Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
2
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1,2
1.6 Diagnosis
Anamnesis3
- Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran
nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak,
kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada.
Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering
menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau
kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.
Pemeriksaan fisis3
- Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 390 C, dispnea : inspiratory effort ditandai
dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan
dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal (sonor) atau
redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah
3
atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus nyaring di lapangan paru
yang terkena.
Pemeriksaan penunjang3
- Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis
bergeser ke kiri.
- Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2
dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.
- Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat
membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan
awal.
- Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh
lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya
sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma
yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya.
- Bronkiolitis
- Payah jantung
- Aspirasi benda asing
- Abses paru
1.7 Tatalaksana3
4
1. Ada kesukaran nafas, toksis
2. Sianosis
3. Umur kurang 6 bulan
4. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema
5. Diduga infeksi oleh Stafilokokus
6. Imunokompromais
7. Perawatan di rumah kurang baik
8. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral
b. Pemberian oksigenasi :
Dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada
tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.
c. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
d. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui selang
nasogastrik.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5
- Imunoglobulin
1.8 Komplikasi3
- Pleuritis
- Pneumotoraks
- Abses paru
- Gagal nafas
1.9 Pencegahan
Pencegahan Primer2
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian
bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :
a. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu kali (pada
usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (pada usia 2-11
bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B sebanyak 3 kali
(0-9 bulan).
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar
ruangan.
6
Pencegahan Sekunder2
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang telah
sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya
yang dilakukan antara lain :
a. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri antibiotik
benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif, nilai setiap hari.
b. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.
c. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.
Pencegahan Tersier2
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
a. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit.
b. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.
7
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Anak :1
No. MR : 79.93.48
Seorang pasien berusia 5/12 tahun masuk ke bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang,
pada tanggal 15 September 2012 dengan :
Keluhan Utama :
Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
- Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang,
sesak tidak berbunyi menciut,tidakdipengaruhi oleh aktivitas, tidak dipengaruhi cuaca
dan makanan, sesak bertambah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
- Demam 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, tinggi,
terus menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat dan tidak disertai kejang.
- Batuk 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, batuk
berdahak
8
- Muntah tidak ada
- Riwayat tersedak disangkal
- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada
- Riwayat kontak dengan unggas mati mendadak tidak ada
- Riwayat kebiruan tidak ada
- Buang air kecil 4 terakhir jam sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang, jumlah sedikit, warna lebih pekat
- Buang air besar konsistensi dan warna biasa
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol kehamilan teratur ke
bidan Puskesmas dan mendapat suntikan TT 2 x. Riwayat mengkonsumsi obat-
obatan/jamu-jamuan tidak ada. Riwayat mendapat terapi penyinaran tidak ada. Riwayat
kebiasaan merokok dan minuman keras tidak ada. Lama kehamilan cukup bulan.
Riwayat Kelahiran :
Lahir spontan, langsung menangis kuat, ditolong bidan, cukup bulan. Berat badan lahir
3500 gram dan panjang 48 cm.
Bayi :
- ASI : 0 – 2 bulan
- Susu formula : 2 bulan - sekarang
- Bubur susu : 2 bulan - sekarang
9
Riwayat imunisasi :
BCG : 1 bulan
DPT : 2 bulan
Polio : 2 bulan
Hepatitis B : 2 bulan,
Tengkurap : 5 bulan
Perkembangan mental :
10
Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
Kesadaran : composmentis
Suhu : 38.5º C
Tinggi badan : 67 cm
Gizi :
Pemeriksaan sistemik :
11
- Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB), kaku
kuduk tidak ada
Thorak :
Paru :
Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+ di kedua
Jantung
Abdomen
Palpasi : supel, hepar teraba ¼-¼ , konsistensi kenyal, permukaan rata, pinggir tajam
dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
12
Pemeriksaan laboratorium
Darah :
- Hb : 11,2 g/dl
- Leukosit : 16.500/mm³
- Trombosit : 263.000/mm³
- Hitung jenus : 0/0/3/49/46/2
Diagnosis kerja :
- Bronkopenumonia
- Dehidrasi sedang dengan intake sulit
- Gizi kurang
- Suspek hipoglikemia
Tatalaksana :
O2 1 liter/menit/nasal
Amoksisilin 3x200 mg IV
Gentamicin 2x14 mg IV
Paracetamol 80 mg
Rencana :
Pemeriksaan elektrolit
Rontgen thorax AP
13
Follow up tanggal 15 September 2012 Pukul 21.30
Ro Thorax
Tampak infiltrat di daerah perihilar dan paracardial kedua lapangan paru. Sinus dan
diagfragma baik
Hasil AGD
pH : 7,28
pCO : 17 mmHg
pO2 : 144mmHg
BE : -16,9mmol/l
SO2 : 99%
Ks : Asidosis metabolik
Na : 158 mmol/l
K : 5,6 mmol/l
GDR : 33 mg/dl
Ks/ Hipoglikemi
14
- batuk masih ada
O/
Tatalaksana :
2. AGD postbreathing
15
- demam tidak ada
- lendir banyak
O/
Tatalaksana :
1. O IL / Nasal
4. Amoxicillin 3x 150 mg
5. Gentamicin 2 x 14 mg
16
6. Parecetamol 60 mg (+) / 38,5
7. Dexametason 3 x 1 mg
O/
Kesan : dispneu
Tatalaksana :
1. O IL / Nasal
17
4. Amoxicillin 3x 150 mg
5. Gentamicin 2 x 14 mg
7. Dexametason 3 x 1 mg
O/
Kesan : perbaikan
Tatalaksana :
1. SF 8 x 75 cc / NGT
18
2. Amoxicillin 3 x 150 mg IV
3.Gentamicin 2 x 14 mg IV
5. Bromhexin 3 x 1,5 mg po
O/
Kesan : perbaikan
Tatalaksana :
1. SF 8 x 75 cc / NGT
19
2. Amoxicillin 3 x 150 mg IV
3.Gentamicin 2 x 14 mg IV
5. Bromhexin 3 x 1,5 mg po
pH : 7,30 (rendah)
pCO2 : 14 (rendah)
ca : null mmol / l
SO2c : 98 %
GDS : 18 mg/dl
20
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak perempuan berumur 5/12 tahun dengan
diagnosis kerja bronkopneumonia, dehidrasi karena intake kurang, gizi kurang dan suspek
Hipoglikemia. Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Data yang diperoleh yaitu Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang, sesak tidak berbunyi menciut,tidakdipengaruhi oleh aktivitas, tidak
dipengaruhi cuaca dan makanan, sesak bertambah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Demam 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, tinggi, terus
menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat dan tidak disertai kejang. Batuk 4 hari sebelum
masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, batuk berdahak. Buang air kecil 4 terakhir
jam sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, jumlah sedikit, warna lebih
pekat
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa anak tampak sakit berat, composmentis,
tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 132 kali / menit, frekuensi nafas 32 kali/menit,
suhu 38,5º C, berat badan 6,1 kg, tinggi badan 67 cm. Dari pemeriksaan gizi anak didapatkan
BB/TB 80.26%.
Gejala yang ditemukan pada pasien ini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas
adalah adanya demam, batuk, sesak nafas, dan retraksi epigastrium merupakan gejala dari
bronkopneumonia.
Penilaian status gizi berdasarkan persentase BB/TB pada pasien ini masih termasuk
gizi kurang, dalam range 70-90%..
21
DAFTAR PUSTAKA
22