Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN (Hb)

DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK SEKOLAH DASAR


DI KELURAHAN BUNAKEN KOTA MANADO SULAWESI UTARA
Marla M. Tuturoong, Nancy S.H Malonda, Nova H. Kapantow
Bidang Minat Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado

RINGKASAN

Latar belakang: Hemoglobin adalah senyawa pembawa oksigen yang ada pada sel darah merah. Kadar
hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan,
ataupun disebabkan oleh kecacingan. Anak usia sekolah dasar adalah generasi penerus bangsa, sehingga
diharapkan bisa memiliki kualitas yang sangat baik di sekolah yang bisa dilihat dari hasil prestasi belajar di
sekolah. Kadar Hemoglobin (Hb) yang kurang dalam darah akan menyebabkan seseorang kurang konsentrasi,
merasa lelah, lesu yang sangat berpengaruh pada prestasi belajar pada anak sekolah. Metode penelitian:
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cros sectional study. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV dan V SD yang berjumlah 96 responden, yang berada di SD
Negeri 1 Bunaken dan SD Inpres Bunaken Kelurahan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara. Sampel dalam
penelitian ini yang memenuhi kriteria penelitian yaitu sebanyak 75 orang. Pengukuran kadar hemoglobin (Hb)
menggunakan metode cyanmethemoglobin. Hasil prestasi belajar didapat dari nilai hasil murni pelajaran
matematika pada ujian semester. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
menggunakan fisher exact. Hasil penelitian: Untuk melihat hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan
prestasi belajar digunakan analisi bivariat dengan menggunakan fisher’s  exact  test. Selanjutnya hasil uji dengan
fisher exact pada tingkat kemaknaan 95% berdasarkan uji fisher exact tidak ada hubungan antara kadar
hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar anak sekolah (p=0,369) yakni lebih besar dibandingkan α=0,05.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar anak sekolah.

Kata kunci : Kadar Hemoglobin (Hb), Prestasi Belajar

Background: In Indonesian nutritional deficiency anemia is still one of the major nutritional problems. The
prevalence of anemia in Indonesia in 2007 according to reference the Basic Health Research (RISKESDAS)
amounted to 11.9%. The prevalence of anemia among women in North Sulawesi is at 4.5% and the prevalence
of anemia in children in North Sulawesi by 3.0%. Hemoglobin levels (Hb) that is lacking in a person's blood
would cause lack of concentration, feeling tired, lethargic and so highly correlated with academic achievement
in school children. Methods: This research uses the methods of observational analytic approach cros sectional
study. The population in this study are all child classes IV and V SD, amounting to 96 respondents, who are in
elementary school SD Negeri 1 Instruction Bunaken Bunaken and Bunaken village Manado North Sulawesi.
The samples in this study met the study criteria were as many as 75 people. Measured levels of hemoglobin
(Hb) using the method cyanmethemoglobin. Achievement results obtained from the value of pure math results
on the semester exam. Statistical tests were used to analyze the relationship between variables using fisher
exact. Results of the study: To look at the relationship between hemoglobin levels (Hb) with academic
achievement used bivariate analysis using Fisher's exact test. Further test results with exact fisher at 95%
significance level based on Fisher's exact test there was no relationship between the levels of hemoglobin (Hb)
with school children learning achievement (p = 0.369) which is greater than α = 0.05. Conclusion: There is no
relationship between the levels of hemoglobin (Hb) with school children's learning achievement.

