Anda di halaman 1dari 2

http://news.okezone.

com/read/2013/03/25/500/781192/divonis-bersalah-rasyid-bebas-ke-luar-
negeri

Pendapat saya :

Dari berita tersebut diatas, saya miris sekali melihat kenyataan bahwa “hukum Tajam ke bawah
tetapi Tumpul keatas”. Demikianlah kutipan yang saya ambil dari ucapan Pak Hatta Rajasa.

http://www.voaindonesia.com/a/putra-menko-hatta-rajasa-divonis-lima-bulan-
penjara/1628028.html

Dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian pelaku, sehingga menyebabkan
orang meninggal, tentu saja akan dijatuhkan sanksi pidana oleh pengadilan. Dakwaan berdasarkan
pada Pasal 359 KUHP;

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.”

Atau pada Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan, khususnya
pada pasal 310 yang bila ada korban meninggal dunia akan dituntut hukuman 6 tahun penjara.

Namun dalam kasus Rasyid Amrullah Rajasa, dimana terdakwa melakukan kelalaian dalam
berkendara hingga menyebabkan beberapa orang meninggal, hanya dijatuhi hukuman lima bulan
penjara. Itupun hanya berlaku jika Rasyid melakukan tindak pidana yang sama kembali selama enam
bulan. Jadi, rasyid tidak terkena hukuman penjara.

Jika mengamati dari putusan hakim atas perkara tersebut, Hakim mendasarkan putusannya pada
sebuah asas yang bernama Restorative Justice.

Apasih sebenarnya asas Restorative Justice itu ?

Konsep pendekatan restorative justice merupakan suatu pendekatan yang lebih menitik-beratkan
pada kondisi terciptanya keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana serta korbannya
sendiri. Mekanisme tata acara dan peradilan pidana yang berfokus pada pemidanaan diubah
menjadi proses dialog dan mediasi untuk menciptakan kesepakatan atas penyelesaian perkara
pidana yang lebih adil dan seimbang bagi pihak korban dan pelaku.

Artinya, sebuah perbuatan yang terdapat unsur Delik Pidana menjadi tidak dijatuhkan sanksi hukum,
tetapi diselesaikan secara mediasi. Hal ini juga berlaku pada putusan pengadilan atas terdakwa Dul,
anak dari ahmad dani. Sehingga Dul terlepas dari hukuman tahanan khusus buat anak.

Menurut saya penyelesaian perkara pidana dengan asas restorative justice ini bertentangan dengan
asas legalitas. Karena, tentu saja, asas ini berlaku hanya bagi orang-orang The Have, yang
mempunyai kekuatan financial yang lebih. Untuk orang-orang yang biasa saja, akan tetap dijatuhi 1-3
tahun dalam kasus yang sama.

Sebenarnya alasan utama dari penyelesaian secara restorative justice adalah Keadilan, keadilan bagi
korban. Namun, jika penerapannya hanya berlaku pada orang-orang yang secara financial lebih,
maka menjadi tidak adil pula bagi orang yang biasa. Sehingga general muncul pula ketidakadilan
dalam penerapannya. Mungkin itu yang disebut “hukum kadang Tajam ke bawah tetapi Tumpul
keatas”

Anda mungkin juga menyukai