Bio Lubricant PDF
Bio Lubricant PDF
STUDI PUSTAKA
MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU
PELUMAS BIO
abstrak
Pemanfaatan minyak nabati sebagai sumber bahan baku minyak pelumas merupakan jawaban
dari meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya jumlah penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku pelumas atau
biasa disebut dengan pelumas bio. Tercatat penggunaan pelumas bio didunia sebesar 46Juta
KL/tahun dan pertumbuhannya 2%/tahun. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku
pelumas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Ketahanan oksidasi dan kemampuan
tuang pada suhu rendah merupakan kelemahan minyak nabati. Modifikasi dengan rekayasa
genetik mampu mengubah gen dalam tanaman, sehingga mengubah komposisi minyak yang
dihasilkan. Modifikasi secara kimia dengan modifikasi gugus karboksil melalui reaksi
transesterifikasi dan pembentukan fatty amina, serta dengan memodifikasi rantai hidrokarbon
dengan reaksi hidrogenasi, epoksidasi, ozonisasi, karboksilasi dan olefin methatesis menjadi
pilihan dalam rangka meningkatkan ketahanan oksidasi dan kemampuan tuang pada suhu
rendah untuk minyak nabati. Hasil modifikasi dengan rekayasa gen mampu mengubah
komposisi kandungan ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh sehingga mampu meningkatkan
sifat minyak nabati yang dihasilkan. Hasil modifikasi dengan cara kimia menhasilkan senyawa
baru dengan rantai hidrokarbon yang lebih pendek, jenuh dan memiliki cabang sehingga
kualitasnya setara dengan bahan baku pelumas berbasis minyak bumi.
Kata Kunci : Pelumas Bio, Stabilitas Oksidasi, Kemampuan tuang, Modifikasi genetik dan
kimia
Abstract
Utilization of vegetable oils as a source of lubricating oil feedstock is the answer to
increase awareness of the world community in preserving the environment. It is
characterized by the increasing amount of use of vegetable oil as a raw material
commonly referred to as a lubricant or lubricant bio. Recorded the use of bio lubricants
in the world of 46 million KL / year and the growth of 2% / year. The use of vegetable
oil as a lubricant material has some advantages and disadvantages. Oxidation stability
and pour point is the disadvantages of vegetable oil. Modification by genetic
engineering can alter genes in plants, thus changing the composition of the oil
produced. Modification by the chemical modification of carboxyl groups through
transesterification reaction and the formation of fatty amines, as well as by modifying
the hydrocarbon chain with the hydrogenation reaction, epoxidation, ozonation, and
olefin carboxylation methatesis an option in order to improve oxidation stability and
pour point for vegetable oils. Modified by engineering the genes capable of altering the
composition contains an unsaturated bond into saturated bonds so as to improve the
properties of vegetable oil produced. Modified by chemical means get the highest new
compounds with shorter chain hydrocarbons, saturated and has a branch, so the quality
is equivalent to the raw materials of petroleum-based lubricant.
Key Words : Biolubricant, Oxidation Stability, Pour Point, Genetic and chemical modification
dari minyak asalnya. Kelemahan itu antara c. Memiliki indek viskositas yang lebih
lain : tinggi sehingga kemampuan melumasi
a. Kemampuan tuang pada temperatur lebih bertahan lama
rendah d. Memiliki stabilitas geser yang tinggi
b. Ketahanan terhadap oksidasi e. Memiliki sifat pencucian yang lebih
Untuk mengatasi kelemahan yang terdapat tinggi sehingga mengurangi penambahan
pada minyak nabati itu maka dilakukanlah bahan pencucian
beberapa modifikasi baik secara genetik dan f. Memiliki kemampuan menyebarkan lebih
kimiawi. Modifikasi secara kimiawi pun baik sehingga tidak terbentuk endapan
dilakukan dengan cara mengubah minyak sisa pembakaran ataupun kotoran yang
nabati menjadi seyawa lain maupun dengan terbawa bahan bakar.
