Anda di halaman 1dari 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/314434474

PROFIL LIPID DAN INDEKS ATEROGENIK TIKUS


PUTIH (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769)
HIPERLIPIDEMIA DENGA....

Conference Paper · September 2016

CITATIONS READS

0 271

8 authors, including:

Noor Nailis Sa'adah Rarastoeti Pratiwi


Institut Teknologi Sepuluh Nopember Gadjah Mada University
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 30 PUBLICATIONS 128 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GABA, diabetes, A.altilis View project

1. Bioprospect of Parijoto (Medinilla speciosa) Extract as Anti-hyperlipidemia: Reduce The Atherogenic


index of Rats View project

All content following this page was uploaded by Noor Nailis Sa'adah on 10 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

PROFIL LIPID DAN INDEKS ATEROGENIK TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus


Berkenhout, 1769) HIPERLIPIDEMIA DENGAN ASUPAN PELET NASI DAN BEKATUL
BERAS HITAM (Oryza sativa L.) “CEMPO IRENG”

Noor Nailis Sa’adah1, Rarastoeti Pratiwi2*


1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya, Indonesia.
2
Jurusan Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

*Corresponding author : Telp. (0274) 902350, 580839, Fax. (0274) 580589,


Email: rarastp@yahoo.com*
___________________________________________________________________________________________________

ABSTRACT

Diet with high lipids cause hyperlipidemia. Hyperlipidemia stimulate leukocytes to produce ROS (Reactive
Oxygen Species) thereby increasing LDL oxidation. Macrophages phagocyt oxidized-LDL and form plaque.
Black rice has high fiber and anthocyanin, which act as antioxidants and can improve the hyperlipidemia
condition. This study was aimed to determine lipid profile and atherogenic index of hyperlipidemic Wistar rats
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) which consumed rice and bran of black rice (Oryza sativa L.) “Cempo
Ireng”. The research was done with pre and post test randomized control group design. Rats were given a
mixture of lard and duck egg yolk (1:1), and pure cholesterol (2% of total volume) orally as much as 1% of body
weight (BW) for 30 days. After hyperlipidemia achieved, rats were divided into 4 group: normal rats,
hyperlipidemic rats, hyperlipidemic rats were fed a diet of 30% black rice pellet, and hyperlipidemic rats were fed
a diet of 10% black rice bran pellet. Blood samples were collected when rats in hyperlipidemia conditions and
after treatment with black rice for 30 days. The data of total cholesterol, HDL-Cholesterol level, and atherogenic
index were analyzed using ANOVA followed by Tukey test at 5% significance level. The result showed that
feeding pellet of rice and bran of black rice "Cempo Ireng" in hyperlipidemic rats decreased the total cholesterol
levels and increased of HDL-cholesterol levels significantly (p<0.05), so atherogenic index decreased
significantly too. Decreasing atherogenic index of hyperlipidemic rats which consumed the black rice bran
pellets is higher than rats which consumed the black rice "Cempo Ireng" pellets. Total cholesterol levels were
positively correlated with the atherogenic index, whereas HDL-cholesterol levels were negatively correlated with
the atherogenic index.

Keywords: Atherogenic index; Black rice “Cempo Ireng”; Hyperlipidemia; Lipid profile

