Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Metode

Demonstrasi Dan Metode Komik Terhadap Cuci Tangan


Pakai Sabun Pada Siswa Sekolah Dasar

Penelitian Keperawatan Anak

IRENE PRADITA
1411311001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dan kualitas hidup melalui pembangunan Sustainable Defelopmen

Goals ( SDGs ). Sebagai upaya terwujudnya komitmen tersebut perlu

dipersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yang sehat dan

memiliki kepribadian yang tangguh (Kemenkes RI,2013). Anak sebagai

generasi penerus bangsa tidak luput dari sebuah permasalahan, terutama

masalah kesehatan.

Untuk mencapai kondisi sehat harus mengubah perilaku dari yang

tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat (

Menurut Kementrian Kesehatan RI 2014). Kemenkes RI tahun 2015,

membuat suatu kebijakan pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019

adalah program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial

dan pemerataan pelayanan kesehatan. Satu diantara beberapa pokok

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJM ) 2015-2019

adalah meningkatkan pengendalian penyakit.salah satunya melalui upaya

tindakan cuci tangan pakai sabun (Kepmenkes RI, 2015).

Badan Kesehatan PBB World Health Organization (WHO 2011)

menjelaskan bahwa kedua tangan adalah salah satu jalur utama masuknya

kuman penyakit ke dalam tubuh. Tangan merupakan bagian tubuh yang


paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit, contohnya seperti

berjabat tangan, setelah memegang uang, memegang mainan, dan fasilitas

umum lainnya. Dampak yang terjadi pada anak jika tidak dibiasakan untuk

mencuci tangan maka akan mempermudah masuknya bibit penykit kedalam

tubuh , hal ini akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit diare,

cacingan, infeksi tangan (Chuluq, dkk 2013). Direktur kesehatan keluarga,

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, Eni Gustina mengatakan bahawa

cuci tanagn pakai sabun dapat mencegah Diare.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah

kesehatan yaitu Diare yang merupakan penyakit edemis yang terdapat

sepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim penghujan dan

kemarau.diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun di

Indonesia meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena infeksi

diare (Kementrian Kemenkes RI, 2011). Menurut Departemen Kesehatan

tahun 2015 menyatakan bahwa terjadi 1.213 kasus diare yang

mengakibatkan kematian sebanyak 30 orang pada tahun itu. Pada tahun

2016 kasus Diare yang ditangani sebanyak 2.544.084 kasus, atau 36,8%.

Menuru Profil Kesehatan Sumatra Barat tahun 2014 melaporkan

bahwa jumlah kasus diare yang datang kesarana kesehatan sebanyak

106.205 kasus, dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 112.986 kasus.

Pentingnya mencuci tangan pakai sabun sangat baik dan benar ini didukung

oleh World Health Organization (WHO) dimana WHO telah mencanangkan

setiap tanggal 15 Oktober sebagai Hari Cuci tangan Pakai Sabun sedunia

yang diikuti oleh 20 negara didunia, salah satunya adalah Indonesia.


Menurut WHO menyatakan cuci tangan memakai sabun bisa menurunkan

angka diare hingga 47%. Data Riset Keperawatan Dasar Tahun 2013

proposi perilaku cuci tangan secara benar sebesar 47,0% ada lima provinsi

yang terendah diantaranya adalah Sumatra Barat 29,0%, Papua 29,5%,

Kalimantan Selatan 32,3% Sumatra Utara 32,9% dan Aceh 33,6%. Angka

kesakitan (Morbiditas) penduduk kota padang tahun 2015 pada balita dan

anak-anak yang menderita penyakit Diare 7,8% (DKK Padang,2015).

Menurut Prof Ali Ghufron memaparkan pada hasil Riskesdas tahun

2013, proporsi penduduk umur>10 tahun yang berperilaku cuci tangan

dengan benar di Indonesia meningkat dari 23,2% pada tahun 2007 menjadi

47,0% pada tahun 2013. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan

Abdiwahab dkk, menunjukkan bahwa pemberian edukasi mencuci tangan

pakai sabun dan intervensi pendidikan mengurangi angka diare dibawah

usia lima tahun di kabupaten jigjiga, Eropa Timur (Abdiwahab dkk ,2017).

Setiap anak dapat melakukan cuci tangan pakai sabun untuk

mencegah resiko terjadinya diare. Anak merupakan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan dan cara untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau

individu untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Dengan kata lain, adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat

membawa akibat tentang perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo,2013).


Dalam melakukan penyuluhan, tentunya alat bantu sangat diperlukan guna
memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu merupakan sebuah benda yang
dapat dilihat,didengar dan diraba yang digunakan dalam menyampaikan atau
menjelaskan secara lisan agar materi lebih mudah dipahami dan diterima oleh
sasaran. Alat bantu dapat berupa media pendidikan kesehatan yang secara umum
terbagi atas 3, yaitu media cetak, media elektronik dan media papan. Media cetak
dapat berupa booklet (buku), leaflet (lembar lipat), flyer (selebaran), flip chart
(lembar balik), rubrik, poster dan foto. Untuk Media elektronik dapat berupa
televisi (TV), radio, Video Compact Disc (VCD), Slide, dan film strip. Sedangkan
Media papan dapat berupa papan/billboard (Dony.dkk, 2014)

Tetapi faktanya model penyuluhan yang sering dilakukan tidak tepat


sasaran, apalagi yang menjadi obyek sasarannya adalah siswa sekolah dasar yang
masih dalam tahap perkembangan. Mereka tentunya akan tertarik dengan hal-hal
yang dekat dengan dunia mereka dan media yang tidak asing dengan mereka
sehingga dengan mudah mengetahui dan mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-harinya (Setiawan, 2014).

Peranan media dalam pendidikan kesehatan sangatlah penting agar

pendidikan kesehatan lebih menarik dan mudah dimengerti oleh anak

Anda mungkin juga menyukai