penambahan aditif yang dapat meningkatkan g. Memiliki kemampuan terurai lebih cepat
kemampuan pelumasan dari minyak nabati. sehingga mengurangi bahaya pencemaran
Pada akhirnya pelumas bio harus dapat pada lingkungan. (Jumat Salimon et al .,
memenuhi syarat fungsi pelumasan sebagai 2010)
berikut :
a. Memiliki kemampuan melumasi lebih 2. Minyak Nabati
tinggi sehingga mengurangi kehilangan Minyak nabati adalah minyak yang
daya karena gesekan dan akan dihasilkan dari tumbuh – tumbuhan. Minyak
menghasilkan tenaga lebih besar dan nabati jenis ini banyak digunakan sebagai
konsumsi bahan bakar yang lebih efisien bahan baku karena komposisinya memenuhi
b. Memiliki kemampuan menguap yang syarat sebagai bahan baku pelumas. Berikut
lebih kecil yang akan menurunkan emisi disampaikan komposisi minyak nabati
buang. berdasarkan kandungan ikatan yang terdapat
dalam minyak nabati.
a : 20:1 (3%), b : 10:0 (7%), 12:0 (48%), 14:0 (17%), c : 14:0 (2%), d : 10:0 (5%), 12:0 (50%),
14:0 (15%). (Sevim, et al ., 2006)
Komposisi minyak nabati akan sangat kekentalan, pour point digunakan pada
menentukan karakteristik dari minyak nabati daerah tropis atau sub tropis, temperatur
yang dihasilkan, minyak nabati dengan kerja pelumas dan lain – lain. Berikut
rantai rangkap yang banyak akan memiliki disampaikan berbagai jenis minyak nabati
pour point yang baik, akan tetapi kestabilan dan prediksi kegunaannya.
oksidasinya rendah. Sebaliknya minyak Tabel 2.2 Prediksi Penggunaan Minyak
nabati dengan rantai rangkap yang sedikit Nabati sebagai Pelumas Bio
akan tahan terhadap oksidasi akan tetapi Kegunaannya
memiliki pour point yang jelek, sebab pada Minyak Nabati
dalam Pelumas Bio
temperatur kamar membeku. Dari Pelumas , Biodiesel,
komposisi penyusun minyak nabati tersebut Pelumas besi cetak,
kemudian kita dapat melakukan prediksi tinta printer, cat,
penggunaan minyak nabati yang cocok pada Minyak kedelai coating, Sabun,
aplikasi yang berbeda. Kecocokan aplikasi shampo, deterjen,
pestisida, disinfectants,
ini didasarkan kepada : berat jenis,
plasticizer.
reaksi minyak nabati dengan oksidator kuat hidrogenasi atau epoksidasi untuk
seperti ozon (O3). Sebagai contoh suatu melengkapi reaksinya.
senyawa asam oleik ester direaksikan
dengan ozon akan menghasilkan 2 senyawa Berdasarkan semua metode modifikasi
baru dengan susunan hidrokarbon yang lebih terhadap minyak nabati yang dilakukan
pendek yang lebih memiliki ketahanan secara genetik dan kimia maka peta metode
terhadap oksidasi dan kemampuan tuang modifikasi dan peningkatan kualitas minyak
ditemperatur rendah lebih baik jika nabati yang diperoleh dapat ditabulasikan
dibandingkan dengan senyawa asalnya. pada tabel 4.1.