PENDAHULUAN
Pola makan yang mengkonsumsi lipid dalam jumlah tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan
hiperlipidemia. Hiperlipidemia ditandai dengan adanya peningkatan kolesterol total, trigliserida, Low Density
Lipoprotein-Cholesterol (LDL-C), serta penurunan High Density Lipoprotein-Cholesterol (HDL-C). Hiperlipidemia
dapat meningkatkan terjadinya aterosklerosis, yang merupakan salah satu faktor pemicu sebagian besar
penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi, jantung koroner (Kumar et al., 2010) maupun stroke (Kreisberg and
Reusch, 2005).
Penyakit kardiovaskular menjadi salah satu masalah kesehatan di masyarakat dan penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2030
diprediksi sekitar 23,3 juta orang akan meninggal karena penyakit kardiovaskular, sedangkan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung secara nasional adalah
7,2% (Anonim, 2008).
.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Pengobatan utama untuk hiperlipidemia adalah diet dan modifikasi gaya hidup, diikuti terapi obat apabila
diperlukan. Beras hitam merupakan sumber makanan yang baik, mengandung serat larut 3,1 g/100 g dan serat
tidak larut sebesar 6,6 g/100 g (Zawistowski et al., 2009). Beras hitam ditandai dengan adanya kandungan
antosianin yang tinggi (43,2%) pada lapisan aleuron biji padi (beras), yang didominasi oleh senyawa sianidin-3-
glukosida dan preonidin-3-glukosida (Xia et al., 2006). Antosianin berpotensi sebagai antioksidan dan anti-
inflamasi. Antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan ROS, menghambat
terjadinya penyakit degeneratif, serta mampu melindungi oksidasi lipid.
Penelitian Anggraeni (2011) menyatakan bahwa padi Cempo Ireng memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi dari pada beras putih IR-64. Menurut Ling et al., (2001), konsumsi beras merah atau hitam dapat
mengurangi atau menghambat pembentukan plak aterosklerosis yang disebabkan oleh diet kolesterol.
Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian asupan pakan yang mengandung 30% nasi hitam dari padi
kultivar Cempo Ireng pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar hiperlipidemia dapat menurunkan
kandungan total kolesterol, trigliserida dan lipoprotein terutama LDL serta meningkatkan kadar HDL (P < 0,05)
(Pratiwi et al., 2012).
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam sebagai agen anti-
hiperlipidemik. Parameter utama yang diukur sebagai penentu aktivitas anti-hiperlipidemik antara lain kadar
kolesterol total, HDL-Kolesterol dan indeks aterogenik serum darah tikus putih hiperlipidemia. Dengan hasil
penelitian tersebut, beras hitam “Cempo Ireng” diharapkan mampu menjadi produk pangan fungsional, yang jika
dikosumsi dapat berdampak baik terhadap kesehatan dan mengurangi risiko penyakit.

METODE PENELITIAN
A. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng” yang
diambil dari petani desa Sayegan, Sleman, DIY; tikus (R. norvegicus Berkenhout, 1769) galur Wistar jantan
berumur ± 2 bulan dengan berat antara 150-200 g dari UPHP LPPT Unit IV UGM; pakan tikus; minyak babi,
kolesterol murni, dan kuning telur itik; reagen kit dari DiaSys® untuk mengukur kadar kolesterol total dan
HDL.

B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 macam perlakuan, setiap perlakuan dilakukan 6 ulangan individu tikus putih.

C. Prosedur Kerja
1. Persiapan Hewan Uji
Tikus putih (R. norvegicus) diaklimasi selama 1 minggu dengan diberi pakan dan minum ad libitum.
Setelah 1 minggu, tikus ditimbang untuk mengetahui berat badan masing-masing individu dan selanjutnya
tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ulangan individu.
Kelompok I : Kontrol normal tanpa perlakuan hiperlipidemia
Kelompok II : Kontrol hiperlipidemia
Kelompok III : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet nasi hitam dari padi “Cempo Ireng”.
Kelompok IV : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet bekatul beras hitam dari padi “Cempo Ireng”.
.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

2. Perlakuan Hiperlipidemia
Tikus putih (R. norvegicus) dibuat dalam kondisi hiperlipidemia sesuai metode yang dilakukan oleh
Khan et al. (2010) dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan cara memberikan campuran minyak babi dan
kuning telur itik (perbandingan 1:1) serta ditambah kolesterol murni (2%) secara oral setiap hari selama 30
hari. Volume campuran lipid yang diberikan ke tikus adalah 1% dari berat badan (BB) tikus. Berat badan
tikus ditimbang setiap 7 hari sekali. Perlakuan hiperlipidemia diberikan pada 3 kelompok, kecuali kelompok
kontrol normal hanya diberi diet basal. Minum diberikan ad libitum.
3. Perlakuan dengan Beras Hitam “Cempo Ireng”
Setelah kondisi hiperlipidemia tercapai, tikus hiperlipidemia diperlakukan dengan pemberian asupan
pelet nasi hitam “Cempo Ireng” 30 g/100 g pakan dasar (Ma et al., 1999) dan asupan pelet bekatul beras
hitam 10 g/100 g pakan dasar selama 30 hari. Selama perlakuan dengan beras hitam “Cempo Ireng”,
perlakuan hiperlipidemia tetap diberikan. Tikus kontrol hiperlipidemia hanya diberi diet pakan basal selama
30 hari. Berat badan tikus ditimbang setiap 7 hari sekali.
4. Analisis Profil Lipid Serum Darah
a. Pengambilan Serum Darah
Darah tikus putih diambil sebelum dan setelah pemberian perlakuan pelet nasi hitam dan pelet
bekatul beras hitam “Cempo Ireng”. Darah diambil melalui sinus orbitalis sebanyak 1 ml dengan kapiler
mikrohematokrit. Serum darah dipisahkan dari sel darah dengan sentrifugasi 3000 rpm selama 10
menit. Serum dikoleksi dalam microtube (Pratiwi et al., 2013).
b. Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Pengukuran kadar kolesterol total serum darah dilakukan dengan metode kolorimetrik enzimatis
®
CHOD-PAP dengan cara kerja mengikuti prosedur dari kit DiaSys (Diagnostic System International)
cat no. 10 135 021. Sampel serum sebanyak 10 l ditambah 1000 l reagen kemudian dicampur dan
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25 °C atau 5 menit pada suhu 37 °C. Setelah terjadi reaksi
warna antara sampel serum darah dan reagen dari kit dilanjutkan pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang (λ) 500 nm. Kadar kolesterol total dihitung menggunakan rumus:

