Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

“MAKAN SIRIH” (NGINANG ATAU MAMAT)

Artikel Ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Prof. AK. Prodjosantoso, M.Sc, Ph.D

Oleh

DAUD DAKABESI
17728251022
PENDIDIKAN KIMIA A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
SIRIH PINANG (MAMAT ATAU NGINANG)

Seperti tanaman psikoaktif kuno lainnya, sirih pinang telah digunakan oleh manusia
sejak era pra-Kristen. Catatan paling awal adalah di Maharamsa, dokumen Ceylon dari 504
SM di mana ada sebuah kisah tentang seorang putri mendapatkan obat herbal dari perawatnya
berupa sirih pinang yang berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit. Di India di era Kristen
awal, penggunaan sirih pinang sering disebut dalam literatur medis Sansekerta dan kemudian
juga di Hindu dan tulisan Buddha. Selanjutnya, kebiasaan makan sirih pinang menyebar ke
Tibet selatan dan Cina selatan sebagai akibat dari perluasan praktik Buddhis. Sirih digunakan
di periode-periode awal baik medis dan psikosomatik, misalnya sebagai penyegaran napas,
agen pencernaan, cacing expellent, afrodisiak dan untuk menjaga stamina. Di Cina,
penggunaan sirih pertama kali didokumentasikan pada dinasti Wei-Chien di 421 AD, dan
makan sirih sangat dihargai. Selama abad pertengahan, sirih secara luas digunakan oleh
dokter Arab, dan Ibnu Sina dalam abad ke-10 yang sering digunakan untuk tujuan medis.
Namun, penggunaan populer tidak dipromosikan karena larangan Islam terhadap alkohol dan
stimulan sentral lainnya. Penggunaan sirih di Eropa adalah nyata terbatas. Sirih merupakan
bahan dalam pasta gigi untuk jangka waktu singkat di abad ke-19 Inggris (Chu, 2000).
Sirih diperkenalkan ke Taiwan sekitar 300 tahun yang lalu dari Malaysia oleh
Belanda, dan menjadi populer di kalangan pribumi. Selama masa penjajahan Jepang,
penggunaan sirih sangat dilarang. Hal ini dikarenakan tidak ada penegakan hukum yang lebih
dari hukum ini oleh pemerintah nasionalis, sirih kemudian secara bertahap kembali
popularitas dalam 50 tahun terakhir. Di negara Indonesia budaya mengonsumsi sirih pinang
hampir di setiap wilayah pasti ada. Budaya menginang tersebut sudah ada sejak dahulu kala.
Wilayah negara Indonesia yang terkenal dengan aneka suku dan beragam budaya tidak bisa
dipungkiri lagi mengenai masalah yang satu ini. Apalagi di daerah-daerah pelosok yang
merupakan daerah yang terbilang adat istiadat dan budayanya masih sangat kental.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang
memiliki anekaragam suku adat dan budayanya. Kabupaten kupang merupakan salah satu
kabupaten di NTT yang memiliki beragam kebudayaan salah satunya adalah kebiasaan
menginang atau nama lasimnya adalah sirih pinang yang dalam bahasa setempat disebut
mamat. Tradisi mamat (makan sirih pinang) bagi orang kupang, Nusa Tenggra Timur (NTT)
adalah sebuah warisan budaya sejak zaman nenek moyang. Tidak aneh, bila bertamu ke
rumah orang kupang, pasti disuguhkan sirih pinang yang tertata rapi di Oko Mama (tempat
sirih pinang). Selain disuguhkan saat menyambut tamu, aktivitas sirih pinang bisa ditemui di
acara-acara resmi, baik acara suka cita dan duka cita. Tradisi sirih pinang, kapur dan
tembakau (Manus, Pua'ah, Ao'oh, Sbot) biasanya disuguhkan dalam Oko Mama.
Tradisi ini merupakan sebuah penghargaan tuan rumah atau tuan acara kepada setiap
orang yang datang. Tradisi makan sirih pinang juga sering terjadi pada saat warga bertemu di
jalan. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan atau minum. Tradisi makan
sirih pinang tidak membatasi umur warga yang mengkonsumsi sehingga ada orang tua yang
sudah membiasakan anaknya untuk makan sirih pinang sejak kecil. Dalam perkembangan
pertumbuhaan anak, tradisi makan sirih pinang tetap dipegang. Makan sirih pinang atau
mamat biasanya yang dimakan adalah pinang (muda dan tua), sirih (daun atau buah) dan
kapur.
Untuk lebih mengenal akan komposisi saat mamat atau menginang seperti sirih,
pinang dan kapur yang dikonsumsi oleh masyarakat kupang atau masyarakat Indonesia secara
umum, maka berikut ini akan disajikan penjelasan mengenai sirih, pinang dan kapur baik dari
asal usulnya, taksonomi, kandungan kimia yang terkandung di dalamnya serta manfaat dari
mengkonsumsi sirih pinang bagi kesehatan manusia.
a. Sirih
Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan bersandar pada batang pohon
lain, tingginya dapat mencapai 5–15 m. Batangnya berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-
ruas, beralur alur, berwarna merah coklat. Daun sirih merupakan daun tunggal, tumbuh
berseling. Pangkal daun berbentuk jantung atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing,
tepi dan permukaan daun rata, pertulangan menyirip. Warna daun bervariasi, dari kuning,
hijau sampai hijau tua dan daun sirih berbau aromatis.
Bunga sirih tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang 5–15 cm, sendiri di ujung
cabang dan di ketiak daun. Buah sirih bentuknya bulat, berdaging, berwarna kuning hijau,
menyambung menjadi bulat panjang.
Andarwulan (1995) telah menyelidiki karakteristik antioksidan daun sirih, terutama
pemisahan komponen dalam oleoresin daun sirih dengan kromatografi lapis tipis. Peneliti
tersebut menemukan bahwa ekstrak oleoresin daun sirih kuning mempunyai aktivitas
antioksidan, dimana daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan etanol
menunjukkan aktivitas antioksidan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan BHA dan daun
sirih yang diekstrak metanol serta daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan
methanol.
CH3 CH2CH CH2 OH
OH OH