Keywords: Levels of hemoglobin (Hb), Learning Achievement

1
PENDAHULUAN kronis akibatnya anak menjadi lesu, cepat
Anemia defisiensi zat besi adalah jenis anemia lelah, tidak bersemangat, dan bisa mengalami
yang paling sering ditemukan di dunia dan berbagai penyakit (Devi, 2012). Prestasi
merupakan salah satu masalah kesehatan belajar merupakan hasil yang telah dicapai
masyarakat dunia yang erat kaitannya dengan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses
gizi. Prevalensi anemia secara global adalah belajar mengajar dalam waktu tertentu baik
sekitar 51%. Anemia defisiensi zat besi lebih perubahan tingkah laku, keterampilan dan
cenderung berlangsung di negara yang sedang pengetahuan dan kemudian akan diukur dan
berkembang, dibandingkan negara yang sudah dinilai yang kemudian diwujudkan dalam
maju (Arisman, 2010). Di Indonesia, anemia angka atau pernyataan (Syah, 2010).
defisiensi gizi masih merupakan salah satu Kelurahan Bunaken merupakan salah
masalah gizi yang utama. Prevalensi anemia di satu kelurahan yang terletak di Pulau Bunaken
Indonesia pada tahun 2007 menurut acuan dan berada di wilayah Kota Manado. Kota
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) adalah Manado   memiliki   visi   untuk   “Menjadi   Kota  
sebesar 11,9%. Anemia pada perempuan Ekowisata   tahun   2015”.   Bunaken   juga  
dewasa sebesar 11,3% dan sebesar 12,8% merupakan salah satu tempat parawisata yang
pada     anak   (≤   14   tahun. Prevalensi anemia sudah cukup terkenal secara global. Untuk
pada perempuan di Sulawesi Utara adalah mencapainya, perlu adanya pembangunan
sebesar 4,5% dan prevalensi anemia pada sumberdaya manusia yang baik dan produktif.
anak-anak di Sulawesi Utara sebesar 3,0% Melihat belum adanya penelitian yang
(Depkes, 2008). dilakukan di Kelurahan Bunaken dan
Anemia defisiensi zat besi pada berdasarkan data–data yang telah didapatkan
dasarnya dipengaruhi secara langsung oleh dan dipaparkan diatas, dimana masalah anemia
konsumsi makanan yang kurang mengandung defisiensi zat besi berhubungan erat dengan
zat besi seperti daging, ikan, hati ayam dan tingkat konsentrasi sehingga dapat
lain sebagainya. Secara umum, konsumsi berpengaruh terhadap kecerdasan anak sekolah
makanan sangat berkaitan dengan status gizi, dan pencapaian akademik (prestasi). Melihat
dimana bila makanan yang dikonsumsi keadaan lingkungan sekolah yang didalamnya
mengandung zat besi dan memiliki nilai yang termasuk sarana dan prasarana cukup baik,
baik maka status gizi dari seseorang atau jumlah tenaga pengajar (guru) yang tingkat
individu akan baik juga, sebaliknya bila pendidikan S1 hanya sedikit orang, konsumsi
makanan yang dikonsumsi tidak mengandung makanan yang kurang mengandung zat besi,
zat besi dan tidak memiliki nilai yang baik maka penulis tertarik untuk melakukan
maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan penelitian mengenai hubungan antara kadar
dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar pada
(Hapzah dkk, 2012). Salah satu kelompok anak sekolah dasar di Kelurahan Bunaken kota
yang rentan menderita anemia adalah anak Manado Sulawesi Utara.
sekolah, karena pada anak usia sekolah berada
dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan METODE
zat gizi yang tinggi khususnya zat besi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan 1. Jenis penelitian
zat besi berpengaruh pada perkembangan Jenis penelitian yang digunakan adalah
mental, anak memiliki perkembangan penelitian observasional analitik dengan
psikomotor lebih rendah dari pada anak sehat, pendekatan cross sectional. Penelitian ini
prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan dilaksanakan di sekolah dasar yang ada di
dengan anak normal (Nakita, 2010). Kelurahan Bunaken yaitu, SD Negeri 1
Kekurangan zat besi pada anak akan Bunaken dan SD Inpres Bunaken kota Manado
menyebabkan pertumbuhan kurang optimal, Sulawesi Utara, dan dilakukan pada bulan
kemampuan belajar menurun dan dihubungkan Januari sampai Maret 2013.
dengan intelligence quotient (IQ) yang rendah 2. Populasi dan Sampel
(Lokollo dkk, 2010). Zat besi penting untuk Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
pembentukan sel darah merah, sehingga kelas IV dan V yang ada di SD Negeri 1
kekurangan zat ini bisa menimbulkan anemia Bunaken dan SD Inpres Bunaken Kelurahan
sehingga anak akan kekurangan oksigen secara