Keterangan :
C = Kadar kolesterol total (mg/dl)
A = Absorbansi
C St = Kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
Kadar dari masing-masing parameter tersebut dalam unit mg/dl.
c. Pengukuran Kadar HDL
Pengukuran kadar HDL serum darah dilakukan dengan metode presipitasi LDL, VLDL dan
®
kilomikron dengan cara kerja mengikuti prosedur dari kit DiaSys (Diagnostic System International) cat
no. 10 350 022. Sampel serum sebanyak 500 l ditambah 1000 l reagen HDL kemudian dicampur
dengan baik dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Selanjutnya disentrifugasi selama 2
menit dengan kecepatan 1000 g atau selama 10 menit dengan kecepatan 4000 g. Supernatan

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

dipisahkan dari presipitan dan konsentrasi kolesterol diukur menggunakan reagen kolesterol FS dari
®
DiaSys . Supernatan sebanyak 100 µl ditambah 1000 l reagen kolesterol, kemudian dicampur dan
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25 °C atau 5 menit pada suhu 37 °C. Selanjutnya absorbansi
dibaca pada panjang gelombang (λ) 500 nm. Kadar HDL-kolesterol dihitung menggunakan rumus:

− =

d. Perhitungan Indeks Aterogenik


Indeks aterogenik dihitung menggunakan rumus:
( − )
=

(Yokozawa et al., 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus Putih Hiperlipidemia setelah Pemberian Asupan pelet nasi
dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng”
Diet yang diberikan dalam penelitian ini adalah campuran kuning telur itik dan minyak babi (1:1),
serta kolesterol murni (2% dari total campuran). Telur itik dan minyak babi merupakan contoh makanan
hewani yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Telur itik merupakan sumber kolesterol yang
tinggi karena setiap 100 g kuning telur itik mengandung 1000 mg kolesterol (Sutama, 2008). Disamping itu,
kuning telur itik memiliki komposisi kandungan 31,85% asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid), 52,49%
asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid atau MUFA), dan 15,66% asam lemak tak jenuh
ganda (Polyunsaturated Fatty Acid atau PUFA) (Polat et al., 2013). Minyak babi memiliki komposisi asam
lemak jenuh (miristat 1%, palmitat 25%, dan stearat 15%) dan asam lemak tak jenuh (oleat 50%, linoleat
6%, dan sisanya 3%) (McMurry, 2000). Diet lemak jenuh dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol darah
sebesar 15 - 25%. Hal ini disebabkan peningkatan penimbunan lemak, yang menimbulkan peningkatan
jumlah asetil-KoA dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol (Guyton, 1994).
Data penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi lipid yang diberikan mempengaruhi kadar kolesterol
total serum darah. Tikus yang diberi diet tinggi lipid ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total serum.
Setelah pemberian diet tinggi lipid selama 30 hari, kadar kolesterol total tikus hiperlipidemia meningkat
sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan tikus kontrol, yaitu berkisar antara 240,56 – 245,63 mg/dL.
Kondisi hiperlipidemia ditandai dengan kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dL darah. Pemberian diet
tinggi lipid pada tikus putih selama 30 hari menyebabkan kadar kolesterol total meningkat melebihi 200
mg/dL sehingga dapat dikatakan bahwa tikus putih telah berada dalam kondisi hiperlipidemia. Hiperlipidemia
ini dapat meningkatkan terjadinya aterosklerosis, salah satu faktor pemicu sebagian besar penyakit
kardiovaskular sehingga dilakukan usaha untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler melalui regulasi
kolesterol, salah satunya menggunakan beras hitam.
Tabel 1 menunjukkan efek pemberian asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng”
terhadap kadar kolesterol total serum tikus putih hiperlipidemia. Hasil uji Paired-Samples T test
menunjukkan bahwa pemberian asupan pelet nasi hitam pada tikus putih hiperlipidemia menurunkan kadar
kolesterol total serum secara sangat signifikan (p<0,01) dari 240,56 mg/dL menjadi 147,66 mg/dL. Tikus
.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

