Veren Jessica
110110160230
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN
13 Maret 2017
Peraturan Perundang – Undangan di Indonesia
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Sehubungan dengan
definisi Perundang-undangan, Bagir Manan memberikan gambaran umum tentang
pengertian Perundang-undangan sebagai berikut:
1. Peraturan Perundang-undangan merupakan keputusan tertulis yang dikeluarkan Pejabat
atau lingkungan jabatan yang berwenang, berisi aturan tingkah laku yang bersifat
mengikat umum.
2. Merupakan aturan-aturan tingkah laku yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai hak,
kewajiban, fungsi, status, atau suatu tatanan.
3. Merupakan peraturan yang mempunyai ciri-ciri umum-abstrak atau abstrak-umum,
artinya tidak mengatur atau tidak ditujukan pada objek, peristiwa atau gejala konkret
tertentu.
Penjelasan:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar (konstitusi) yang
tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi dalam tata urutan Peraturan
Perundang-undangan nasional.
2. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR, yang
terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik
ke dalam atau keluar majelis, Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke
dalam majelis saja.
3. Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan
yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan
berikut; DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan; Bila
disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi Undang-Undang; Bila ditolak oleh
DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
5. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
6. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
7. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
8. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
Gubernur.
9. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan
persetujuan Bupati/Walikota.
Peraturan Daerah tersebut menurut H. Abdul Latief, meliputi:
1. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
bersama dengan Kepala Daerah (Gubernur);
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;
3. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan Desa atau
nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya.
Materi Muatan Peraturan Perundang – Undangan diatur dalam UU NO.12 thn 2011 pasal
10 sampai dengan pasal 14, yakni:
Pasal 10 = Materi Muatan UU
(1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang- Undang berisi:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu; d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah
Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.
Materi muatan Undang-Undang Dasar (UUD) lebih abstrak daripada materi muatan
Undang-Undang. Dikarenakan sifat keuniversalannya atau sifat keumumannya (norma
yang umum dan perlu penjabaran oleh peraturan di bawahnya). Kadangkala, sifat tersebut
juga mengandung suatu asas atau mempunyai norma asasi. Asasi atautidak asasinya suatu
norma, orang yang menyatakan itu dalam kesimpulan tesisatau pendapatnya.
Apa yang dimaksudkan dengan asas-asas yang berlaku dalam materi muatan peraturan
perundang-undangan tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) sebagai
berikut:
1. Asas pengayoman; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman
masyarakat.
2. Asas kemanusian; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
3. Asas kebangsaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik
(kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.
4. Asas kekeluargaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
5. Asas kenusantaraan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi
muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
6. Asas bhinneka tunggal ika; Bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi
khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
7. Asas keadilan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
8. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; Bahwa setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat
membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain:
1. Agama,
2. Suku,
3. Ras,
4. Golongan,
5. Gender,
6. Atau status sosial.
7. Asas ketertiban dan kepastian hukum; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan adanya kepastian hukum.
8. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
Daftar Pustaka
Djokosoetono. 2006. Ilmu Negara, Catatan Kuliah yang dihimpun oleh Harun Alrasid.
Lubis, Solly. 1989. Landasan dan Teknik Perundang-undangan. Bandung: Penerbit Mandar
Maju.