PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Selain riwayat keluarga dan gejala klinis yang ada pada pasien, peningkatan
creatin kinase (CK) dan transaminase merupakan marker biologis untuk kecurigaan
DMD dan BMD. Baku emas diagnosis adalah dengan pemeriksaan genetik untuk
mendeteksi mutasi DMD dan BMD. Karena keterbatasan fasilitas dan pemeriksaan
genetika memerlukan biaya yang tidak murah, maka biopsi otot merupakan pilihan
yang dapat dilakukan. Biopsi otot dilakukan sesuai kondisi klinis, ketersediaan tes
genetik, dan fasilitas pada tempat dimana pasien berada. Baku emas dari pemeriksaan
biopsi otot adalah imunohistokimia untuk melihat ekspresi dari distrofin dan
interpretasinya dilakukan oleh ahli patologi yang berpengalaman (Bushby et al, 2011).
Penegakkan diagnosis DMD/BMD masih terbatas pada diagnosis klinis, meskipun
fasilitas untuk biopsi otot dan pemeriksaan histopatologi tersedia di semua rumah
1
sakit besar maupun rumah sakit pendidikan di Indonesia. Hal-hal tersebut nampaknya
menjadi alasan diperlukan suatu cara pemeriksaan lain yang cepat dan mudah untuk
menegakkan diagnosis DMD dan BMD sedini mungkin. Pemeriksaan klinis,
laboratorium, dan biopsi otot, adalah kombinasi pemeriksaan untuk mendiagnosis
DMD dan BMD. Pemeriksaan histopatologi biopsi otot dengan pewarnaan
hematoxyillin Eosin (HE), merupakan salah satu alternatif untuk mendeteksi derajat
kerusakan otot pada DMD dan BMD. Namun pemeriksaan ini belum dilakukan
secara rutin di semua rumah sakit yang menyediakan fasilitas pemeriksaan ini.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tidak memerlukan biaya
mahal. Untuk pemakaian klinik, suatu uji diagnostik harus memenuhi kriteria: harus
dapat memprediksi secara akurat, reliabel, mudah dilakukan, murah dan hasil
diperoleh secara cepat (Fowlie et al, 1998)
Pemeriksaan klinis anak, pemeriksaan laboratorium dan histopatologi biopsi otot
dengan pewarnaan HE diharapkan menjadi petunjuk bagi klinisi untuk membuat
diagnosis lebih cepat. Sehingga dapat menentukan terapi dan memulai manajemen
optimal pada pasien DMD dan BMD, yang meliputi pendekatan multidisiplin yang
diharapkan dapat mengubah perjalanan alamiah penyakit, memperlambat munculnya
komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup.
2. Rumusan Masalah
2. Apakah terdapat hubungan antara tahap perjalanan klinis DMD dan BMD
dengan derajat kerusakan otot pada hasil histopatologi biopsi otot dengan
pewarnaan HE?
3. Apakah profil klinis dan laboratoris dapat mendukung diagnosis DMD dan
BMD?
2
3 . Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
4. Manfaat Penelitian
Jika hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan, maka akan diperoleh manfaat:
1. Bagi penderita:
direkomendasikan pada anak dengan DMD dan BMD. Dengan segera dilakukan
3
2. Bagi Pelayanan:
Nilai diagnostik yang ditetapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk deteksi dini
distrofin, sehingga bisa digunakan terutama di rumah sakit yang memiliki fasilitas
laboratorium terbatas.
3. Bagi Pendidikan:
5. Keaslian Penelitian
mengenai gambaran klinis, pemeriksaan laboratorium dan biopsi otot pada klinis
4
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Penulis Judul Jurnal Subjek dan metode Hasil
Nilipor, Evaluation of one 100 biopsi otot dari Dari hasil patologi anatomi dari
et al., hundred pediatric anak usia 4 bulan – 15 100 biopsi otot didapatkan hasil:
2013 muscle biopsies tahun. Metode: cross Distrofi muskular 48%,
during a 2 year sectional. Neurogenic atrophy 18%, Kreatin
period in mofid kinase hasil meningkat pada 66
children and toos anak, dan hasil EMG abnormal
hospital. pada 79 anak.Terdapat korelasi
pada 50 kasus pada pasien dengan
hasil kreatin kinase meningkat,
EMG abnormal dan hasil biopsi
otot menunjukkan gambaran
miopati.
Kinali, Muscle histology 34 histologi biopsi Tidak terdapat hubungan antara
versus MRI in otot bagian extensor MRI dan gejala klinis pasien
et al, Duchenne digitorum brevis dan (p=0,18). Terdapat hubungan
2011 muscular MRI otot pada anak antara MRI dan histologi extensor
dystrophy usia kurang dari 8 digitorum brevis (p<0,001)
tahun. Metode:cross
sectional