OH

H3C CH3 OCH3

Karvakrol Kavibetol Pirokatekin


CH2CH CH2 OCH3 CH3

O
H3C
OH CH2CH CH2
H3C CH3
Kavikol Estragol 1,8 - Sineole Kadinen

Gambar 1. Struktur kimia senyawa yang terkandung dalam sirih

Daun sirih kaya akan karoten, asam askorbat, dan fenolat. Senyawa fenolik dari
tanaman ini berkaitan dengan chavicol, chavibetol asetat, dan eugenol. Eugenol adalah zat
aromatik yang mudah menguap dan tidak jenuh yang dapat merangsang sistem saraf pusat,
dan merupakan sejenis alkaloid, yang terkenal memiliki sifat seperti kokain.
b. Pinang
Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai
tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah
setelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum
terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun
tergantung keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan
memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan,
agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak
perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang
berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989).
Buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain,
guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan,
senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam
(Wang et al., 1996). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung
proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.
Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-
alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000).
Buah pinang rasanya pahit, pedas dan hangat serta mengandung 0,3 – 0,6% alkaloid.
Selain itu juga mengandung red tannin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic,
caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin (Sentra Informasi IPTEK, 2005; Kristina dan
Syahid, 2007).
CH3
N