putih hiperlipidemia yang diberi asupan pelet bekatul beras hitam juga memiliki kadar kolesterol total serum
yang menurun sangat signifikan (p<0,01) dari 245,63 mg/dL menjadi 129,99 mg/dL. Kadar kolesterol total
tikus kontrol setalah hari ke-60 mengalami kenaikan yang sangat signifikan (p<0,01), meskipun masih tetap
dalam rentang normal, yaitu dari 93,54 mg/dL menjadi 110,44 mg/dL, sedangkan kelompok kontrol
hiperlipidemia setelah pemberian diet tinggi lipid selama 60 hari mengalami penurunan kadar kolesterol total
secara signifikan (p<0,05), dari 242,97 mg/dL menjadi 228,92 mg/dL.
Tabel 1. Rerata kadar kolesterol tikus putih hiperlipidemia dan setelah pemberian asupan pelet nasi dan
bekatul beras hitam “Cempo Ireng”

Kelompok Kadar Kolesterol Hiperlipidemia Kadar Kolesterol Setelah Perlakuan


(mg/dL) (mg/dL)
I 93,54 ± 5,23 110,44 ± 6,56
** **
II 242,97 ± 8,18 228,92 ± 4,87
** **++
III 240,56 ± 8,49 147,66 ± 7,14
** **++
IV 245,63 ± 7,53 129,99 ± 11,15
++
** sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kontrol, sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kelompok II
(kontrol hiperlipidemia). Jumlah ulangan individu (n) = 6 ekor.
Kelompok I : Kontrol normal tanpa perlakuan hiperlipidemia
Kelompok II : Kontrol hiperlipidemia
Kelompok III : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet nasi hitam dari padi “Cempo Ireng”.
Kelompok IV : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet bekatul beras hitam dari padi “Cempo Ireng”.

Pemberian asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam pada tikus putih hiperlipidemia menurunkan
kadar kolesterol total serum secara sangat signifikan. Hal ini dikarenakan beras hitam merupakan sumber
serat makanan yang baik, yaitu mengandung serat larut 3,1 g/100 g dan serat tidak larut sebesar 6,6 g/100
g (Zawistowski et al., 2009). Aksi hipokolesterolemik serat sebagian dimodulasi dengan rendahnya
penyerapan asam empedu usus (Babio et al., 2010) karena kapasitas pengikatan ionik untuk asam sterol
sehingga meningkatkan ekskresi asam empedu dalam feses, serta adanya gangguan sirkulasi asam
empedu enterohepatik karena adanya penjeratan asam empedu intraluminal (Trautwein et al., 1999). Oleh
karena itu, perlu dilakukan sintesis de novo asam empedu di dalam liver (Babio et al., 2010). Trautwein et
al. (1999) menyatakan bahwa sifat fisikokimia serat larut mengakibatkan modifikasi penting dalam volume,
massa dan viskositas dalam lumen usus, yang akan mengubah jalur metabolisme kolesterol hati dan
lipoprotein, serta mengakibatkan penurunan LDL-kolesterol plasma (Babio et al., 2010). Serat larut
mengubah metabolisme kolesterol hati sehingga dengan efektif dapat mengurangi kolesterol bebas hepatik,
triasilgliserol dan kolesterol bebas mikrosomal (Roy et al., 2002).
Studi lain menunjukkan bahwa serat makanan meningkatkan aktivitas enzim kolesterol 7-α-
hidroksilase, yaitu enzim regulasi utama di hati untuk konversi kolesterol menjadi asam empedu (Roy et
al., 2002). Meningkatnya aktivitas enzim 7-α-hidroksilase menyebabkan pembersihan kolesterol juga
meningkat (Juzwiak et al., 2005) dan berkontribusi dalam penurunan kolesterol hati (Babio et al., 2010).
Penurunan ini menyebabkan efek stimulasi pada aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA (HMG-KoA)
reduktase untuk meningkatkan sintesis kolesterol endogen. Namun, pada saat yang sama, ada
peningkatan jumlah reseptor LDL-kolesterol dan perekrutan kolesterol ester dari sirkulasi partikel LDL-
kolesterol (Babio et al., 2010). Selain itu, Juzwiak et al. (2005) menjelaskan bahwa penurunan kadar

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

kolesterol total serum darah juga dapat terjadi melalui mekanisme uptake kolesterol oleh HDL. HDL dalam
darah dapat mengambil kelebihan kolesterol dalam jaringan dan mengangkutnya menuju hati.