Reaksi penjenuhan yang diikuti dengan
pembentukan cabang merupakan reaksi yang Tabel 4.1 Metode Modifikasi Minyak nabati
diinginkan dalam peningkatan sifat fisik dari Serta Peningkatan Kualitas Yang Di Peroleh
minyak nabati yang akan digunakan sebagai Peningkatan
bahan baku pelumas bio. Reaksi semacam Metode Keterangan
Kualitas
ini hanya dapat dilakukan pada reaksi Genetik Ketahanan Perubahan Pada
Oksidasi komposisi penyusun
epoksidasi. Reaksi denga cara epoksidasi minyak nabati/tidak
akan memberikan peningkatan kualitas pada ada perubahan
ketahanan oksidasi tetapi juga akan senyawa kimia
Kimia (Modifikasi Ketahanan Pembentukan
memberikan kemampuan tuang pada suhu Gugus Karboksil) Oksidasi senyawa ester dgn
rendah. Jalannya reaksi epoksidasi dilaukan Transesterifikasi reaksi alkoholisis
secara bertahap, pertama minyak nabati akan Pembentukan Fatty Ketahanan Pembentukan
Amina Oksidasi senyawa lemak
mengalami pembukaan ikatan rangkap amina, reaksi dgn
dengan diinisiasi oleh suatu peroksida amonia +
hidrogenasi
membentuk suatu oksiran (eter). Pada tahap Ketahanan Pemutusan rantai
Kimia (Modifikasi
ini peningkatan terhadap oksidasi sudah Rantai Hidrokarbon ) Oksidasi rangkap, reaksi dgn
terjadi. Untuk meningkatkan kemampuan Hidrogenasi Hidrogen
Pemotongan Rantai Ketahanan Pemutusan rantai
tuang pada minyak nabati reaksi dilanjutkan Oksidasi rangkap, reaksi dgn
dengan penambahan spesi asam (Hx) yang O3
akan membentuk diester. Terbentuknya Epoksidasi Ketahanan Pemutusan rantai
Oksidasi dan rangkap dan
gugus diester ini yang akan memberikan Kemampuan pembentukan
kemampuan tuang pada suhu rendah dari tuang disuhu cabang, reaksi dgn
minyak nabati. Pada tabel 3.1 disampaikan rendah peracid + Hx
Karboksilasi Ketahanan Pemutusan rantai
beberapa Hx yang digunakan dan prediksi Oksidasi dan rangkap dan
rantai cabang yang akan terbentuk. Reaksi Kemampuan pembentukan
modifikasi hidrokarbon yang menghasilkan tuang disuhu cabang, reaksi dgn
rendah CO +
gugus hidroksil atau karboksil dengan Hidrogen/Alkohol
mereaksikan minyak nabati dengan karbon Olefin Metathesis Ketahanan Pembentukan
monoksida dilanjutkan dengan reaksi Oksidasi senyawa olefin +
ester dilanjutkan
dengan hidrogen atau dioksidasi dikenal reaksi dengan
dengan nama karboksilasi. Reaksi ini hidrogenasi/epoksid
asi
merupakan reaksi penjenuhan minyak yang
dilakukan dengan bantuan katalis asal atau
CO2(CO)8. Dari hasil reaksi ini akan di V Kesimpulan
hasilkan minyak dengan ketahanan oksidasi a. Modifikasi minyak nabati dengan metode
dengan kemampuan tuang yang baik. Selain genetik akan menghasilkan perubahan
metode komersil yang tadi sudah dibahas komposisi minyak nabati tanpa diikuti
ada satu metode modifikasi pada rantai dengan terbetuknya senyawa baru seperti
hidrokarbon yang saat ini secara teknis yang terjadi pada modifikasi
pelaksanaannya masih mahal dan secara menggunakan metode kimia.
proses yield yang diperoleh masih rendah. b. Modifikasi rantai hidrokarbon dengan
Reaksi itu adalah olefin metathesis. Reaksi metode epoksidasi merupakan metode
ini adalah reaksi pemotongan rantai yang paling baik dalam meningkatkan
hidrokarbon, akan tetapi hasil dari kualitas minyak nabati sebagai bahan
pemotongan ini masih memiliki ikatan baku pelumas bio.
rangkap 2 sehingga diperlukan reaksi
DAFTAR PUSTAKA