Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. sementara


bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli
terminalis dan juga mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan..1,2,3,4

1.2 Epidemiologi

Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak balita.


Didunia dari 13 juta kematian balita kira kira 4 juta disebabkan karena pneumonia, angka ini
berkisar 65% pada bayi dab 20-30% pada bayi kurang dari 2 bulanˡ. Di Indonesia kematian
akibat pneumoni diperkirakan 6 dari 1000 balita atau 150.000 balita pertahun. 2

1.3 Etiologi

Pneumonia sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian


kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi).1 Bakteri seperti Diplococus pneumonia,
Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), dan Mycobacterium tuberculosis. Virus seperti Respiratory
syntical virus, Virus influenza, dan Virus sitomegalik. Jamur seperti Citoplasma capsulatum,
Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides immitis, Aspergillus sp, Candinda
albicans, dan Mycoplasma pneumonia.2,3,5. Meskipun hampir semua organisme dapat
menyebabkan bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Proteus sp dan Pseudomonas aeruginosa.2,5

1.4 Patofisiologi

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme yaitu: filtrasi partikel di hidung,
pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk,
pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar,

1
netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor
predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan imun, septicemia, malnutrisi, campak, pertusis,
penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan
klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier. 1,2,5,6

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing,
transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat
inhalasi atau aspirasi mikroorganisme dan sebagian kecil terjadi melalui aliran darah
(hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Pada
bronkopneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik,
asidosis metabolik dan gagal nafas. 1,2,3,6

a. Stadium I/Hiperemia (4 – 12 jam pertama/kongesti)


Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun
dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini
dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin. 1,2

b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

2
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1,2

c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)


Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di
seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit
di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. 1,2
d. Stadium IV/Resolusi (7 – 11 hari)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-
sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
ke strukturnya semula. 1,2

1.5 Manifestasi Klinik

1.6 Diagnosis

Anamnesis3

- Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran
nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak,
kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada.
Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering
menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau
kembung sehingga sulit dibedakan dengan meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan fisis3

- Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 390 C, dispnea : inspiratory effort ditandai
dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan
dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal (sonor) atau
redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah

3
atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus nyaring di lapangan paru
yang terkena.

Pemeriksaan penunjang3

- Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis
bergeser ke kiri.
- Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2
dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.
- Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat
membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan
awal.
- Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh
lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya
sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma
yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya.

Gambaran lain yang dapat dijumpai :

- Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris


- Penebalan pleura pada pleuritis
- Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel

1.6 Diagnosis Banding3

- Bronkiolitis
- Payah jantung
- Aspirasi benda asing
- Abses paru

1.7 Tatalaksana3

a. Indikasi masuk rumah sakit :

4
1. Ada kesukaran nafas, toksis
2. Sianosis
3. Umur kurang 6 bulan
4. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema
5. Diduga infeksi oleh Stafilokokus
6. Imunokompromais
7. Perawatan di rumah kurang baik
8. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral

b. Pemberian oksigenasi :

Dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada
tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

c. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

d. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui selang
nasogastrik.

e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

f. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.

Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan


neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi
HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan
dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.

Dapat dipertimbangkan juga pemberian :

- Kotrimoksazol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii

- Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV

- Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena


jamur

5
- Imunoglobulin

1.8 Komplikasi3

- Efusi pleura/ empiema

- Pleuritis

- Pneumotoraks

- Abses paru

- Gagal nafas

1.9 Pencegahan

Pencegahan Primer2
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian
bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :
a. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu kali (pada
usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (pada usia 2-11
bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B sebanyak 3 kali
(0-9 bulan).

b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.

c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar
ruangan.

d. Mengurangi kepadatan hunian rumah

6
Pencegahan Sekunder2
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang telah
sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya
yang dilakukan antara lain :
a. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri antibiotik
benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif, nilai setiap hari.
b. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.
c. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.