2
Bunaken, yaitu sebanyak 96 orang. Sampel pada penelitian ini adalah 75
siswa yang telah memenuhi kriteria. Kriteria dan data berupa identitas atau biodata siswa
inklusi: Bersedia menjadi sampel dalam yang diperoleh dari sekolah siswa tersebut.
penelitian. Kriteria eksklusi: Keseluruhan analisis data dan uji statistik
1) Umur  <  9  tahun  dan  ≥  12   dibuat menggunakan komputer melalui
2) Sakit kronis program Microsoft Exel 2007 dan Statistikal
3) Sedang Menstruasi (haid) Product and Service Soltion version 2.0 for
3. Variabel Penelitian window. Kemudian data yang telah
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dikumpulkan diolah dan disajikan dalam
adalah: bentuk tabel distribusi frekuensi, dan untuk
1. Variabel Terikat (dependen) : Prestasi melihat hubungan antara kadar hemoglobin
belajar . (Hb) dengan prestasi belajar digunakan
2. Variabel bebas (independen) : Kadar analisis bivariat dengan menggunakan Chi
hemoglobin (Hb). Square, tetapi persyaratan uji belum memenuhi
4. Instrumen Penelitian syarat karena ada sel yang nilai ekspetasinya <
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini 5 maka uji tersebut dilanjutkan dengan
terdiri dari: menggunakan uji Fisher’s  exact  test.
1. Kuesioner, untuk mengetahui identitas dan
karekteristik responden. HASIL
2. Alat tulis menulis.
3. Komputer untuk mengolah data, 1. Karakteristik Responden
menggunakan program SPSS versi 20.00. Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah
4. Alat ukur kadar hemoglobin dan kadar dasar kelas IV dan V yang ada di SD Negeri 1
feritin yang tardiri dari: Bunaken dan SD Inpres Bunaken Kelurahan
a. Alat ukur kadar hemoglobin, yaitu Bunaken Kota Manado, dan jumlah responden
tabung EDTA, tabung cuvet , kolorimeter, dalam penelitian ini sebanyak 75 orang yang
jarum suntik, tourniquet, plester dan telah memenuhi kriteria penelitian. Jenis
alkohol swab. kelamin menunjukan jumlah responden paling
b. Alat ukur kadar feritin, yaitu tabung non banyak adalah jenis kelamin laki-laki,
EDTA dan alat pemeriksaan feritin sebanyak 38 orang (50,7%) sedangkan umur
yang bernama Mini Vidas. responden yang paling banyak adalah umur
5. Reagensia: 10 tahun sebanyak 35 orang (46,7%).
a. Reagen untuk pemeriksaan hemoglobin Pendidikan orang tua dalam hal ini ayah yang
yaitu, larutan kalium ferrosianida paling banyak adalah pendidikan SMP yaitu
(K3Fe(CN)6) 0,6 mmol/L dan larutan sebanyak 37 orang (49,3%). Melihat
kalium sianida (KCN) 1,0 mmol/L. pendidikan orang tua ternyata tidak membuat
b. Reagen untuk pemeriksaan feritin yaitu mereka tidak ada pekerjaan, hal ini dapat
reagen standar dan reagen kontrol yang dilihat dari pekerjaan orang tua yang paling
terdapat dalam strip. banyak yaitu sebagai nelayan atau petani
5. Jenis Data dengan pendapatan sebanyak 39 orang (52%).
Jenis data, yaitu:
1. Data primer meliputi karakteristik
responden, kadar hemoglobin dan kadar
feritin.
2. Data Sekunder meliputi hasil evaluasi
belajar siswa pada pelajaran matematika

3
2. Tabel distribusi berdasarkan hasil kadar (40%) dan responden berada pada kategori
hemoglobin (Hb) baik sebanyak 45 orang (60%).

4. Tabel distribusi berdasarkan hasil kadar


Kadar Jumlah Persen (%) feritin.
Hemoglobin
(Hb) Kadar Feritin Jumlah Persen (%)
Normal (Tidak 70 93,3
Anemia) Normal 65 86,7
Rendah 5 6,7
(Anemia) Rendah 10 13.3
Total 75 100 Total 75 100

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar feritin


Tabel 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar menunjukan bahwa responden dengan kadar
hemoglobin (Hb) menunjukan bahwa feritin rendah sebanyak 10 orang (13,3%) dan
responden tidak anemia sebanyak 70 orang responden dengan kadar feritin normal
(93,3%) dan responden dengan anemia sebanyak 65 orang (86,7%).
sebanyak 5 orang (6,7%).

3.Tabel distribusi berdasarkan hasil


prestasi belajar

Prestasi Jumlah Persen


Belajar (%)

Baik 45 60

Kurang 30 40

Total 75 100

Hasil pada tabel 3. Menunjukan bahwa hasil


prestasi belajar responden berada pada
kategori kurang, yaitu sebanyak 30 orang

4
5. Tabel Hubungan antara Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Prestasi Belajar.

Prestasi Belajar
Kadar Hemoglobin
Total (%) p*
(Hb) Baik Kurang

Normal (Tidak Anemia) 44 (62,9%) 26 (37,1%) 70 (100%)

Rendah (Anemia) 2 (40 %) 3 (60 %) 5 (100%) 0,369

Jumlah 45 (60%) 30 (40%) 75 (100%)

* Fisher’s  Exact  Test

Bedasarkan pada tabel 5. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 70 responden yang tidak
anemia terdapat 44 (62,9%) yang prestasi belajar baik dan 26 (37,1%) yang prestasi belajarnya
kurang. Sedangkan sebanyak 5 responden yang mengalami anemia terdapat 2 (40 %) yang prestasi
belajarnya baik dan 3 (60 %) yang prestasi belajarnya kurang. Berdasarkan hasil uji dengan Fisher’s  
Exact Test diperoleh taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,369 yakni   lebih   besar   dibandingkan   α
=0,05.berarti bahwa hipotesis diterima dan menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar.

PEMBAHASAN dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai


cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga
1. Karakteristik Responden yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang
Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah terpenuhi, akibatnya kesehatan anak
dasar kelas IV dan V yang ada di SD Negeri 1 terganggu, sehingga belajar anak juga
Bunaken dan SD Inpres Bunaken Kelurahan terganggu (Slameto, 2010). Kejadian defisiensi
Bunaken Kota Manado, dan jumlah responden zat besi lebih banyak di negara-negara
dalam penelitian ini sebanyak 75 orang yang berkembang terutama negara dengan sosial
telah memenuhi kriteria penelitian. Jenis ekonomi rendah seperti terlihat pada hasil
kelamin menunjukan jumlah responden paling pendapatan keluarga (Adnyana, 2007).
banyak adalah jenis kelamin laki-laki,
sebanyak 38 orang (50,7%) sedangkan umur 2. Kadar Hemoglobin (Hb)
responden yang paling banyak adalah umur Kadar Hemoglobin (Hb merupakan parameter
10 tahun sebanyak 35 orang (46,7%). yang paling mudah digunakan dalam
Pendidikan orang tua dalam hal ini ayah yang mementukan status anemia pada seseorang.
paling banyak adalah pendidikan SMP yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebanyak 37 orang (49,3%). Melihat dilakukan pada anak sekolah dasar di
pendidikan orang tua ternyata tidak membuat Kelurahan Bunaken kota Manado Sulawesi
mereka tidak ada pekerjaan, hal ini dapat Utara, didapatkan responden yang tidak
dilihat dari pekerjaan orang tua yang paling anemia sebanyak 70 orang (93,3%). Menurut
banyak yaitu sebagai nelayan atau petani Sinaga, E (2005) Kadar hemoglobin
dengan pendapatan sebanyak 39 orang (52%) dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang
dan keluarga lebih banyak memiliki kurang mengandung zat besi, aktifitas yang
pendapatan   rendah   yaitu   ≤   Rp.   1.000.000.     berlebihan, ataupun disebabkan oleh
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya kecacingan. Anak usia sekolah dasar adalah
dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar generasi penerus bangsa, sehingga diharapkan
selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, bisa memiliki kualitas yang sangat baik di
misalnya makan, pakaian, perlindungan sekolah yang bisa dilihat dari hasil prestasi
kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan belajar di sekolah. Ketersediaan sumber bahan
fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, makanan yang mengandung protein dan zat
kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku- besi ditunjang oleh pendapatan. Berdasarkan
buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya

5
penelitian Briawan, D (2011) pada anak usia mengalami perkembangan kognitif
6-16 tahun di USA menunjukan nilai (perkembangan memori, perkembangan
matematika lebih rendah pada mereka yang pemikiran kritis, perkembangan kreativitas dan
defisiensi besi dibandingkan yang normal. perkembangan bahasa). Karena itu, saat ini
Anak-anak yang defisiensi besi mempunyai anak benar-benar membutuhkan perhatian dan
risiko 2,3-2,4 kali dibandingkan anak normal, dukungan dari orang tua dalam menghadapi
untuk memperoleh nilai matematika di bawah perkembangan yang pesat. Anak memerlukan
rata-rata, karena anemia defisiensi besi nutrisi yang cukup dan seimbang agar proses
mempengaruhi konsentrasi dan prestasi berpikir, belajar dan beraktivitas tidak
belajar. Adapun penelitian lainnya yang terhambat (Devi, 2012). Anak juga termasuk
dilakukan di Sekolah Menengah Pertama dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif
(SMP) N 11 Manado didapatkan hasil tidak terutama pada perkembangan otaknya untuk
ada hubungan anemia dengan hasil belajar mencapai prestasi belajar (Zulaihah, 2006).
siswi. Apabila konsumsi zat besi dan protein
dalam tubuh berkurang, maka kadar 4. Feritin
hemoglobin dalam darah juga berkurang Sampel dalam penelitian ini berjumlah 75
(Maarial, N 2011). orang. Hasil penelitian ini menunjukan banyak
responden yang memiliki kadar feritin normal
3. Prestasi belajar sebanyak 65 orang (86,7%). Sedangkan yang
Prestasi belajar adalah nilai yang diperoleh memiliki kadar feritin rendah sebanyak 10
dari hasil evaluasi belajar semester tahun 2013 orang (13,3%). Berdasarkan penelitian
pada pelajaran matematika dari data siswa SD responden laki-laki yang memiliki kadar
Negeri 1 Bunaken, dan SD INPRES Bunaken. feritin rendah ada 5 orang dan responden
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat perempuan yang memiliki kadar feritin rendah
menunjukan bahwa hasil prestasi belajar ada 5 orang juga. Dengan nilai normal Laki-
responden berada pada kategori kurang, yaitu laki: 32,9 µg/l dan perempuan: 30,6 µg/l, dan
sebanyak 30 orang (40%). Prestasi belajar dikategorikan nilai kurang apabila Laki-laki: <
merupakan usaha yang dilakukan siswa untuk 32,9 µg/l dan perempuan: < 30,6 µg/l Gibson
dapat memperoleh suatu perubahan tingkah (2005). Berbeda denga teori menurut Siregar
laku, nilai, dan sikap (Salmeto,2010). Anemia R (2012) mengatakan pada semua usia kadar
defisiensi zat besi dapat menyebabkan feritin akan rendah < 12 µg/l apabila terjadi
konsentrasi belajar menurun, sehingga defisiensi zat besi. Kadar feritin yang normal
mempengaruhi prestasi belajar pada anak dipengaruhi oleh konsumsi zat besi yang ada
sekolah apabila terus berlangsung lama. dalam tubuh. Kadar feritin serum
Dalam belajar juga yang sangat menentukan mencerminkan status simpanan total zat besi
adalah tingkat kecerdasan siswa-siswi, karena dalam tubuh. Umumnya pengukuran kadar
semakin tinggi kecerdasan siswi maka akan feritin dianggap sebagai pemeriksaan pilihan
baik pila hasil belajar yang diperoleh siswa- untuk memperkirakan besarnya simpanan zat
siswi (Syah, 2010). Berdasarkan hasil besi (Gibney dkk, 2009). Penurunan kadar
penelitian menunjukan bahwa 55 orang feritin dapat menyebabkan anemia defisiensi
(73,3%) responden yang memiliki prestasi zat besi dan kehilangan banyak darah sehingga
belajar yang baik. Faktor-faktor yang salah satunya dapat menyebabkan konsentrasi
mempengaruhi belajar yang baik yaitu belajar menurun, sehingga mempengaruhi
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi prestasi belajar pada anak sekolah dasar
guru dengan siswa relasi siswa dengan siswa, apabila terus berlangsung lama (Almatsier,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, 2009). Zat besi penting untuk pembentukan sel
standar pelajaran, keadaan gedung, metode darah merah, sehingga kekurangan zat ini bisa
belajar dan tugas rumah (Slameto, 2010). menimbulkan anemia atau penyakit kurang
Menurut Khomsan, A. (2012) ada tiga hal darah. Sel darah merah punya tugas
yang mempengaruhi kecerdasan seseorang mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika
anak yaitu genetik, lingkungan dan gizi. Faktor terjadi kekurangan, anak akan kekurangan
genetik merupakan potensi dalam oksigen secara kronis. Akibatnya anak menjadi
perkembangan kecerdasan. Pada periode anak lesu, cepat lelah, tidak bersemangat dan bisa
menjalani pendidikan dasar merupakan titik mengalami berbagai penyakit (Devi, 2012).
awal anak mengenal sekolah dan anak

6
5. Hubungan antara Kadar Hemoglobin berdasarkan hasil penelitian di simpulkan
dengan prestasi belajar. bahwa murid SD Negeri 3 Manado sebagian
Berdasarkan hasil yang di dapatkan dalam besar 65,1% memiliki kebiasaan makan pagi
peneltian ini yaitu tidak terdapat hubungan dan berdasarkan pemeriksaan kadar
antara kadar hemoglobin dengan prestasi hemoglobin sebagian besar murid SD Negeri 3
belajar dengan nilai (p=0,383) Bedasarkan Manado berada pada kategori normal atau
pada tabel Hasil penelitian menunjukan tidak anemia, dan terdapat hubungan yang
bahwa terdapat 70 responden yang tidak bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan
anemia terdapat 44 (62,9 %) yang prestasi kejadian anemia pada murid SD Negeri 3
belajar baik dan 26 (37,1 %) yang prestasi Manado. Hal ini menunjukan bahwa tingkat
belajarnya kurang. Sedangkan sebanyak 5 pengetahuan makan pagi atau sarapan pagi
responden yang mengalami anemia terdapat 2 sudah cukup baik. Prestasi belajar siswa juga
(40 %) yang prestasi belajarnya baik dan 3 (60 dapat dipengaruhi oleh teman-teman yang ada
%) yang prestasi belajarnya kurang. disekitar. Teman yang baik akan berpengaruh
Berdasarkan hasil uji dengan Fisher’s   Exact   baik terhadap diri anak (siswa) begitu juga
Test diperoleh taraf signifikansi atau nilai p sebaliknya, teman yang tidak baik pasti akan
sebesar 0,369 yakni lebih besar dibandingkan memebrikan pengaruh yang buruk bagi anak
α =0,05.berarti bahwa hipotesis diterima dan tersebut. Selain itu juga kehidupan masyarakat
menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan disekitar siswa juga berpengaruh terhadap
antara kadar hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar anak. Masyarakat yang terdiri dari
belajar. Hal ini tidak sesuai dengan teori-teori orang-orang yang tidak berpendidikan,
yang didapat yang menunjukkan bukti bahwa penjudi, suka mencuri dan mempunyai
defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kebiasaan yang kurang baik, akan berpengaruh
kemampuan belajar dan produktivitas kerja buruk kepada siswa yang berada di lingkungan
(Almatsier, 2009). Dikatakan bahwa pada sekitar. Anak tertarik untuk ikut berperilaku
kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang
tampak menurun (Sediaoetama, 2010). ada disekitarnya. Akibatnya konsentrasi
Berdasarkan hasil penelitian pada belajar terganggu dan bahkan anak bisa
siswi SMP Negeri 11 Manado dengan jumlah kehilangan semangat belajar karena perhatian
sampel 55 siswi menunjukkan hasil semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke
penelitiannya sama seperti peneltian yang perbuatan yang tidak baik yang dilakukan oleh
telah dilakukan bahwa tidak terdapat orang-orang yang ada disekitarnya (Slameto,
hubungan antara kejadian anemia dengan hasil 2010).
belajar (Maarial N, 2011). Berdasarkan Anak sekolah merupakan salah satu
penelitian lain yang dilakukan di SK kelompok yang rentan menderita anemia
Taqwiyatul Wathon Tambak Lorong karena anak usia sekolah berada pada masa
Semarang Utara mengenai hubungan antara pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang
kecukupan asam eiksapentanoat (EPA), dan tinggi termasuk zat besi. Selain itu, anak usia
asam dokosheksanoat (DHA) ikan dan status sekolah sangat aktif bermain dan banyak
gizi dengan prestasi belajar didapatkan tidak kegiatan, baik di sekolah maupun di
memiliki hubungan yang signifikan antara lingkungan rumah yang menyebabkan
status gizi dengan prestasi belajar siswa menurunnya nafsu makan sehingga konsumsi
(Zulaihah, 2006). Kemungkinan juga ada makanan tidak seimbang (Notoadmodjo,
faktor-faktor lain yang lebih berhubunngan 2010). Pada anak usia 6-16 tahun di USA
dengan prestasi belajar anak sekolah yaitu, menunjukan nilai matematika lebih rendah
faktor internal (dalam diri) individu seperti pada mereka yang defisiensi besi
kemampuan yang dimilikinya, minat dan dibandingkan yang normal. Anak-anak yang
motivasi serta faktor-faktor lainnya. Faktor defisiensi besi mempunyai risiko 2,3-2,4 kali
eksternal (diluar individu) diantaranya dibandingkan anak normal, untuk memperoleh
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat nilai matematika di bawah rata-rata (Briawan
(Herijulianti dkk, 2002). Adapun D, 2011). Berdasarkan penelitian yang
penelitian lain yang telah dilakukan oleh dilakukan di beberapa SMA di Provinsi
Tandirerung U.E (2013), mengenai hubungan Sumatra Utara menunjukan hubungan yang
kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia signifikan antara sarana prasarana atau media
pada murid SD Negeri 3 Manado bahwa

7
belajar dengan prestasi belajar siswa DAFTAR PUSTAKA
(Rajaguguk, 2008). Adnyana L, 2007. Hubungan Feritin Serum
dengan Kadar IL-2 pada Penerita Anemia
Defisiensi Besi. Ilmu Penyakit Dalam.
PENUTUP Vol. 8. No. 1.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
1.Kesimpulan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan.
di atas, maka dapat disimpulkan sebagai Jakarta: EGC.
berikut: Briawan D, 2011. Faktor Risiko Anemia pada
Siswi Peserta Program Suplementasi.
1. Hasil pemeriksaan kadar feritin pada anak Jurnal Gizi dan Pangan, 6 (1): 74-83.
sekolah dasar di Kelurahan Bunaken kota Departemen Kesehatan RI. 2008. RISKESDAS.
Manado Sulawesi Utara menunjukan Jakarta: Depkes RI.
bahwa responden dengan kadar feritin Devi Nirmala, 2012. Gizi Anak Sekolah.
rendah sebanyak 10 orang (13,3%) dan Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
responden dengan kadar feritin normal
sebanyak 65 orang (86,7%). Gibney M, Margetts B.M, Kearney J.M, Arab
L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat.
2. Hasil kadar hemoglobin (Hb) pada anak Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
sekolah dasar di Kelurahan Bunaken kota Gibson, R.S. 2005. Principles of nutritional
Manado Sulawesi Utara yang tidak anemia assessment. New York: Oxford
sebanyak 70 orang (93,3%) dan yang University press.
anemia sebanyak 5 orang (6,7%). Hapzah: Yulita, R. 2012. Hubungan
2. Hasil dari Prestasi Belajar pada anak Pengetahuan dan Status Gizi terhadap
sekolah dasar di Kelurahan Bunaken kota Kejadian Anemia Remaja Putri Pada
Manado Sulawesi Utara dengan kategori Siswi Kelas III di SMAN 1 Tinambung
kurang, yaitu sebanyak 30 orang (40%) dan Kabupaten Polewali Mandar. Media Gizi
pada kategori baik sebanyak 45 orang Pangan, Vol XIII, Edisi 1.
(60%). Herlijulianti, E, Indriani, T, S, Artini, S. 2002.
3. Tidak terdapat hubungan antara kadar Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta :
hemoglobin (Hb) dengan prestasi belajar Penerbit Buku Kedokteran EGC.
pada anak sekolah dasar di Kelurahan Khomsan, A. 2012. Ekologi Masalah Gizi
Bunaken kota Manado Sulawesi Utara. Pangan dan Kemiskinan. Bandung :
Penerbit Alfabeta.
2. Saran Lokollo dkk, 2010. Perbedaan Kadar Feritin
1. Perlunya dilakukan penyuluhan kepada Serum pada Anak dengan dan bukan
orang tua dan anak-anak mengenai dampak pada tuberculosis paru. Sari Pediatri,
yang ditimbulkan akibat kadar hemoglobin, Vol. 11, No. 5.
sehingga faktor risiko yang berhubungan Maarial. N. 2011. Hubungan antara kejadian
dengan kadar hemoglobin rendah dapat anemia dengan hasil belajar siswi Smp
dihindari. negeri 11 Manado. Avalaible on
2. Bagi tenaga pengajar atau guru perlu (http://idimanado.org/wp-
memberikan penyuluhan atau motivasi content/uploads/2012/07/HUBUNGAN-
belajar secara terus menerus agar siswa ANTARA-KEJADIAN-ANEMIA-
siswi sehingga bisa meningkatkan motivasi DENGAN-HASIL-BELAJAR-SISWI.pdf
belajar mereka. diakses pada tanggal 05 January 2013).
3. Siswa-siswi diharapkan dapat lebih Nakita. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi
semangat lagi dalam belajar dan Seimbang. Jakarta: Kompas Gramedia.
meningkatkan motivasi belajar agar bisa Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan &
mendapatkan nilai hasil belajar yang baik Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.
sehingga mendapatkan prestasi belajar Rajaguguk, W. 2008. Upayah Meningkatkan
yang baik pula. Hasil Belajar Matematika Siswa SMA
Sesuai Tuntutan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan Kurikulum Tingakat

8
Satuan. (Online) (http://
jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/310845
51.pdf diakses pada tanggal 20 April
2013).
Salmeto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sediaoetama, AD. 2010. Ilmu Gizi Untuk
Mahasiswa dan Provesi (jilid II). Dian
Rakyat: Jakarta.
Sinaga E. 2005. Hubungan antara Kadar HB
dengan Prestasi Belajar pada Murid SD
Negeri No. 173728 Lobutua Kecamatan
Palipi Kabupaten Samosir 2005.
Siregar R, Nugroho W, Lestari D. 2012.
Hubungan Kadar Feritin dengan
Morbiditas pada Anak dengan
Gizi Kurang. Sari Pediatri, Vol. 13, No.
6.
Syah M. 2010. Psikologi Belajar.Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Zulaihah, 2006. Hubungan Kecukupan Asam
Eikosapentanoat (EPA), Asam
Dokosaheksanoat (DHA) Ikan dan Atatus
Gizi dengan Prestasi Belajar. Jurnal Gizi
Indonesia, Vol. 1, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai