Anda di halaman 1dari 22

ULKUS DIABETIK

Galih Kemal Pratam


Jusman
Nur Arnillah

Dipresentasikan Sebagai Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Mei 2017
KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. Y
• RM : 805397
• Tgl. Lahir : 12/09/1963
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : BTN Mangga Tiga Blok C4 No.14
Subjective
• Keluhan Utama: Luka pada ibu jari kaki kanan
• Anamnesa terpimpin: Luka pada ibu jari kaki kanan dirasakan
sejak  1 bulan terakhir. Awalnya kaki terasa kebal, kemudian
timbul bisul dan pecah 1 minggu yang lalu. Bernanah, berbau dan
nyeri. Demam ada sejak 3 hari terakhir. Demam naik turun dan
reda dengan obat penurun panas. Menggigil tidak ada. Pasien
juga mengeluh lemas. Mual dan muntah ada, dialami sejak 3 hari
yang lalu dengan frekuensi 2-3 x/hari, berisi air dan makanan.
Pasien merasa mual tiap kali makanan masuk. Nyeri ulu hati ada.
Tidak ada riwayat buang air besar hitam encer. Batuk tidak ada,
sesak nafas tidak ada. Nyeri dada tidak ada. Buang air kecil kesan
lancar. Riwayat diabetes baru diketahui  2 minggu lalu saat
berobat di RS Daya, dengan GDS saat itu 489 mg/dl, pasien diberi
obat tetapi tidak mengingat nama obatnya. Riwayat hipertensi
tidak ada. Pasien memiliki ibu yang juga menderita diabetes
melitus.
Objective

DESKRIPSI UMUM :
• Keadaan umum baik
• Gizi baik, Berat Badan = 55 kg, Tinggi Badan = 160 cm
• IMT : 21,5
• Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
TANDA VITAL
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Pernapasan : 24x/menit
• Nadi : 88 x/menit
• Suhu : 36,1 C
PEMERIKSAAN FISIK

 Kepala
 Kepala : normocephal, rambut tidak mudah tercabut
 Mata : pupil isokor, diameter 2cm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)
 Telinga : Tidak tampak adanya sekret, kesan normal
 Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret, epistaksis (-)
 Mulut : Tonsil T1-T-1, hiperemis (-), selaput putih (-)
 Leher : DVS R+2 cm H2O, pembesaran KGB (-) , pembesaran
kelenjar tiroid (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Thorax
 Inspeksi : Simetris kiri sama dengan kanan
 Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : Pekak tidak ada, batas paru hepar normal
 Auskultasi : Bunyi pernapasan Vesikuler
Bunyi tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Batas Jantung kanan di ICS IV linea parasternalis dextra;
Batas jantung kiri di ICS V linea medioclavicularis sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni, reguler. Gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen
 Inspeksi : konveks, ascites (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa
tumor (-)
 Perkusi : Timpani (+)
 Ekstremitas
 Atas : Edema -/-
 Bawah : ulkus di regio pedis dextra digiti I-II, edema +/-, nyeri
tekan +/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Pedis Dextra AP/Oblique:


-Osteomyelitis Pedis Dextra
-Bayangan Lusein Soft tissue regio
phalanx proximal digiti I-II pedis dextra
(gas gangren?)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

(3 Juli 2017)
• GDS : 281 mg/dl • Natrium : 134 mmol/l
• HbA1c : 13,3 % • Kalium : 4 mmol/l
• Klorida : 101 mmol/l
(1 Juli 2017)
• GDP : 203 mg/dl
• GD2PP : 321 mg/dl
• Protein tot. : 5,1 gr/dl ()
• Albumin : 2,6 gr/dl ()
• Globulin : 2,5 gr/dl
• Kolesterol tot.:102 mg/dl
• HDL : 19 mg/dl
• LDL : 62 mg/dl
• Trigliserida : 118 mg/dl
Assessment

-kaki diabetik wagner III post debridement h-3


-DM Tipe 2 Non obese
-imbalance electrolite
-
Planning

Pemeriksaan tambahan : Terapi :