Pencegahan Tersier2
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
a. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit.

b. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.

c. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.

d. Tingkatkan pemberian ASI.

e. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman

f. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti: bernapas menjadi sulit, pernapasan


menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika terdapat tanda-
tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan

7
BAB II

ILUSTRASI KASUS

Nama : Aninda Khairunnisa

Anak :1

Umur : 5/12 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Ayah/Ibu : Agusman/ Mariskah Hedeana

Suku bangsa : Minang

Alamat : Air Haji, Pesisir Selatan

No. MR : 79.93.48

Tanggal Masuk : 15 September 2012

Alloanamnesis : Diberikan oleh ibu kandung pasien

Seorang pasien berusia 5/12 tahun masuk ke bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang,
pada tanggal 15 September 2012 dengan :

Keluhan Utama :

Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang,
sesak tidak berbunyi menciut,tidakdipengaruhi oleh aktivitas, tidak dipengaruhi cuaca
dan makanan, sesak bertambah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
- Demam 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, tinggi,
terus menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat dan tidak disertai kejang.
- Batuk 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, batuk
berdahak

8
- Muntah tidak ada
- Riwayat tersedak disangkal
- Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada
- Riwayat kontak dengan unggas mati mendadak tidak ada
- Riwayat kebiruan tidak ada
- Buang air kecil 4 terakhir jam sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang, jumlah sedikit, warna lebih pekat
- Buang air besar konsistensi dan warna biasa

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Anak tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

Riwayat kehamilan ibu :

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol kehamilan teratur ke
bidan Puskesmas dan mendapat suntikan TT 2 x. Riwayat mengkonsumsi obat-
obatan/jamu-jamuan tidak ada. Riwayat mendapat terapi penyinaran tidak ada. Riwayat
kebiasaan merokok dan minuman keras tidak ada. Lama kehamilan cukup bulan.

Riwayat Kelahiran :

Lahir spontan, langsung menangis kuat, ditolong bidan, cukup bulan. Berat badan lahir
3500 gram dan panjang 48 cm.

Riwayat Makanan dan Minuman :

Bayi :

- ASI : 0 – 2 bulan
- Susu formula : 2 bulan - sekarang
- Bubur susu : 2 bulan - sekarang

Kualitas cukup dan kuantitas cukup

9
Riwayat imunisasi :

BCG : 1 bulan

DPT : 2 bulan

Polio : 2 bulan

Hepatitis B : 2 bulan,

Kesan : imunisasi dasar belum lengkap sesuai umur

Riwayat perkembangan fisik dan mental :

Pasien bisa ketawa : 2 bulan

Tengkurap : 5 bulan

Perkembangan mental :

- Isap jempol tidak ada


- Gigit kuku tidak ada
- Hiperaktif tidak ada
- Ketakutan tidak ada
- Apatis tidak ada

Kesan : perkembangan fisik dan mental normal

Riwayat keadaan rumah dan lingkungan :

Rumah tempat tinggal : rumah permanen

Sumber air minum : air sumur

Buang air besar : jamban di dalam rumah

Pekarangan : cukup luas

Buang sampah : dibakar

Kesan : higiene dan sanitasi lingkungan cukup baik

10
Pemeriksaan fisik

Tanda vital :

Keadaan umum : sakit berat

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Frekuensi nadi : 132 kali / menit

Frekuensi nafas : 32 kali/menit

Suhu : 38.5º C

Berat badan : 6,1 kg

Tinggi badan : 67 cm

Gizi :

- Berat badan : BB/U : 92.42 %


- Tinggi Badan :TB/U : 104,68 %
- Berat Badan / Tinggi Badan : BB/TB : 80.26 %

Kesan : gizi kurang

Pemeriksaan sistemik :

- Kulit : teraba hangat


- Kelenjar Getah Bening : tidak ditemukan pembesaran
- Kepala : bentuk simetris, rambut hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : cekung, air mata ada, pupil ishokor, Ø 2mm, refleks cahaya +/+
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Telinga : tidak ditemukan kelainan
- Hidung : nafas cuping hidung ada
- Tenggorok : T1-T1 tidak hiperemis, detritus tidak ada, faring tidak hiperemis
- Mulut : mukosa mulut dan bibir basah
- Lidah : tidak ditemukan kelainan

11
- Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB), kaku
kuduk tidak ada

Thorak :

Paru :

Inspeksi : normochest, simetris saat statis dan dinamis, retraksi epigastrium,intercostal


dan suprasternal

Palpasi : fremitus sama pada kedua lapangan paru

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+ di kedua

lapangan paru, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba di LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung sukar dinilai

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : distensi tidak ada , tidak membuncit

Palpasi : supel, hepar teraba ¼-¼ , konsistensi kenyal, permukaan rata, pinggir tajam
dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung : tidak ditemukan kelainan