COOCH3
Arekolin
Gambar 2. Struktur kimia senyawa yang
terkandung dalam pinang
Salah satu komponen dalam mamat atau nginang adalah pinang, yang mengandung
alkaloid bernama arecoline. Senyawa ini akan memberi warna yang khas pada air liur saat
nginang, yakni merah terang. Kebanyakan senyawa alkaloid bersifat basa, tergantung adanya
pasangan elektron bebas pada atom nitrogen. Jika suatu gugus fungsional yang posisinya
berdekatan dengan atom nitrogen bersifat melepaskan elektron, misalnya gugus alkil,
elektron pada atom nitrogen akan menarik senyawa alkil sehingga senyawa nitrogen lebih
bersifat basa. Sebaliknya jika suatu gugus fungsional yang berdekatan dengan atom nitrogen
bersifat menarik elektron, misalnya gugus karbonil, maka kesediaan elektron berkurang
sebagai alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan bersifat asam.
Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak dijumpai pada tumbuhan, terutama
pada biji, daun, ranting dan kulit kayu. Kadar alkaloid yang terkandung pada masing-masing
bagian berbeda-beda. Secara umum pada tumbuhan mengandung 15-30% alkaloid
(Robinson, 1995:283). Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang
bersifat basa. Atom nitrogen alkaloid selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau
gugus amida (-CO-NR2 ) dan tidak pernah dalam gugus nitro (-NO2) dan gugus diazo (-N=N-
) (Achmad, 1986:49). Senyawa alkaloid mempunyai warna tertentu, dapat larut dalam pelarut
tertentu.
c. Kapur
Kapur diperoleh dari berbagai sumber, seperti kerang laut, kerang air tawar, batu
kapur, dan batu karang. Supaya cocok untuk dikunyah, kapur diolah menjadi bubuk (kalsium
dioksida (CaO)) dan dicampur dengan air sehingga konsistensinya seperti pasta. Kapur
dihaluskan dengan cara yang berbeda, tergantung asal-usulnya.
Di Indonesia kerang dihancurkan dengan tangan, setelah dikurangi menjadi bubuk
halus, air, dan kadang-kadang sedikit minyak kelapa, ditambahkan untuk membentuk pasta.
Kapur yang merupakan bagian dari campuran sirih menghidrolisa arecoline menjadi
arecaidine yang dapat merangsang sistem saraf pusat, dikombinasikan dengan minyak lada
esensial (campuran fenol dan zat terpenlike) adanya sifat euphoria ketika diserap dari mukosa
bukal. Pasta kapur melalui kontak langsung menyebabkan percepatan pergantian sel. Di
daerah tertentu kapur ditambahkan langsung ke pinang, bukan dibungkus didalam daun sirih,
kemudian diletakkan pada tempat tertentu di mulut (biasanya pipi kanan atau kiri) dimana
cenderung terbentuk area ulserasi ganas.
d. Reaksi Kimia yang terjadi saat Mamat atau Menginang
Bahan utama dari sirih pinang adalah arecoline, yang merupakan salah satu dari tiga
alkaloid cholinomimetic alam besar. Dua alkaloid lainnya adalah pilocarpine dan muscarine.
Banyak efek dari sirih pinang telah dikaitkan dengan tindakan arecoline. Sirih pinang berisi
empat alkaloid utama seperti: arecoline (7,5 mg/g berat badan), arecaidine (1,5 mg/g berat),
guvacoline (2,0 mg/g berat badan) dan guvacine (2,9 mg/g berat badan). Sirih pinang juga
mengandung senyawa fenolik, terutama hydroxychavicol dan safrole . Tujuh senyawa fenolik
yang ditemukan di bunga sirih. Senyawa utamanya adalah satu safrole. Yang lainnya adalah
hydroxychavicol, eugenol, metil eugenol, isoeugenol, flavon dan quercetin. Daun sirih
mengandung sejumlah besar karoten (80,5 mg/g berat badan), serta jumlah yang lebih kecil
dari senyawa fenolik (21,9 mg/g berat badan) dan asam askorbat (1,9 mg/g berat badan).
Reaksi kompleks mungkin terjadi selama mengunyah sirih pinang. Dicampur dengan
kapur, dengan alkalinitas yang tinggi (karena unsur penyusun utama kapur adalah kalsium
(Ca) yang mana merupakan unsur alkali tanah yang termasuk dalam golongan utama dalam
sistem periodik unsur tepatnya golongan IIA), sehingga arecoline dan guvacoline masing-
masing sebagian besar dihidrolisis menjadi arecaidine dan guvacine. Arecoline dan
guvacoline dapat dihidrolisis oleh kapur sirih diakibatkan karena kapur sirih sangat korosif
sehingga saat direaksikan atau dikonsumsi bersamaan dengan sirih dan pinang maka
senyawa-senyawa kimia yang ada pada sirih dan pinang dihidrolisis.
Gejala utama yang muncul saat pertama kali mengonsumsi sirih dan pinang atau
menginang yaitu dapat menimbulkan toksisitas kolinergik dengan tremor, air liur, keringat,