B. Kadar HDL-Kolesterol Serum Darah Tikus Putih Hiperlipidemia setelah Pemberian Asupan pelet nasi
dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng”
Diet tinggi lipid yang diberikan juga mempengaruhi kadar HDL-Kolesterol dalam serum. Kadar HDL-
Kolesterol kelompok tikus yang diberi diet tinggi lipid selama 30 hari menurun sangat signifikan (p<0,01) jika
dibandingkan kelompok kontrol, yaitu dari 129,98 mg/dL menjadi sekitar 21,48 - 24,05 mg/dL. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian campuran kuning telur itik dan minyak babi (1:1), serta kolesterol murni (2%
campuran total) dapat menurunkan kadar HDL-Kolesterol hewan uji. Kandungan tinggi asam lemak jenuh
dan kolesterol dalam minyak babi dan kuning telur itik menyebabkan penurunan kadar HDL-Kolesterol.
Data dari empat studi (Framingham Heart Study, The Lipid Research Clinic Prevalence Mortality
Follow-up Study, Lipid Research Clinic Primary Prevention Trial, and Multiple Risk Factor Intervention Trial)
mengestimasikan bahwa risiko kardiovaskuler menurun 2% setiap kenaikan 1 mg/dL HDL-Kolesterol serum
(Kapur et al., 2008). HDL-Kolesterol dapat memperlambat progresi aterosklerosis dengan mengangkut
kelebihan kolesterol dari sel perifer ke hati untuk ekskresi dalam proses yang dikenal sebagai reverse
cholesterol transport (RCT).
Sejak diketahui bahwa kadar rendah HDL-Kolesterol berperan langsung dalam proses aterogenik
dan diakui sebagai pertanda kuat dari penyakit kardiovaskuler, intervensi terapi untuk meningkatkan kadar
HDL-Kolesterol telah digalakkan (Yokozawa et al., 2006). Menurut Kapur et al. (2008), pendekatan untuk
meningkatkan kadar HDL-Kolesterol bisa melalui modifikasi gaya hidup (lifestyle), termasuk pola makan
yang mengandung banyak serat dan asam lemak tak jenuh.
Tabel 2. Rerata kadar HDL-Kolesterol tikus putih hiperlipidemia dan setelah pemberian asupan pelet nasi
dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng”

Kelompok Kadar HDL-Kolesterol Kadar HDL-Kolesterol


(mg/dL) (mg/dL)
I 129,98 ± 2,23 125,03 ± 5,20
** **
II 22,15 ± 2,12 49,47 ± 3,89
** **++
III 24,05 ± 1,91 62,46 ± 4,30
** **++
IV 21,48 ± 1,20 78,71 ± 4,81
++
** sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kontrol, sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kelompok II
(kontrol hiperlipidemia). Jumlah ulangan individu (n) = 6 ekor.
Kelompok I : Kontrol normal tanpa perlakuan hiperlipidemia
Kelompok II : Kontrol hiperlipidemia
Kelompok III : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet nasi hitam dari padi “Cempo Ireng”.
Kelompok IV : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet bekatul beras hitam dari padi “Cempo Ireng”.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian asupan pelet nasi hitam pada tikus putih hiperlipidemia
meningkatkan kadar HDL-Kolesterol serum secara sangat signifikan (p<0,01) dari 24,05 mg/dL menjadi
62,46 mg/dL. Tikus putih hiperlipidemia yang diberi asupan pelet bekatul beras hitam memiliki kadar HDL-
Kolesterol serum yang meningkat sangat signifikan (p<0,01) dari 21,48 mg/dL menjadi 78,71 mg/dL. Kadar
HDL-Kolesterol tikus kontrol hiperlipidemia setalah 60 hari pemberian asupan diet tinggi lipid juga