Alat kelamin : tidak ditemukan kelainan, status pubertas A1M1P1

Ekstremitas : akral hangat,refilling kapiler baik,refleks fisiologis +/+,Refleks patologis -/-

12
Pemeriksaan laboratorium

Darah :

- Hb : 11,2 g/dl
- Leukosit : 16.500/mm³
- Trombosit : 263.000/mm³
- Hitung jenus : 0/0/3/49/46/2

Diagnosis kerja :

- Bronkopenumonia
- Dehidrasi sedang dengan intake sulit
- Gizi kurang
- Suspek hipoglikemia

Tatalaksana :

O2 1 liter/menit/nasal

IVFD KaEN 1B 10 tetes/menit

Amoksisilin 3x200 mg IV

Gentamicin 2x14 mg IV

Paracetamol 80 mg

Rencana :

Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Pemeriksaan elektrolit

Pemeriksaan kultur darah

Rontgen thorax AP

13
Follow up tanggal 15 September 2012 Pukul 21.30

Ro Thorax

Tampak infiltrat di daerah perihilar dan paracardial kedua lapangan paru. Sinus dan
diagfragma baik

Ks/ sesuai gambaran pneumonia

Hasil AGD

pH : 7,28

pCO : 17 mmHg

pO2 : 144mmHg

HCO :6,9 mmol/l

BE : -16,9mmol/l

SO2 : 99%

Ks : Asidosis metabolik

Belum perlu koreksi

Na : 158 mmol/l

K : 5,6 mmol/l

Ks/ Hiperkalemia ec asidosis

GDR : 33 mg/dl

Ks/ Hipoglikemi

Follow up tanggal 16 September 2012 pagi

S/ - Sesak nafas masih ada

- demam tidak ada

- kebiruan tidak ada

14
- batuk masih ada

- muntah tidak ada

- kejang tidak ada

- buang air kecil ada ± 100 cc

O/

- Keadaan Umum : sakit berat


- Nadi : 132 kali / menit
- Nafas : 52 kali / menit
- Suhu : 37,2 ̊ C
- Kulit : teraba hangat, turgor kembali lambat
- Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Kepala : ubun-ubun besar cekung
- Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
- Dada : retraksi epigastrium, interkostal dan suprasternal
Pulmo : bronkovesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus positif normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : rehidrasi belum tercapai

Perbaikan klinis minimal (sesak berkurang)

Tatalaksana :

1. cek gula darah ulang

2. AGD postbreathing

3. elektrolit (Na, K)/6 jam

Follow up tanggal 17 September 2012 siang (12.30)

S/ - Sesak nafas masih ada

15
- demam tidak ada

- lendir banyak

- batuk masih ada

- muntah tidak ada

- kejang tidak ada

- buang air kecil ada

- buang air besar ada

O/

- Keadaan Umum : sakit berat


- Nadi : 120 kali / menit
- Nafas : 40 kali / menit
- Suhu : 36,6 ̊ C
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Dada : retraksi minimal epigastrium
Pulmo : bronkovesikuler, ronkhi tidak jelas, wheezing -/-, lendir +/+
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus positif normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : perbaikan klinis

Tatalaksana :

1. O IL / Nasal

2. intravena KaEN 1B 6 tetes / makro

3.SF 8x30 cc / NGT

4. Amoxicillin 3x 150 mg

5. Gentamicin 2 x 14 mg

16
6. Parecetamol 60 mg (+) / 38,5

7. Dexametason 3 x 1 mg

Follow up tanggal 18 September 2012 pagi (06.30)

S/ - Sesak nafas masih ada

- demam tidak ada

- batuk masih ada

- muntah tidak ada

- kejang tidak ada

- buang air kecil dan buang air besar ada

O/

- Keadaan Umum : sakit berat


- Nadi : 120 kali / menit
- Nafas : 40 kali / menit
- Suhu : 36,6 ̊ C
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Dada : retraksi epigastrium,
Pulmo : bronkovesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus positif normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : dispneu

Tatalaksana :

1. O IL / Nasal

2. intravena KaEN 1B 6 tetes / makro

3.SF 8x30 cc / NGT

17
4. Amoxicillin 3x 150 mg

5. Gentamicin 2 x 14 mg

6. Parecetamol 60 mg (+) / 38,5

7. Dexametason 3 x 1 mg

Follow up tanggal 19 September 2012 pagi

S/ - Sesak nafas tidak ada

- demam tidak ada

- batuk masih ada dan berdahak

- muntah tidak ada

- kejang tidak ada

- buang air kecil jumlah cukup

O/

- Keadaan Umum : sakit sedang


- Nadi : 100 kali / menit
- Nafas : 30 kali / menit
- Suhu : 36,8 ̊ C
- Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Dada : retraksi tidak ada
Pulmo : bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, lendir +/+
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus positif normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : perbaikan

Tatalaksana :

1. SF 8 x 75 cc / NGT

18
2. Amoxicillin 3 x 150 mg IV

3.Gentamicin 2 x 14 mg IV

4. Parecetamol 60 mg (+) / 38,5

5. Bromhexin 3 x 1,5 mg po

Follow up tanggal 20 September 2012 pagi

S/ - Sesak nafas tidak ada

- demam tidak ada

- batuk ada dan berdahak

- muntah tidak ada

- kejang tidak ada

- buang air kecil dan besar jumlah cukup

O/

- Keadaan Umum : sakit sedang


- Nadi : 102 kali / menit
- Nafas : 34 kali / menit
- Suhu : 36,7 ̊ C
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Dada : retraksi tidak ada
Pulmo : bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, lendir +/+
Jantung : irama teratur, bising tidak ada
- Abdomen : distensi tidak ada, bising usus positif normal
- Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : perbaikan

Tatalaksana :

1. SF 8 x 75 cc / NGT

19
2. Amoxicillin 3 x 150 mg IV

3.Gentamicin 2 x 14 mg IV

4. Parecetamol 60 mg (+) / 38,5

5. Bromhexin 3 x 1,5 mg po

Hasil pemeriksaan kimia klinik (15 September 2012)

pH : 7,30 (rendah)

pCO2 : 14 (rendah)

pO2 : 134 mmhg (tinggi)

na : 158 mmol / l (tinggi)

k : 5,6 mmol/l (tinggi)

ca : null mmol / l

hco3- : 6,9 mmol / l

Beecf : -19.5 mmol/l

BE(B) -16,9 mmol / l

SO2c : 98 %

GDS : 18 mg/dl

20
BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien anak perempuan berumur 5/12 tahun dengan
diagnosis kerja bronkopneumonia, dehidrasi karena intake kurang, gizi kurang dan suspek
Hipoglikemia. Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Data yang diperoleh yaitu Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang, sesak tidak berbunyi menciut,tidakdipengaruhi oleh aktivitas, tidak
dipengaruhi cuaca dan makanan, sesak bertambah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Demam 4 hari sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, tinggi, terus
menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat dan tidak disertai kejang. Batuk 4 hari sebelum
masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, batuk berdahak. Buang air kecil 4 terakhir
jam sebelum masuk bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, jumlah sedikit, warna lebih
pekat

Dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa anak tampak sakit berat, composmentis,
tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 132 kali / menit, frekuensi nafas 32 kali/menit,
suhu 38,5º C, berat badan 6,1 kg, tinggi badan 67 cm. Dari pemeriksaan gizi anak didapatkan
BB/TB 80.26%.

Gejala yang ditemukan pada pasien ini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas
adalah adanya demam, batuk, sesak nafas, dan retraksi epigastrium merupakan gejala dari
bronkopneumonia.

Penilaian status gizi berdasarkan persentase BB/TB pada pasien ini masih termasuk
gizi kurang, dalam range 70-90%..

Dari hasil pemeriksaan labor darah, didapatkan kesan leukositosis.

Pengobatan yang dilakukan adalah O2 1liter/menit/nasal, IVFD KaEN 1B 10


tetes/menit, Amoksisilin 3x200 mg IV, Gentamicin 2x14 mg IV,Paracetamol 80 mg.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliegman & Arvin,Nelson.Ilmu Kesehatan Anak Nelson,Edisi 15,Volume


2. Jakarta :EGC.2008
2. Rahajoe, Nastiti, dkk. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2010
3. Alsgaff,Hood & Mukhty, Abdul.Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru,Cet.5.Surabaya :
Airlangga University Press.2008
4. Djojodibroto,Darmanto R.Respirologi.Jakarta : EGC : 2009
5. Putri, ES. 2010. Bronkopneumonia. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/20330/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 19 September 2012
6. Setiawati, Landia, dkk. 2006.pneumonia. diakses dari http://www.pediatrik.com
/isi03.php?page=html&hkategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=0711
0-lvzc283.htm pada tanggal 19 September 2012

22

Anda mungkin juga menyukai