Kep - Ana Hivaids
Kep - Ana Hivaids
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak.
Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca
dalam mempelajari materi yang kami sampaikan.
Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns
selaku dosen Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat
diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan
masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin
lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada
anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat
4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di
Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV
terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih
dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun
juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia
dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara
terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang
pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.
(WHO 1999)
B. TUJUAN
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
2. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,
dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah
lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 )
3. AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
B. ETIOLOGI
( DEPKES 1997 )
C. PATOFISIOLOGI
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus
memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga
menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau
parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain
menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering
terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang
sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi
lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar
antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak
kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium
:
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika
antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV
kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window
period )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent
generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder
CARA PENULARAN
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air
mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada
dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro
pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar keseluruh tubuh
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau
mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit
HIV.
(CORWIN 2001)
D. Manifestasi Klinis
Gejala mayor :
Gejala minor
( DEPKES 1997
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini
juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika
anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal
sekitar usia 9 –17 tahun.
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV
/ AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat
dimungkinkan :
Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
Adanya penularan pada proses melahirkan
Terjadinya kontak darah dan bayi.
Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Mata
Retinitis sitomegalovirus
Khoroiditis toksoplasma
Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
Peridontitis
Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru
dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )
3. Pemeriksaan Telinga
Adanya nyeri
Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
Sesak nafas
Tachipnea
Hipoksia
Nyeri dada
Gagal nafas
Anoreksia
Kesulitan menelan
Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
Faringitis
Kandidiasis esofagus
Kandidiasis mulut
Hepatomegali
Pembesaran limfa
Haemorargie
Herpes zoster
Skabies
Annuria
Proteinuria
Limfadenopati
Somnolen
Sukar berkonsentrasi
Perubahan perilaku
Nyeri otot
Kejang-kejang
Encelopati
Gangguan psikomotor
Penururnan kesadaran
Delirium
Meningitis
Keterlambatan perkembangan
Nyeri persendian
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan
polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan
pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS
antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
1. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya
penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o Tujuan :
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi,
penyakit kronis lain
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator
terjadinya infeksi
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya
neutropenia
5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara
umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai
penularan
6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah memasuki ruangan pasien
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri
o Tujuan :
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari
2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi
oportunitis saluran pencernaan ( diare )
o Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o Kriteria hasil :
4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang
berulang dengan feces yang bersifat asam )
o Tujuan :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak
dari jamur dan infeksi herpes
o Tujuan :
o Kriteria hasil
o Tujuan :
o Kriteria hasil :
c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan
dukungan sosial
1. Konseling keluarga
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan
mengidentifikasi dukungan sosial
7. Kurang pengetahuan
o Tujuan :
o Kriteria hasil :
a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit
dan kebutuhan home care
b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat
c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan
mengetahui bagaimana HIV menular
1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care
KASUS:
Hari kamis TGL 12 September 2009 sekitar jam 10.30 WIB ibu Diah membawa anaknya
yang bernama Gunawan ke RS dengan alasan keadaan anaknya semakin hari tamabah, parah
berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus,
diare,mual, muntah, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh. Dari data
pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS. Data ini didukung dari
tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh,
A. PENGKAJIAN
ANALISA KASUS
kulitnya merah-merah
lesi kulit
kurus
mual
muntah
DO:
anoreksia
3 DS: terjadi infeksi pada Kurangnya volume cairan tubuh
gastrointestinal bisa
DO:
feses cair
4 DS: system imun tubuh Gangguan integritas kulit
melemah menyebabkan
kulitnya merah-merah tubuh tidak mampu untuk
beradaptasi
luka yang tidak
sembuh-sembuh
DO:
lesi kulit
Bermanfaat dalam
memperbaiki
kebutuhan cairan
Mengurangi insiden
muntah, menurunkan
jumlah keenceran
feces dan membantu
mengurangi demam.
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4 Gangguan integritas Tujuan : Integritas Kaji tiap hari, catat Menentukan garis
kulit berhubungan kulit kembali normal warna, turgor, dasar perubahan dan
dengan defisit sirkulasi dan melakukan
imunologis, resti : Kriteria Hasil : sensori intervensi yang tepat
penurunan tingkat
aktivitas, perubahan Tidak ada lagi lesi Pertahankan higiene Mempertahankan
Menurunkan istemia
jaringan
Digunakan pada
perawatan lesi kulit
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang
dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS
sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS
menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang
setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat
satu jenis agen infeksius.
Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara
universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-
transmision ( MTCT )). Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO
dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :
3. Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan
memberikan dukungan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
SitemImundanHematologi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
Achsan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari
setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi
dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879
AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi
negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.
B. Tujuan penulisan
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet pada klien AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999)
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain yang sudah terinfeksi.
atau tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin disebabkan oleh satu penyakit
atau mungkin juga tidak yang sebelum penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi
AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J 2010).
2. Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus.
(DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus
hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa
protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein
Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan
duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2,
yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
Cairan tubuh yang paling banyak mengandung HIV adalam semen (air mani) dan
cairan vagina/serviks serta darah, cairan mani yang keluar melalui penis pada laki-laki
dan vagina pada perempuan sebagai perantara yang paling tinggi menularkan penyakit
HIV karena bagian penis dan vagina memiliki struktur lapisan epitel skuamukosa tipis
yang mudah ditembusi oleh kuman HIV sampai ke dalam jaringan ikat yang kaya
pembuluh darah dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur yang
b. Transhorisontal atau jalur pemindahan darah atau produk darah seperti : transfusi
darah, melalui alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur dan
c. Transvertikal atau jalur transplasental : janin dalam kandungan ibu hamil denga HIV
positif akan tertular (Infeksi transplasental) dan infeksi perinatal melalui ASI atau virus
HIV dapat ditemukan dalam air liur, air mata tetapi penularan melalui bahan ini belum
terbukti kebenarannya karena jumlah HIV-nya sangat sedikit. HIV juga tidak menular
lewat jabat tangan, bercium pipi, bersin/batuk dekat penderita AIDS, berenag bersama
dalam satu kolam renang, hidup serumah dengan pengidap HIV tanpa hubungan
seksual, hewan seperti nyamuk, kutuk busuk dan serangga lainnya belum terbukti
4. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV
akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel
serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel
yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui
3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit
CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi
HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan
infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar
yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan
penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar
limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit
CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita,
tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik
pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20
bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
5. ManifestasiKlinis
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa
gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien
akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
oral.Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
Perjalanan infeksi HIV, jumlah limfosit T-CD4, jumlah virus dan gejala klinis melalui 3
fase.
Setelah HIV menginfeksi sel target, terjadi proses replikasi yang menghasilkan virus-
virus baru (virion) jumlah berjuta-juta virion. Begitu banyaknya virion tersebut memicu
munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom semacam flu.
Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami
sindrom infeksi akut (ARS) selama 3 sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus dengan
gejala umum yaitu demam, faringitis, limfadenopati, mialgia, malaise, nyeri kepala diare
dengan penurunan berat badan. HIV juga sering menimbulkan kelainan pada sistem
saraf. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T (CD4) yang dramatis yang kemudian
terjadi kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respon imun. Jumlah limfosit T-CD4 pada
fase ini di atas 500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 8
Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam Sel
Dendritik Folikuler (SDF) dipusat perminativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat
dikendalikan, gejala hilang dan mulai memasuki fase laten (tersembunyi). Pada fase ini
jarang ditemukan virion di plasma sehingga jumlah virion di plasma menurun karena
sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replikasi di kelenjar limfe
sehingga penurunan limfosit T terus terjadi walaupun virion di plasma jumlahnya sedikit.
Pada fase ini jumlah limfosit T-CD4 menurun hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm 3.
Meskipun telah terjadi sero positif individu umumnya belum menunjukan gejala klinis
(asintomatis) fase ini berlangsung sekitar rata-rata 8-10 tahun (dapat juga 5-10 tahun).
Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus
yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar
limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan virus dicurahkan
kedalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan
didalam sirkulasi sitemik respon imun tidak mampu meredam jumlah virion yang
berkebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin
banyak. Terjadi penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun menurun dan
pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan
penyakit semakin progesif yang mendorong ke arah AIDS, infeksi sekunder yang sering
menyertai adalah penomonia, TBC, sepsi, diare, infeksi virus herpes, infeksi jamur
kadang-kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah
7. Komplikasi
lain :
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
8. Pencegahan
Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum ada
pencegahannya.
B = Befaithful (Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari berganti- ganti
pasangan)
C = use Condom (Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu menahan seks)
VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak
terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV,
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi serta mencegah
2) Mamastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau terlihat seperti
beresiko.
1) Cuci tangan
2) Alat pelindung
3) Pemakaian antiseptik
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah
a. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan
bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
jumlah CD4.Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x
10. PenatalaksanaanMedis
a. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Obat-obat ini
adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
5) Diet
Diet Penyakit HIV/AIDS adalah memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit
infeksi HIV, mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass), Memenuhi kebutuhan energy
dan semua zat gizi, mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga
dan relaksasi.
berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot), memberikan kebebasan pasien
untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis
a) Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas
fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap
kenaikan Suhu 1°C. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada
b) Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan
ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak
c) Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di
anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan
Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis
e) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi
menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi
yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental
f) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium
dan klorida).
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien
dengan:
b) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet
a) Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau
segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil
setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau
dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat
dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi.
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
b) Diet AIDS IIdiberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah
nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zatgizinya,
dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa diberikandalam
porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila
kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat
makanan utama.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat.
b. Sirkulasi.
c. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
d. Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, absesrektal.
e. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.
g. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang
h. Pernafasan.
adalah
ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyutnadi,kejang otot, ataksia, lemah otot
dan gelisah.
meringis.
obat-obatan.
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk
makan
pemasukan makanan.
albumin. pengganti.
mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara
pribadi.
Kaji turgor kulit, membrane mukosa Indicator tidak langsung dari status
d. Diagnosa keperawatan: resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami
sesak nafas.
produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau
Kaji pola tidur dan catat perunahan Berbagai factor dapat meningkatkan
obat-obatan
rasa frustasi.
penyakit.
Rujuk pada terapi fisik atau okupasi Latihan setiap hari terprogram dan
mempertahankan atau
otot
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse darah,
penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS), transmisi dari
.B. Saran
adalah :
Heri.”AsuhanKeperawatan HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.
,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Achsan .A
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (2)
o ▼ Januari (2)
Makalah Asuhan Keperawatan Gingivitis
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.