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

mengalami kenaikan yang sangat signifikan (p<0,01), namun masih di bawah kelompok tikus putih
hiperlipidemia yang diberi asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam, yaitu dari 22,15 mg/dL menjadi 49,47
mg/dL, sedangkan kadar HDL-Kolesterol tikus kontrol setelah hari ke-60 tidak menunjukkan adanya
perbedaan, yaitu dari 129,98 mg/dL menjadi 125,03 mg/dL.
Beras hitam terbukti dapat meningkatkan kadar HDL-Kolesterol secara sangat signifikan. Bekatul
diketahui mengandung minyak yang cukup tinggi sekitar 10-23%. Minyak bekatul mengandung 20% asam
lemak jenuh dan 80% asam lemak tak jenuh (Sukma et al., 2010). Asam lemak tak jenuh berfungsi
meningkatkan kadar HDL-Kolesterol, yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan metabolisme
kolesterol dalam empedu untuk dapat dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan HDL-Kolesterol juga dapat
dikarenakan kandungan serat yang cukup tinggi dalam beras hitam. Serat dapat memodulasi penurunan
kolesterol total dengan mekanisme uptake kolesterol oleh HDL (Juzwiak et al., 2005).
Disamping itu, beras hitam memiliki kandungan antosianin yang tinggi (43,2%) dan dapat berperan
sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan dari antosianin dapat meningkatkan kadar HDL-Kolesterol. Hal ini
didukung oleh penelitian Qin et al. (2009) yang menyatakan bahwa antosianin buah berry dapat
meningkatkan kadar HDL-Kolesterol sebesar 13,7 % dan menurunkan kadar LDL-Kolesterol sebesar 13,6
% dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu juga diperoleh hasil bahwa efflux kolesterol seluler ke serum
meningkat sebesar 20% pada kelompok dengan pemberian antosianin dibandingkan kontrol, sedangkan
kadar dan aktivitas CETP plasma menurun sebesar 10,4%.

C. Indeks Aterogenik Tikus Putih Hiperlipidemia setelah Pemberian Asupan pelet nasi dan bekatul
beras hitam “Cempo Ireng”
Beberapa faktor seperti gaya hidup, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, umur, dan hipertensi telah
diketahui dapat menyebabkan gagal jantung. Beberapa studi mengindikasikan bahwa perlakuan diet atau
terapi obat dapat meregulasi kadar kolesterol sehingga menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung
koroner (Yokozawa et al., 2006). Diet nasi hitam yang ditandai dengan tinggi kandungan serat telah
dikaitkan dengan penurunan penyakit koroner.
Penelitian ini menggunakan beras hitam untuk menurunkan kolesterol total, meningkatkan kadar
HDL-Kolesterol dan terapi anti-aterogenik. Beras hitam ditandai dengan adanya kandungan antosianin yang
tinggi (43,2%) pada lapisan aleuron biji padi (beras) (Xia et al., 2006). Antosianin telah diketahui berpotensi
sebagai antioksidan dan anti-inflamasi (Xia et al., 2005).
Tabel 3 menunjukkan bahwa indeks aterogenik tikus hiperlipidemia sangat tinggi dibanding tikus
kontrol. Indeks aterogenik tikus hiperlipidemia berkisar antara 9,06 - 10,47; sedangkan pada tikus kontrol
adalah -0,28. Kelompok tikus putih hiperlipidemia yang diberi asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam
memiliki indeks aterogenik yang menurun sangat signifikan (p<0,01), yaitu dari 9,06 menjadi 1,37 dan 10,47
menjadi 0,65. Penurunan indeks aterogenik paling signifikan terjadi pada kelompok tikus putih hiperlipidemia
yang diberi asupan bekatul beras hitam. Hal ini menunjukkan bahwa bekatul beras hitam lebih efektif untuk
terapi anti-aterogenik.

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Tabel 3. Rerata Indeks Aterogenik tikus putih hiperlipidemia dan setelah pemberian asupan pelet nasi dan
bekatul beras hitam “Cempo Ireng”

Kelompok Indeks Aterogenik Hiperlipidemia Indeks Aterogenik Setelah Perlakuan


++
I -0,28 ± 0,05 -0,12 ± 0,02
** **
II 10,05 ± 1,09 3,65 ± 0,33
** **++
III 9,06 ± 0,93 1,37 ± 0,12
** ++
IV 10,47 ± 0,87 0,65 ± 0,14
++
** sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kontrol, sangat signifikan (p<0,01) dibandingkan kelompok II
(kontrol hiperlipidemia). Jumlah ulangan individu (n) = 6 ekor.
Kelompok I : Kontrol normal tanpa perlakuan hiperlipidemia
Kelompok II : Kontrol hiperlipidemia
Kelompok III : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet nasi hitam dari padi “Cempo Ireng”.
Kelompok IV : Hiperlipidemia dan diberi asupan pelet bekatul beras hitam dari padi “Cempo Ireng”.

Nilai indeks aterogenik dipengaruhi oleh besarnya kadar HDL-Kolesterol. Semakin tinggi kadar HDL-
Kolesterol, semakin rendah nilai indeks aterogenik sehingga resiko aterosklerosis akan semakin kecil
(Herpandi et al., 2006). Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar HDL-Kolesterol pada tikus yang diberi diet tinggi
lipid selama 30 hari sangat rendah dan hal ini menyebabkan indeks aterogenik tikus tersebut tinggi (9,06-
10,47). Setelah tikus putih hiperlipidemia diberi asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam, kadar HDL-
Kolesterol kelompok tersebut meningkat sangat signifikan (p<0,01) sehingga indeks aterogeniknya juga
menurun sangat signifikan menjadi 1,37 dan 0,65. Penelitian Yokozawa et al. (2006) menyebutkan bahwa
indeks aterogenik pada tikus normal adalah 1,6 dan pada tikus yang diberikan diet tinggi kolesterol
meningkat sangat signifikan menjadi 19,4.
Indeks aterogenik mengindikasikan besarnya potensi terjadinya aterosklerosis (Prangdimurti et al.,
2007). Semakin tinggi indeks aterogenik, maka potensi terjadinya aterosklerosis dan prevalensi penyakit
kardiovaskular juga semakin tinggi. Indeks aterogenik akan tinggi apabila kadar kolesterol total serum tinggi
dan HDL-Kolesterol rendah, sedangkan apabila kadar kolesterol total serum rendah dan HDL-Kolesterol
tinggi maka indeks aterogeniknya rendah.

KESIMPULAN
Pemberian asupan pelet nasi dan bekatul beras hitam “Cempo Ireng” pada tikus hiperlipidemia dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar HDL-Kolesterol secara signifikan (p<0,05) sehingga
indeks aterogenik juga menurun secara signifikan. Kadar kolesterol total memiliki korelasi positif dengan indeks
aterogenik, sedangkan HDL-Kolesterol berkorelasi negatif dengan indeks aterogenik.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas Gadjah Mada yang
telah memebrikan dana hibah untuk penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium
Biokimia, Fakultas Biologi; Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) LPPT Unit IV serta Laboratorium
Gizi, Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta atas fasilitas dan bantuan yang telah
diberikan selama penelitian.

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni L.N. 2011. Aktivitas Antioksidan Tiga Varietas Padi (Oryza sativa L.) var. Cempo Ireng, var. Cempo
Abang, dan var IR-64. Laporan Seminar Program Sarjana Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Anonim. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Babio, N., R. Balanza, J. Basulto, M. Bulló and J. Salas-Salvadó. 2010. Dietary Fibre: Influence on Body Weight,
Glycemic Control and Plasma Cholesterol Profile. Nutricion Hospitalaria. Vol.25 No. 3 pp: 327-340.
th
Guyton, A.C. and J.E. Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology. 11 Edition. Philadelphia: Elsevier Inc.
Herpandi, M. Astawan, T. Wresdiyati dan N.S. Palupi. 2006. Perubahan Profil Lipida, Kolesterol Digesta dan
Asam Propionat pada Tikus dengan Diet Tepung Rumput Laut. Jurnal Teknol dan Industri Pangan.Vol.
XVII No. 3. Hal: 227-232.
Juzwiak, S., J. Wojcicki, K. Mokrzycki, M. Marchlewicz, M. Bialecka, L. Rozewicka, B. Szklarz and M. Drozdzik.
2005. Effect of Quercetin on Experimental Hyperlipidemia and Atherosclerosis in Rabbit. Pharmalogical
Report Vol. 57 No. 5 pp: 604-609.
Kapur, N.K., D. Ashen, and R.S. Blumenthal. 2008. High Density Lipoprotein Cholesterol: an Evolving Target of
Therapy in The Management of Cardiovascular Disease. Vascular Health and Risk Management Vol. 4
No. 1 pp: 39–57.
Khan H.N., H. Farooqi, S. Ali and J.S. Khan. 2010. Serum Lipid Profile and Retinol in Rats Fed Micronutrient
Rich Edible Vegetable Oil Blend. Bioscience. Vol. 2 No. 3 pp:109-115.
Kreisberg R.A. and J.E.B. Reusch. 2005. Hyperlipidemia (High Blood Fat). The Journal of Clinical Endocrinology
and Metabolism Vol. 90 No. 3.
Kumar, K., R. Reddy, N. Reddy and J. Anbu. 2010. Lipid Lowering Activity of Lercanidipine in Hyperlipidemic
Rats. Iranian Journal Of Pharmacology and Therapeutics. Vol. 9 pp:73-75.
Ling, W., Q. Cheng, J. Ma and T. Wang. 2001. Red and Black Rice Decrease Atherosclerotic Plaque Formation
and Increase Antioxidant Status in Rabbits. The Journal of Nutrition. Vol. 131 No. 5 pp:1421-1426.
Ma J., W.Ling, H. Ge, and T. Wang. 1999. The Effect of Supplements of Red Rice on Plasma Lipid and
Antioxidant Status in Rat. Food Science. Vol. 20 pp:54-55.
th
McMurry, J. 2000. Organic Chemistry 5 ed. P1118. Brooks/Cole : USA.
Polat, E.S., O. B. Citil1, and M. Garip. 2013. Fatty Acid Composition of Yolk of Nine Poultry Species Kept in
Their Natural Environment. Animal Science Papers and Reports Vol. 31 No. 4 pp: 363-368.
Prangdimurti, E., N.S. Palupi dan F.R. Zakaria. 2007. Metode Evaluasi Nilai Biologis Karbohidrat dan Lemak.
Modul e-Learning ENBP, Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB.
Pratiwi, A.D., Aulanni’am dan Sutrisno. 2013. Aktivitas Protease dan Profil Protein pada Hepar Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Pasca Induksi Cylosporine-A. Kimia Student Journal Vol. 1 No. 1 pp:105-111.
Pratiwi, R., Y.A. Purwestri dan W.A.S. Tunjung. 2012. Efek Diet Nasi dari Padi (Oryza sativa L.) kultivar Cempo
Ireng, Cempo Abang, dan IR-64 terhadap Profil Lipid Serum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) Hiperlipidemia. Laporan Akhir Hibah Penelitian Laboratorium Dana Masyarakat
Fakultas Biologi UGM.
Qin, Y., Xia M., Ma J., Hao Y.T., Mou H.Y., Cao L., and Ling W.H. 2009. Anthocyanin Supplementation Improves
Serum LDL- and HDL-Cholesterol Concentration Associated with the Inhibition of Cholesteryl Ester
Transfer Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of Clinical Nutrition Vol. 90 No. 3 pp: 485-
492.
Roy S, Freake HC, and Fernandez ML. 2002. Gender and Hormonal Status Affect The Regulation of Hepatic
Cholesterol 7-alpha-hydroxylase Activity and mRNA Abundance by Dietary Soluble Fiber in The Guinea
Pig. Atherosclerosis. Vol. 163 No. 1 pp : 29-37.
Sukma, Lingga N., Zackiyah dan G.G. Gumilar. 2010. Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Bekatul
dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus terreus. Jurnal Sains dan teknologi Kimia. Vol.
1 No. 1 Hal 66-72.
Sutama, INS. 2008. Daun Pepaya dalam Ransum Menurunkan Kolesterol pada Serum dan Telur. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner Vol. 9 No.3 Hal: 152-156.
Trautwein, E. A., A. Kunath-Rau and H.F. Erbersdobler. 1999. Increased Fecal Bile Acid Excretion and Changes
in the Circulating Bile Acid Pool Are Involved in the Hypocholesterolemic and Gallstone- Preventive
Actions of Psyllium in Hamsters1. The Journal of Nutrition Vol. 129 No. 4 pp: 896-902.
Xia, M., M. Hou, H. Zhu, J. Ma, Z. Tang, Q. Wang, Y. Li, D. Chi, X. Yu, T. Zhao, P. Han, X. Xia and W. Ling.
2005. Anthocyanins Induce Cholesterol Efflux from Mouse Peritoneal Macrophages. The Journal of
Biological Chemistry Vol. 280 No. 44 pp:36792–36801.

.
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016

Xia, Xiaodong, W. Ling, J. Ma, M. Xia, M.Hou, Q. Wang, H. Zhu and Z.Tang. 2006. An Anthocyanin-Rich Extract
from Black Rice Enhances Atherosclerotic Plaque Stabilization in Apolipoprotein E–Deficient Mice. The
Journal of Nutrition. Vol. 136 No.8 pp:2220-5.
Xie, R., L. Zheng, S. He, Y. Zheng, S. Yi and L. Deng. 2011. Anthocyanin Biosynthesis in Fruit Tree Crops:
Genes and Their Regulation. African Journal of Biotechnology Vol. 10 No.86 pp:19890-19897.
Yokozawa, T., E. J Cho, S. Sasaki, A. Satoh, T. Okamoto and Y. Sei 2006. The Protective Role of Chinese
Prescription Kangen-karyu Extract on Diet-Induced Hypercholesterolemia in Rats. Biological &
Pharmaceutical Bulletin Vol. 29 No.4 pp:760-765.
Zawistowski, Jerzy, A. Kopec and D. Kitts. 2009. Effects of a Black Rice Extract (Oryza sativa L. Indica) on
Cholesterol Levels and Plasma Lipid Parameters in Wistar Kyoto Rats. Journal of Functional Foods Vol.
1 pp: 50 –56.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai