Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit distrofi muskular Duchenne dan Becker (Duchenne muscular


dystrophy dan Becker muscular dystrophy) merupakan penyakit kongenital terkait
kromosom X yang disebabkan mutasi pada gen distrofin. Distrofi otot duchenne
merupakan penyakit otot yang tersering, dengan angka kejadian 1 per 3500 kelahiran
hidup bayi laki-laki (Takeshima et al, 2010). Penyakit ini ditandai dengan kelemahan
otot yang progresif sejak balita. Diagnosis DMD dan BMD meliputi riwayat keluarga,
pemeriksaan fisik yang memfokuskan pada sistem muskuloskeletal dan gangguan
fungsi lainnya serta pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi diagnosis. Gejala awal
mulai muncul pada usia 3-5 tahun berupa terlambat berjalan, waddling gait, tidak bisa
berlari, mudah terjatuh, kesulitan naik tangga, kelemahan otot dan ketidakmampuan
bangun dari lantai tanpa menggunakan bantuan tangan (gower sign) (Emery, 1993).
Sepuluh persen kasus muncul sebelum usia 1 tahun, 90% sebelum 4 tahun dan 99%
kasus sebelum usia 7 tahun (Emery, 1993).

Selain riwayat keluarga dan gejala klinis yang ada pada pasien, peningkatan
creatin kinase (CK) dan transaminase merupakan marker biologis untuk kecurigaan
DMD dan BMD. Baku emas diagnosis adalah dengan pemeriksaan genetik untuk
mendeteksi mutasi DMD dan BMD. Karena keterbatasan fasilitas dan pemeriksaan
genetika memerlukan biaya yang tidak murah, maka biopsi otot merupakan pilihan
yang dapat dilakukan. Biopsi otot dilakukan sesuai kondisi klinis, ketersediaan tes
genetik, dan fasilitas pada tempat dimana pasien berada. Baku emas dari pemeriksaan
biopsi otot adalah imunohistokimia untuk melihat ekspresi dari distrofin dan
interpretasinya dilakukan oleh ahli patologi yang berpengalaman (Bushby et al, 2011).
Penegakkan diagnosis DMD/BMD masih terbatas pada diagnosis klinis, meskipun
fasilitas untuk biopsi otot dan pemeriksaan histopatologi tersedia di semua rumah

1
sakit besar maupun rumah sakit pendidikan di Indonesia. Hal-hal tersebut nampaknya
menjadi alasan diperlukan suatu cara pemeriksaan lain yang cepat dan mudah untuk
menegakkan diagnosis DMD dan BMD sedini mungkin. Pemeriksaan klinis,
laboratorium, dan biopsi otot, adalah kombinasi pemeriksaan untuk mendiagnosis
DMD dan BMD. Pemeriksaan histopatologi biopsi otot dengan pewarnaan
hematoxyillin Eosin (HE), merupakan salah satu alternatif untuk mendeteksi derajat
kerusakan otot pada DMD dan BMD. Namun pemeriksaan ini belum dilakukan
secara rutin di semua rumah sakit yang menyediakan fasilitas pemeriksaan ini.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tidak memerlukan biaya
mahal. Untuk pemakaian klinik, suatu uji diagnostik harus memenuhi kriteria: harus
dapat memprediksi secara akurat, reliabel, mudah dilakukan, murah dan hasil
diperoleh secara cepat (Fowlie et al, 1998)
Pemeriksaan klinis anak, pemeriksaan laboratorium dan histopatologi biopsi otot
dengan pewarnaan HE diharapkan menjadi petunjuk bagi klinisi untuk membuat
diagnosis lebih cepat. Sehingga dapat menentukan terapi dan memulai manajemen
optimal pada pasien DMD dan BMD, yang meliputi pendekatan multidisiplin yang
diharapkan dapat mengubah perjalanan alamiah penyakit, memperlambat munculnya
komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka:

1. Apakah pemeriksaan histopatologi biopsi otot dengan pewarnaan HE


mempunyai nilai diagnostik yang cukup baik untuk mendiagnosis DMD dan
BMD?

2. Apakah terdapat hubungan antara tahap perjalanan klinis DMD dan BMD
dengan derajat kerusakan otot pada hasil histopatologi biopsi otot dengan
pewarnaan HE?

3. Apakah profil klinis dan laboratoris dapat mendukung diagnosis DMD dan
BMD?

2
3 . Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik dari pemeriksaan


histopatologi biopsi otot dengan pewarnaan HE pada anak dengan DMD.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis penetapan diagnosis klinis dan laboratoris pada anak dengan


DMD dan BMD.

2. Menganalisis hasil histopatologi biopsi otot dengan pewarnaan HE pada anak


denan DMD dan BMD.

3. Mengetahui hubungan antara pemeriksaan biopsi otot dengan pewarnaan HE


dengan tahapan penyakit pasien yang secara klinis didiagnosis DMD dan BMD.

4. Manfaat Penelitian

Jika hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan, maka akan diperoleh manfaat:

1. Bagi penderita:

Pemeriksaan klinis, laboratoris dan hasil histopatologi biopsi otot dengan

pewarnaan HE merupakan pemeriksaan yang murah dan cepat, sehingga dapat

direkomendasikan pada anak dengan DMD dan BMD. Dengan segera dilakukan

penegakan diagnosis, maka terapi dan preventif dapat segera dilakukan.

3
2. Bagi Pelayanan:

Nilai diagnostik yang ditetapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk deteksi dini

pada anak dengan DMD dibandingkan dengan pemeriksaan dengan imunohistokimia

distrofin, sehingga bisa digunakan terutama di rumah sakit yang memiliki fasilitas

laboratorium terbatas.

3. Bagi Pendidikan:

Pemeriksaan klinis, laboratoris dan hasil biopsi otot dengan pewarnaan HE

diharapkan dapat memperlambat komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup dari

anak dengan DMD dan BMD.

5. Keaslian Penelitian

Penelusuran literatur secara komperehensif didapatkan beberapa penelitian

mengenai gambaran klinis, pemeriksaan laboratorium dan biopsi otot pada klinis

dengan DMD dan BMD adalah sebagai berikut (Tabel 1).

4
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Penulis Judul Jurnal Subjek dan metode Hasil

Nilipor, Evaluation of one 100 biopsi otot dari Dari hasil patologi anatomi dari
et al., hundred pediatric anak usia 4 bulan – 15 100 biopsi otot didapatkan hasil:
2013 muscle biopsies tahun. Metode: cross Distrofi muskular 48%,
during a 2 year sectional. Neurogenic atrophy 18%, Kreatin
period in mofid kinase hasil meningkat pada 66
children and toos anak, dan hasil EMG abnormal
hospital. pada 79 anak.Terdapat korelasi
pada 50 kasus pada pasien dengan
hasil kreatin kinase meningkat,
EMG abnormal dan hasil biopsi
otot menunjukkan gambaran
miopati.
Kinali, Muscle histology 34 histologi biopsi Tidak terdapat hubungan antara
versus MRI in otot bagian extensor MRI dan gejala klinis pasien
et al, Duchenne digitorum brevis dan (p=0,18). Terdapat hubungan
2011 muscular MRI otot pada anak antara MRI dan histologi extensor
dystrophy usia kurang dari 8 digitorum brevis (p<0,001)
tahun. Metode:cross
sectional

Dwiani Profil 16 biopsi otot dari Korelasi kadar CK dengan hasil


ngsih, klinikopatologi pasien laki-laki usia IHK adalah signifikan (p=0,005),
2015 dan molekular 3-22tahun. Dan 2
DMD/BMD di RS biopsi otot dari pasien Derajat histologis dan hasil IHK
Sardjito perempuan. bermakna (p=0,01). Analisis
Yogyakarta genetik menunjukkan tidak adanya
Indonesia. Metode:cross delesi tunggal ekson 52 pada semua
sectional. pasien.

Insani, Histophatological 12 biopsi otot anak Klinis pasien DMD/BMD pseudo


2015 and clinical profile dan dewasa hypertrofi betis (62,5%),Gower
of patients with (100%), gaya berjalan abnormal
DMD in Dr Metode:deskriptif (81,25%).
Sardjito hospital. analitik.

Anda mungkin juga menyukai