 Pemeriksaan GDS pagi, siang, • Diet DM 1700 kkal
malam • Metronidazole 500 mg/8 jam/IV
• Vip albumin 2 caps/8 jam/ oral
• Novorapid 12
unit/prandial/subcutan
• Levemir 12
unit/malam/subcutan
DISKUSI
Definisi

 Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi


kronis DM
 Sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan
kematian
 RS Cipto Mangunkusumo tahun 2003, angka
amputasi mencapai 25%. Adapun angka
kematiannya mencapai 16%
Faktor Resiko
Faktor Mekanisme
Neuropati perifer motorik Anatomi kaki abnormal, clawing toe, arkus perdis
meninggi, subluksasi metatarsofaring,
meningktakan tekanan dan memicu pembentukan
kalus dan luka
Neuropati perifer sensorik Penurun ambang sensasi nosiseptif, sering tidak
sadar munculnya luka
Neuropati perifer otonom Kulit kering dan mudah disintegrasi
Neuroatropati Anatomi kaki abnormal, meningkatkan tekanan
dan perekrutan neutrofil
Insufisiensi vaskular Mengganggu proses penyembuhan luka dan
perekrutan neutrofil
Hiperglikemia dan Mengganggu fungsi respon imun, proses
gangguan metabolik penyembuhan luka, dan penyusunan kolagen
Disabilitas Gangguan penglihatan, ekterbatan mobilitas, dan
mungkin riwayat amputasi
Kebiasaan Pasien Kepatuhan kurang baik, keberisahan kurang,
berat badan tinggi, alas kaki yang tidak sesuai
Sistem kesehatan Kurangnya edukasi dan pemantuan gula darah
Patofisiologi
Klasifikasi Wagner

Tingkat Karakteristik Kaki


0 Tidak ada ulserasi, tetapu beresiko tinggi
1 Ulkus superfisial tanpa infeksi
2 Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses atau
kelainan tulang
3 Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses
luas yang dalam
4 Gangren terbatas hanya pada ibu jari kaki,
tumit
5 Gangren seluruh kaki
Diagnosis

 Anamnesis
 Lamanya menderita DM, kontrol glikemik yang tidak
terkontrol, aktivitas riwayat pajanan, pemakaian sepatu,
status nutrisi, penyakit penyerta, dll.
 Pemeriksaan Fisis
 Pemeriksaan TTV : tanda sepsis
 Pemeriksaan sistemik organ (komplikasi diabetes lainnya)
 Pemeriksaan ekstremitas : vaskularisasi (inspeksi, palpasi,
Ankle Branchial Index (ABI), pemeriksaan neuropati (sensasi
halus, sensasi suhu, raba, nyeri).
Tatalaksana
 Kontrol Mekanik
 Mengistirahatkan kaki pasien, menghindari tekanan pada daerah luka,
serta menggunakan bantal pada kaki saat berbaring

 Kontrol Metabolik
 Mendukung penyembuhan luka meliputi pengaturan glukosa darah dan
pengendalian faktor komorbid

 Kontrol Vaskuler
 Evaluasi vaskular kaki, tekanan oksigen transkutan

 Kontrol Luka
 Menutup luka dengan pembalut yang basah atau lembab, tindakan
pembedahan (bila diperlukan)

 Kontrol Infeksi
Pemberian antibiotik harus dimulai secara empiris sebelum didapatkan
hasil kultur resisten. Pasien rawat inap diberi antibiotik spektrum
Tatalaksana
Revaskularisasi
 Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio
intermitten yang hebat

Wound Control
 Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang untuk menjaga kondisi
selama kesembuhan luka

Microbiological Control
 Pemberian antibiotik disesuaikan hasil kultur bakteri dan tes kepekaan
antibiotik.

Pressure Control
 Luka yang selalu mendapat tekanan harus mencapai keadaan non weight-
bearing seperti : Removable cast walker, Total contact casting, temporary
shoes, felt padding,crutches, wheelchairs, electric carts, dan Craddle
insoles.
 Surgery : Dekompresi Ulkus/Abses dengan insisi abses, Operasi Hammer
toe, Metatarsal head resection, Achilles tendon lengthening.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai