Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SKI

Disusun Oleh :

Rifki Zidan Nugraha

Reyhan Adi Putra

Restu Nur Syamsi

Rendy Viki Fauzi


Setelah berdiam diri di gua Tsûr selama tiga hari, penunjuk jalan yang disewa
Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang menyusul mereka sembari membawa dua
tunggangan yang telah dipersiapkan Abu Bakar Radhiyallahu anhu. Bersama
mereka, ikut juga seorang budak milik Abu Bakar yang bernama Amir bin
Fuhairah. Kemudian, empat orang ini memulai perjalanan menuju Madinah
melalui daerah pinggiran.[1] Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan
dengan tenang, dan lisannya tidak berhenti berdzikir menyebut asma Allah
Azza wa Jalla seraya terus berdoa. Lain halnya dengan Abu Bakar Radhiyallahu
anhu, ia seolah selalu gelisah, sering menolehkan kepalanya, karena rasa
khawatir dan sangat menginginkan keselamatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam [2].

Saat tiba waktu untuk istirahat siang pada hari itu dan suasana jalan sepi, Allah
Azza wa Jalla meninggikan sebuah dataran sehingga memiliki bayangan.
Mereka singgah di balik dataran tinggi ini. Abu Bakar Radhiyallahu
anhumeratakan tanah dengan tangannya dan menggelar alas sebagai tempat
istirahat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun mempersilahkan
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beristirahat di tempat yang telah
dipersiapkan itu. Kemudian Abu Bakar Radhiyallahu anhukeluar melihat-lihat
keadaan.

Pada saat hampir bersamaan, ada seorang penggembala menuju tempat mereka
tersebut dengan tujuan yang sama untuk berteduh. Abu Bakar Radhiyallahu
anhumenanyai orang ini, sehingga ia tahu bahwa penggembala ini penduduk
Makkah. Sang penggembala mengidzinkan mereka mengambil susu salah
seekor dari kambing gembalaannya, kemudian mereka melanjutkan
perjalanan.[3]

Selama dalam perjalanan, Abu Bakar Radhiyallahu anhusenantiasa bersama


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas tunggangannya. Apabila ada
yang bertanya tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Abu
Bakar Radhiyallahu anhu menjawab:

‫الر ُج ُل َهذَا‬ َّ ‫ِب قَا َل ال‬


َّ ‫سبِي َل يَ ْهدِينِي‬ ُ ‫الط ِريقَ يَ ْعنِي ِإنَّ َما أَنَّهُ ْال َحا ِس‬
ُ ‫ب فَيَحْ س‬ َ ‫ْال َخي ِْر‬
َّ ‫س ِبي َل يَ ْعنِي َو ِإنَّ َما‬

“Orang ini menunjukkan jalan untukku”. Anas bin Malik (sahabat yang
meriwayatkan hadits ini) berkata: “Sehingga si penanya mengira yang
dimaksudkan adalah pemandu perjalanan, padahal yang diinginkan oleh Abu
Bakar adalah jalan kebaikan”.[4]

Pada waktu lainnya, Abu Bakar Radhiyallahu anhumenoleh ke arah belakang,


tiba-tiba terlihat ada seseorang tengah berusaha menyusul mereka. Ternyata, ia
adalah Surâqah bin Mâlik, salah seorang yang ingin memenangkan sayembara
dan ingin mendapatkan hadiah yang disediakan oleh orang-orang kafir Quraisy
bagi siapa saja yang berhasil menemukannya dan berhasil membawa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke Makkah.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dari Surâqah bin Mâlik, saat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta rombongan melintasi pemukiman Bani
Mudlaj, salah seorang penduduk pemukiman ini melihat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan rombongannya. Kemudian orang ini bergegas mendatangi
kaumnya yang sedang berkumpul, di antara mereka adalah Surâqah.

Orang yang melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini berkata:


“Wahai Surâqah, aku tadi melihat beberapa orang di pinggiran, mungkin itu
Muhammad n dan para sahabatnya”. Surâqah menceritakan dirinya setelah
mendengar berita ini: “Saya yakin, orang-orang itu adalah mereka (namun) saya
mengatakan kepada yang membawa berita ‘mereka itu bukan Muhammad dan
para sahabatnya, tapi mereka adalah si anu dan anu yang baru saja melintas di
hadapan kami”.

Inilah siasat Surâqah supaya berhasil memenangkan sayembara dan


mendapatkan hadiah. Dia pun tetap di tempat duduknya beberapa saat.
Kemudian ia bangkit dan masuk rumah. Dia menyuruh budaknya agar
mengeluarkan kudanya dari belakang. Sejuruh kemudian dia pun
mempersenjatai diri dan keluar menghampiri kudanya yang telah dipersiapkan
oleh budaknya di tempat yang tersembunyi.
Dipaculah kudanya memburu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
rombongannya. Begitu berhasil mengejar orang yang diinginkan dan kudanya
semakin mendekati rombongan tersebut, tiba-tiba kuda tunggangannya
terjerembab, dan ia pun terlempar dari punggung kuda.
Surâqah kemudian mengambil beberapa mata tombak untuk mengundi
keputusannya. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyah sebelum melaksanakan
sesuatu. Dia melakukan undian untuk mengetahui, apakah perburuan itu tetap
diteruskan ataukah tidak?

Ternyata, hasil undian tidak sesuai yang diinginkan oleh nafsunya. Maka, ia pun
mengingkari undian yang dilakukannya sendiri. Diraihlah kudanya dan
memacunya lagi memburu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
rombongannya yang sudah berada di depan mata.

Ketika berhasil mencapai tempat yang memungkinnya untuk mendengar doa


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kedua kaki kudanya tertancap ke
dalam tanah sampai sebatas lututnya. Diapun turun dan menghardik kudanya,
sehingga kuda itu bangkit kembali. Saat kudanya mencabut kakinya yang
tertanam, memancarlah cahaya dari bekas kaki kuda itu.

Dengan peristiwa ini, Surâqah merasa yakin jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam terlindungi dan akan mendapatkan kemenangan. Dia pun akhirnya
memanggil mereka dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongan berhenti. Surâqah menghampiri
dan menceritakan kejadian yang dialaminya kepada mereka. Surâqah bercerita:

‫ع ْن ُه ْم ْال َحب ِْس ِم ْن لَ ِقيتُ َما َل ِقيتُ ِحينَ نَ ْفسِي فِي َو َوقَ َع‬ ْ ‫س َي‬
َ ‫ظ َه ُر أ َ ْن‬ َ ‫سو ِل أ َ ْم ُر‬ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َ ُ‫ّللا‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫علَ ْي ِه‬ َ ‫َو‬
ُ‫الديَةَ فِيكَ َجعَلُوا قَ ْد قَ ْو َمكَ إِ َّن لَهُ فَقُ ْلت‬ ِ ‫ار َوأ َ ْخبَ ْرت ُ ُه ْم‬
َ َ‫اس ي ُِريدُ َما أ َ ْخب‬
ُ َّ‫ضتُ بِ ِه ْم الن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم َو‬
ْ ‫ع َر‬ َّ ‫ع‬
َ َ‫الزاد‬ َ ‫َو ْال َمت َا‬
‫ف قَا َل أ َ ْن إِ ََّل يَسْأ َ ََلنِي َولَ ْم يَ ْرزَ آنِي فَلَ ْم‬
ِ ‫عنَّا أ َ ْخ‬ َ

Setelah kejadian apa yang aku alami, yaitu tidak berhasil menyentuh mereka,
terbetik dalam hatiku bahwa perkara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ini akan menang. Aku berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Sesungguhnya kaummu telah menjanjikan tebusan untuk dirimu”. Aku juga
memberitahukan tentang keinginan banyak orang berkaitan dengan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongannya. Aku menawarkan bekal dan
barang-barang, namun keduanya (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
Abu Bakar Radhiyallahu anhu) tidak menanggapi tawaranku, dan juga tidak
menanyaiku. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berseru: “Rahasiakan
tentang kami”. [HR Imam Bukhâri]

Lalu Surâqah meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar


membuatkan untuknya surat jaminan keamanan, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memenuhi permintaannya. Disuruhlah Amir bin Fuhairah
menuliskannya di atas sepotong kulit.

Setelah perjumpaannya dengan Surâqah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam kembali melanjutkan perjalanan hijrahnya. Selama dalam perjalananan
ini banyak mengalami kejadian luar biasa yang membuktikan kebenaran
kenabian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu


Bakar Radhiyallahu anhu, ia Radhiyallahu anhu berkata: “Kami berangkat
menuju Madinah, sementara banyak orang yang mencari kami. Tidak ada
seorangpun yang berhasil menemukan kami kecuali Surâqah bin Mâlik bin
Ju’syum yang menyusul dengan kudanya. Aku berkata kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Orang ini berhasil menemukan kita, wahai
Rasulullah!” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyahut: ‘Jangan bersedih,
sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersama kita’.”

Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin
Mâlik Radhiyallahu anhu yang menjelaskan sebagian peristiwa ini. Setelah
Surâqah gagal dengan apa yang menjadi keinginannya, ia berkata :
‫ي َيا‬ َّ ‫ف قَا َل ِشئْتَ ِب َما ُم ْرنِي‬
َّ ‫ّللاِ نَ ِب‬ ْ ‫ار أ َ َّو َل فَ َكانَ قَا َل ِبنَا َي ْل َح ُق أ َ َحدًا تَتْ ُر َك َّن ََل َم َكانَكَ فَ ِق‬
ِ ‫علَى َجا ِهدًا النَّ َه‬
َ ِ ‫نَ ِبي‬
َّ ‫صلَّى‬
ِ‫ّللا‬ َ ُ‫ّللا‬ َ ‫سلَّ َم‬
َّ ‫علَ ْي ِه‬ َ ‫آخ َر َو َكانَ َو‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫لَهُ َم ْسلَ َحةً النَّ َه‬
“Wahai Nabiyullah, perintahkan aku semaumu!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Tetaplah kamu di tempatmu. Jangan engkau biarkan satu
orangpun menyusul kami”.
Anas berkata: “Sehingga Surâqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi
senjata yang melindunginya”.
Adapun surat jaminan keamanan yang diminta Surâqah tetap dipeliharanya
sampai ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari
membawa surat itu. Setelah perang Hunain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memenuhi janjinya kepada Surâqah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Hari ini, adalah hari menepati janji dan hari berbuat baik,”
dan pada hari itu juga, Surâqah menyatakan keislamannya.

Anda mungkin juga menyukai