lakrimasi, diare, gangguan pencernaan, dan emesis. Dimana lebih dari setengah dari
pengguna kebiasaan mengalami palpitasi selama mengkonsumsi sirih pinang, menunjukkan
peningkatan denyut jantung.
Hasil penelitian Chu (2000), mengatakan pula bahwa suhu kulit telinga dan dahi selama
mengkonsumsi sirih pinang menunjukkan peningkatan masing-masing rata-rata 2 dan 0,5°C.
Tanggapan Hyperthermic hampir sepenuhnya dihapuskan oleh atropin dan sebagian dihambat
oleh propranolol, hal ini menunjukkan bahwa mekanisme kedua parasimpatis dan simpatis
yang terlibat saat kita mengkonsumsi sirih pinang. Dalam penelitian lanjutan (Chu, 2000)
dengan menggunakan karotis Doppler untuk mengukur aliran darah, puncak-sistolik dan
kecepatan darah akhir diastolik dan volume selama sirih meningkat secara signifikan hanya
dalam arteri karotid umum dan eksternal tetapi tidak di arteri karotis internal. Peningkatan
aliran ini dikaitkan dengan sensasi kemerahan pada wajah pengkonsumsi sirih pinang.
e. Manfaat (Positif dan Negatif) saat mamat atau nginang
 Manfaat Positif
Makan sirih pinang menurut kepercayaan warga kabupaten kupang (NTT) dapat
memperkuat gigi. Pada pengunyahan campuran daun sirih, biji pinang (Areca catechu) dan
kapur akan merubah arekolin yang terdapat dalam bahan-bahan tersebut menjadi arekaidin
sehingga dapat menyebabkan terjadinya stimulasi syaraf pusat. Masyarakat awam hanya tahu
bahwa makan sirih akan bermanfaat bagi kesehatan gigi. Padahal khasiat makan sirih jauh
lebih banyak lagi. Khasiat daun sirih antara lain antibiotik, antiseptik dan stimulan. Secara
tradisional, masyarakat memanfaatkan daun sirih untuk obat batuk, obat kumur, mengobati
gusi dan hidung berdarah, menghilangkan bau badan dan untuk ibu-ibu yang ingin berhenti
menyusui anaknya, daun sirih bisa mengurangi produksi air susu. Tanin dalam biji pinang
atau gambir yang digunakan untuk makan sirih, berkhasiat memperkuat selaput rongga mulut
dan tenggorokan. Sementara kapurnya akan menetralkan rongga mulut dan perut.
Daun dikunyah bersama kapur (injet-Jawa) bersama biji pinang untuk penguat gigi dan
stimulansia; Campuran tersebut berasa pedas, adsringent; menyebabkan air ludah berwarna
merah dan gigi menjadi berwarna hitam (Duke, 1985) Banyak digunakan untuk pengobatan
penyakit asma, rheumatic arthritis, rhumatalgia, luka-luka.
 Dampak Negatif
Selain dampak positif saat mengkonsumsi sirih pinang ternyata saat mengkonsumsi
sirih pinang juga berdampak negatif terhadap kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chu (2000) yang mengatakan bahwa efek akut pertama kali saat
mengkonsumsi sirih pinang dapat menimbulkan toksisitas kolinergik dengan tremor, air liur,
keringat, lakrimasi, diare, gangguan pencernaan, dan emesis. Efek awal yang dirasakan
pusing, sensasi panas, debaran jantung, berkeringat, kewaspadaan tinggi, ketidaknyamanan
epigastrium. Tanggapan kardiovaskular lebih dari setengah dari pengguna kebiasaan
mengalami palpitasi selama sirih, menunjukkan peningkatan denyut jantung.
Pendapat di atas juga didukung oleh Franke, et,al., (2015) yang mengatakan bahwa
sekitar 600 juta orang di seluruh dunia mempraktikkan kebiasaan karsinogenik mengunyah
sirih. Senyawa karsinogenik berupa N-nitroso telah diidentifikasi dalam air liur atau air
kencing pengunyah sirih dan alkaloid arecoline di rambut dari pengunyah sirih biasa.
Efek negatif kebiasaan menyirih terhadap kesehatan umum diantaranya terkait dengan
penyakit kardiovaskular, karsinoma hepatoseluler, sirosis hati, hiperlipidemia, hiperkalsemia,
penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes melitus, sindrom metabolik, induksi sindrom,
ekstrapiramidal, sindrom milk-alkali, induksi dysplasia serviks uterus, kanker kerongkongan
dan hati, bayi dengan berat badan lahir rendah pada ibu penyirih/penyuntil, dan predisposisi
kolonisasi Helicobacter pylory dalam saluran pencernaan. Efek negatif kebiasaan menyirih
dan menyuntil terhadap rongga mulut dapat dibagi dua, yaitu terhadap mukosa mulut dan
terhadap gigi. Terhadap mukosa mulut menyirih dapat menyebabkan leukoplakia, submukus
fibrosis oral, karsinoma sel skumosa, lesi likenoid, perubahan warna pada mukosa mulut,
penyakit periodontal, dan kanker mulut, terhadap gigi menyirih dapat menyebabkan atrisi
gigi.

Anda mungkin juga menyukai