Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok V
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Haemoroid adalah masalah yang terjadi pada anus, dimana terjadi pelebaran
pembuluh darah pada daerah sekitar anus. Haemoroid terjadi karena adanya
peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh darah yang berada di anus dan
sekitarnya. Penyebab haemoroid sampai saat ini belum jelas namun sebagian besar
kondisi haemoroid disebabkan karena terlalu lama mengejan saat buang air besar.
Konstipasi merupakan penyebab klien mengejan, dan hal itu dikarenakan
kurangnya nutrisi serat dalam makanan serta kurangnya minum air putih.
Perubahan gaya hidup seperti kurangnya olahraga dan mengkonsumsi kafein juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya haemoroid.
Penyakit haemorroid merupakan gangguan umum dan terjadi 4% dari
populasi dunia (Cerato, 2014). Dan tentunya, saat ini akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dengan minim kandungan serat
serta kurangnya kesadaran akan melakukan olahraga. Gejala haemoroid yang
muncul kadang bisa menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Bahkan
beberapa orang tidak menyadari bahwa merka menderitaa haemoroid.
Tindakan yang dilakukan pada penderita haemoroid dapat dilakukan dengan
cara operasi maupun non operasi. Pada haemoroid yang membutuhkan penanganan
dengan operasi yaitu dengan haemoroid internal derajat tiga atau lebih, dan
haemoroid eksternal dengan nyeri yang hebat. Terdapat beberapa jenis tindakan
operasi yang dilakukan, salah satunya yaitu dengan Stapled Hemorrhoidopexy atau
sering dikenal dengan stapling. Tindakan ini dilakukan untuk menangani hemoroid
yang menggantung di luar anus. Langkah ini dilakukan dengan pembiusan umum.
Manfaat dari prosedur ini dibandingkan dengan eksisi haemoroidectomy yaitu nyeri
pasca operasi lebih sedikit, lama rawat inap lebih cepat dan klien dapat melakukan
aktivitas lebih cepat pula. Akan tetapi, tindakan Stapled Haemorrhoidopexy ini
efektif jika dilakukan pada haemorroid stadium 2-3, jika dilakukan diatas stadium
3 biasanya akan berisiko perdarahan (Panarese, 2012).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
6. Mekanis: semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi
dalam rongga perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostate.
7. Fisiologis: bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada derita
dekompensasio kordis atau sirosis hepatic.
8. Radang adalah factor penting, yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah
berkurang.
2.1.3 Klasifikasi
1. Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).
2. Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan.
3. Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual.
4. Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali
(Merdikoputro, 2006).
2.1.5 Penatalaksanaan
Macam-macam tatalaksana Hemoroid menurut (Sudarsono, 2015)
1. Penatalaksanaan konservatif untuk hemoroid adalah:
Perawatan konservatif biasanya terdiri dari nutrisi dengan diet tinggi serat,
asupan cairan secara oral untuk menjaga agar tubuh tidak mengalami dehidrasi,
4
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), rendam duduk, dan istirahat. Asupan
serat yang tinggi memberikan hasil yang baik, dan dapat dicapai dengan
mengubah diet atau mengkonsumsi suplemen serat. Tidak banyak bukti yang
mendukung manfaat dilakukannya rendam duduk selama masa perawatan. Dan
jika hal ini dilakukan, harus dibatasi hanya selama 15 menit saja setiap kali.
Walaupun tersedia banyak obat topikal dan supositoria untuk mengobati
hemoroid, manfaat obat-obatan ini belum menunjukkan bukti yang
nyata.Senyawa yang mengandung steroid tidak boleh digunakan lebih dari 14
hari karena dapat menyebabkan penipisan kulit. Kebanyakan senyawa yang
digunakan merupakan kombinasi dari berbagai zat aktif. Kombinasi ini
biasanya terdiri dari krim pelapis seperti vaselin atau zink oksida, senyawa
analgesik seperti lidokain, dan vasokonstriktor seperti epinefrin.
2. Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah:
1) Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
2) Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk
suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
3) Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin.
4) Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi topikal
dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa
sakit daripada lidokain (Xylocaine). Pada pasien hemoroid eksternal berat,
pengobatan dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari trombus dalam
waktu 72 jam dari onset gejala lebih efektif daripada pengobatan
konservatif.
3. Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif mengalami
kegagalan, antara lain:
1) Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan karet
pengikat di sekitar jaringan hemoroid interna sehingga mengurangi aliran
darah ke jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan
ablasi.
2) Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau sinar
inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid interna.
5
3) Penatalaksanaan bedah:
(1) Pengangkatan hemoroid secara bedah eksisi merupakan suatu
pembedahan dengan pemotongan jaringan hemoroid, hanya dilakukan
pada kasus yang parah. Pada umumnya menyebabkan nyeri
pascaoperasi yang bermakna dan memerlukan 2–4 minggu untuk
pemulihan. Namun, terdapat manfaat jangka panjang pada mereka yang
menderita wasir tingkat 3 dibandingkan dengan ligasi gelang karet. Ini
merupakan penanganan yang direkomendasikan pada mereka yang
menderita hemoroid eksterna karena trombosis jika dilaksanakan dalam
waktu 24–72 jam. Salep Gliseril trinitrat setelah pembedahan, dapat
mengurangi nyeri dan membantu penyembuhan.
(2) Dearterialisasi hemoroid trans-anal dengan panduan doppler,
merupakan pengobatan yang bersifat invasif minimal dengan
menggunakan ultrasonografi doppler untuk menentukan lokasi aliran
darah arteri secara akurat. Arteri ini kemudian "diikat" dan jaringan
yang prolaps akan kembali ke posisi normal. Melalui prosedur ini
tingkat kemunculan berulang agak tinggi, tetapi memiliki tingkat
komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan hemoroidektomi.
(3) Stapling hemorrhoidectomy. tehnik operasi terbaru untuk hemoroid /
wasir. Tindakan operasi ini adalah tindakan yang amat minimal invasif.
Dan dari penelitian yang dilakukan, setelah operasi memakai tehnik ini
rasa nyeri nya amat sangat sedikit serta masa rawat inap nya lebih
pendek dibandingkan tehnik operasi yang konvensional.
6
ditempatkan melalui salah satu Trocars sehingga tim bedah dapat melihat prosedur
tersebut dalam sebuah gambar yang diperbesar di monitor video di ruang operasi.
Kemudian, instrumen khusus ditempatkan melalui Trocars lain untuk melakukan
prosedur. Dalam beberapa kasus, seperti operasi usus minimal invasif, sayatan
sedikit lebih besar mungkin diperlukan. Akan tapi pada kasus lain seperti prosedur
wasir minimal invasif, tidak diperlukan ada sayatan atau Trocars (Ethicon. 2017)
Ada beberapa prosedur bedah canggih minimal invasif yang dapat
dilakukan hampir secara eksklusif melalui satu titik masuk yang berarti hanya satu
sayatan kecil, ini disebut Tunggal Site Laparoskopi, dan pendekatan lain untuk
melakukan operasi laparoskopi tradisional menggunakan alat yang sama. Tidak
semua tenaga medis ataupun dokter bisa melakukan tindakan MIS (Minimum
Invasive Surgery) ini melainkan dokter yang sudah mengikuti beberapa pelatihan-
pelatihan minimum invasive surgery sehingga memang betul-betul kompeten di
dalam bidang ini dan dapat menentukan apakah operasi minimal invasif yang tepat
dilakukan pada kasus tertentu. Prosedur ini telah terbukti lebih efektif dari operasi
konvensional. Dan lebih dari 20 juta orang Amerika memilih prosedur ini (Ethicon.
2017)
Prosedur MIS ini tidak hanya bisa memberikan hasil yang setara dengan
prosedur konvensional atau operasi terbuka (yang kadang-kadang memerlukan
sayatan besar), tetapi prosedur MIS ini juga mungkin menawarkan manfaat yang
signifikan juga seperti:
1. Meminimalisir pendarahan
2. Mengurangi resiko terjadinya infeksi
3. Mengurangi resiko komplikasi
4. Mengurangi hari rawat
5. Lebih cepat proses pemulihan
6. Meminimalisir timbulnya jaringan parut
7. Bianya yang lebih rendah (Ethicon. 2017)
Kekurangan MIS (Minimun Invasive Surgery)
1. Mungkin tidak sesuai untuk semua pasien.
2. Mungkin memerlukan waktu yang lebih lama daripada bedah terbuka.
7
3. Mungkin ada tambahan biaya akibat peralatan khusus yang lebih
mahal. Bagaimanapun, biaya tambahan ini dapat dikompensasikan dengan
waktu rawat inap yang lebih singkat dan lebih cepat kembali ke aktivitas
normal.
4. Memerlukan pelatihan spesialis sehingga mungkin tidak tersedia di beberapa
tempat.
5. Apabila komplikasi terjadi, atau pada situasi yang tidak diinginkan, bedah
minimal invasif dapat berubah menjadi bedah terbuka (Singhealth. 2014)
Macam-macam MIS (minimum Invasive Surgery)
1. Prosedur MIS Dan Biopsi Payudara
2. Prosedur Laparoskopi Anti refluks
3. Apendikektomi Laparoskopi
4. Bedah Bariatrik (Penurunan Berat Badan)
5. Bedah Kantong Empedu Laparoskopi
6. Perbaikan Hernia Laparoskopi
7. Bedah Liver Laparoskopi
8. Prosedur MIS Torasik
9. Prosedur MIS Vaskula
10. Cangkok Cincin Aorta Endovaskular Dan Bedah Aorta Laparoskopi
11. Arterioplasti Transluminal Perkutan (PTA) Dan Cincin
12. Perawatan Laser Endovenus untuk review Varises Vena
13. Prosedur Endoskopi Gastrointestinal Bagian Atas
14. Prosedur MIS Kebidanan Dan Kandungan (O & G)
15. Prosedur MIS Ortopedi
16. Artroskopi
17. Prosedur MIS Tulang Belakang
18. Prosedur MIS Bedah Saraf
19. Otolaringologi (Telinga, Hidung Dan Tenggorokan)
20. Prosedur MIS Urologi
Bedah Kolorektal (Singhealth. 2014)
8
2.3 Konsep Stapled Haemorroid
2.3.1 Pengertian
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemorhoid Circular Stapler (HCS). Teknik ini mulai diperkenalkan
pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo, sehingga
teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini
diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja
stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong
di belakangnya. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemorhoid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemorhoid
ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemorhoid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
2.3.3 Kontraindikasi
1. Pasien dengan penyakit anorektal Crohn atau kolitis ulserativa. Dijepit
hemorrhoidectomy tidak boleh dilakukan saat ada sebuah abses anorektal aktif.
2. Pasien dengan penurunan tonus sfingter atau gangguan otot oleh Karena operasi
sebelumnya.
3. Pasien yang telah memperoleh terapi antikoagulan. Oleh karena itu, status fisik
dan medis pasien secara keseluruhan. harus dievaluasi sebelum memulai.
9
2.3.4 Prosedur
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan terdiri disebut dispossible hemorroid stapler yang terdidir
dari :
1) Hemorroidal circular stapler
2) Anorectal introducer
3) Anorectal dilator
4) Anorectalo transfixtation tools
5) hook
2. Prosedur
Memasukkan anal dilator/
obdurator sirkular.
Anal dilator/obdurator sirkular
dimasukkan melalui analis kanalis
untuk mendorong hemoroid yang
prolapse kembali naik ke atas / ke
tempat semula.
10
Mempersiapkan jahitan
Hemoroid internal diposisikan ke
tempat semula dan jahitan
dipersiapkan di mukosa rektal atau
submukosa kira – kira sekitar 4 – 6 cm
dari dentate line.
11
Reposisi Mukosa dan Hemoroid
Akhir dari proses Stapling.
Mengembalikan hemoroid internal
yang prolapse ke posisi anatomis
semula.
12
saat intra operasi, monitor hemodinamik, mencegah cidera, pemberian dukungan
emosional pada saat anastesi dimulai dan selama proses pembedahan berlangsung,
mengatur dan mempertahankan posisi tubuh fungsional, mempertahankan asepsis.
Post operasi pasien dipindahkan ke ruang PACU dan dimonitor oleh
perawat sampai kondisi stabil, lama rawat di PACU tergantung pada progress
pasien dan anstesi yang diterima, sebelum meninggalkan PACU pasien harus sadar
dan koheren. Pasien dipindahkan keruang rawat setelah pulih dengan
mempertahankan IV line sampai pasien boleh minum. Kadang-kadang general
anastesi menimbulkan mual yang mungkin menunda pasien untuk boleh minum,
saat pasien dapat mentoleransi cairan pasien direncanakan untuk mendapatkan yang
lebih padat. Efek spinal anstesi biasanya hilang dalam beberapa jam, selama jam
pertama setelah pembedahan perawat memposisikan pasien terlentang untuk
mengurangi resiko sakit kepala lama akibat anastesi. Sebelum pasien dipindahkan
ke ruang rawat, perawat harus memastikan tubuh bagian bawah pasien dapat
merasakan sensasi. Karena pembengkakan dan pembalutan beberapa pasien
mengalami kesuitan buang air kecil sementara, jika terjadi urgensi namun urin tidak
keluar, kateter dapat digunakan untuk mengeluarkan urin. Pasien diperbolehkan
keluar rumah sakit apabila sudah bisa buang air kecil tanpa kateter (Swierzewski
2015).
Walaupun obat anastesi sudah dieliminasi kebanyakan pasien mengalami
pusing sepanjang hari, sehingga perawat harus melibatkan keluarga dalam
pendampingan klien untuk menghidarkan cidera. Pasien akan merasa nyeri dan
tidak nyaman sekitar 10 hari,untuk mengurangi nyeri dokter memberikan analgesik
dan perawat mengajarkan teknik distraksi relaksasi, kompres dingin untuk
mengurangi bengkak. Perawat dapat mengganjurkan penggunaan bantal donat,
untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Sangat penting untuk mencegah konstipasi, dokter memberikan laksatif dan
perawat memberikan pasien makanan tinggi serat dan minum yang cukup. Saat
pasien buang air besar dapat terjadi perdarahan minimal atau sedang, hal ini normal
terjadi pada pasien post operasi hemoroid, perawat berperan penting untuk
menjelaskan situasi ini agar pasien tidak khawatir dan sengaja tidak tidak buang air
besar.
13
Sebelum pasien pulang perawat harus melakukan dishcarge planning,
menginstruksikan pasien untuk segera ke pelayanan kesehatan apabila perdarahan
banyak, nyeri berat pada rektum dan abdomen, retensi urin, demam atau menggigil,
retensi flatus dan fekal 48jam setelah pembedahan, mual muntah, kulit gatal,
bengkak atau kemerahan. Menganjurkan pasien konsumsi obat sesuai aturan.
Menjaga area rektum tetap bersih. Memberikan edukasi pada pasien tentang
perilaku untuk mencegah kekambuhan.
14
BAB 3
PEMBAHASAN
15
Hemorrhoidectomy untuk grade 4 sehingga menghasilkan outcome yang baik
(Panarese 2012).
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Merdikoputro, D. 2006. “Jalan Kaki Cegah Wasir”. Dikutip dari <www.
suaramerdeka.com> pada 10 Maret 2017.
Panarese, Alessandra.,Daniele Pironi., Maurizio Vendettuoli., Stefano Pontone.,
Stefano Arcieri., Andrea Conversi., Anna Maria Romani., Angelo
Filippini. 2012. Stapled and conventional Milligan–Morgan
haemorrhoidectomy: different solutions for different targets. Int J
Colorectal Dis. 27:483–487
Peng, Benedict C., David G. Jayne., Yik-Hong Ho. 2003. Randomized Trial of
Rubber Band Ligation vs. Stapled Hemorrhoidectomy for Prolapsed Piles.
Dis Colon Rectum. Vol. 46 (3): 291-297
Picchio, Marcello., Domenico Palimento., Ugo Attanasio., Andrea Renda. 2006.
Stapled vs open hemorrhoidectomy: long-term outcome of a randomized
controlled trial. Int J Colorectal Dis. 21: 668–669
Sgourakis, George., Georgios C. Sotiropoulos., Georgia Dedemadi., Arnold
Radtke., Ioannis Papanikolaou., Thalis Christofides., Andreas D. Rink.,
Constantine Karaliotas., Hauke Lang. 2008. Stapled versus Ferguson
hemorrhoidectomy: is there any evidence-based information?. Int J
Colorectal Dis. 23:825–832
Singhealth. 2014. Bedah Minimal Invasif (MIS). [online] avaible at :
https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-
Referral/bh/Conditions/Pages/Minimally-Invasive-Surgery-
Laparoscopic-Surgery.aspx . diakses pada 9 Maret 2017
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Badah. EGC : Jakarta.
Swierzewski, Stanley J. 2015. Postoperative Care after Hemorrhoidectomy,
Hemorrhoidectomy Complications. [online] available at :
http://www.healthcommunities.com/gastrointestinal-
surgery/postoperative-care-complications-hemorrhoidectomy.shtml .
diakses pada 9 Maret 2017
Touzin Eric., Susan Hegge., Craig McKinley., 2006. Early experience of stapled
hemorrhoidectomy in a community hospital setting. J can chir, Vol. 49 (
5): 316-320
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. Volume 2, Edisi 2. EGC :
Jakarta
Wong, J.CH., C.C Chung., K.K Yau., H.Y.S Cheung., D.C.T Wong., O.C.Y Chan.,
M.K.W Li. 2008. Stapled Technique for acute Thrombosed Hemorrhoids:
A randomized, Controlled Trial with Long Term Result. Disease of Colon
& Rectum. Vol. 51: 397-403
18