Anda di halaman 1dari 10

STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO

Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

STUDI PUSTAKA
MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU
PELUMAS BIO

Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati


Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal, Jl.Raya Al-Kamal No.2, Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
11520, Telepon 021-5811088, Fax 021-58300105 Email: adzhuma@yahoo.com

abstrak
Pemanfaatan minyak nabati sebagai sumber bahan baku minyak pelumas merupakan jawaban
dari meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya jumlah penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku pelumas atau
biasa disebut dengan pelumas bio. Tercatat penggunaan pelumas bio didunia sebesar 46Juta
KL/tahun dan pertumbuhannya 2%/tahun. Penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku
pelumas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Ketahanan oksidasi dan kemampuan
tuang pada suhu rendah merupakan kelemahan minyak nabati. Modifikasi dengan rekayasa
genetik mampu mengubah gen dalam tanaman, sehingga mengubah komposisi minyak yang
dihasilkan. Modifikasi secara kimia dengan modifikasi gugus karboksil melalui reaksi
transesterifikasi dan pembentukan fatty amina, serta dengan memodifikasi rantai hidrokarbon
dengan reaksi hidrogenasi, epoksidasi, ozonisasi, karboksilasi dan olefin methatesis menjadi
pilihan dalam rangka meningkatkan ketahanan oksidasi dan kemampuan tuang pada suhu
rendah untuk minyak nabati. Hasil modifikasi dengan rekayasa gen mampu mengubah
komposisi kandungan ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh sehingga mampu meningkatkan
sifat minyak nabati yang dihasilkan. Hasil modifikasi dengan cara kimia menhasilkan senyawa
baru dengan rantai hidrokarbon yang lebih pendek, jenuh dan memiliki cabang sehingga
kualitasnya setara dengan bahan baku pelumas berbasis minyak bumi.

Kata Kunci : Pelumas Bio, Stabilitas Oksidasi, Kemampuan tuang, Modifikasi genetik dan
kimia

Abstract
Utilization of vegetable oils as a source of lubricating oil feedstock is the answer to
increase awareness of the world community in preserving the environment. It is
characterized by the increasing amount of use of vegetable oil as a raw material
commonly referred to as a lubricant or lubricant bio. Recorded the use of bio lubricants
in the world of 46 million KL / year and the growth of 2% / year. The use of vegetable
oil as a lubricant material has some advantages and disadvantages. Oxidation stability
and pour point is the disadvantages of vegetable oil. Modification by genetic
engineering can alter genes in plants, thus changing the composition of the oil
produced. Modification by the chemical modification of carboxyl groups through
transesterification reaction and the formation of fatty amines, as well as by modifying
the hydrocarbon chain with the hydrogenation reaction, epoxidation, ozonation, and
olefin carboxylation methatesis an option in order to improve oxidation stability and
pour point for vegetable oils. Modified by engineering the genes capable of altering the
composition contains an unsaturated bond into saturated bonds so as to improve the
properties of vegetable oil produced. Modified by chemical means get the highest new
compounds with shorter chain hydrocarbons, saturated and has a branch, so the quality
is equivalent to the raw materials of petroleum-based lubricant.

Key Words : Biolubricant, Oxidation Stability, Pour Point, Genetic and chemical modification

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 23


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

I. PENDAHULUAN 2. Mempetakan peningkatan sifat fisik


1.1 Latar Belakang Masalah dari minyak nabati melalui metode
Lingkungan harus dilindungi penambahan additive, genetik dan
terhadap pencemaran yang disebabkan oleh kimiawi
minyak pelumas dengan bahan dasar dari
minyak bumi. Masalah pencemaran ini 1.3 Pembatasan Masalah
diperparah dengan kenyataan bahwa sekitar 1. studi ini di fokuskan pada
50% dari semua pelumas yang dijual di modifikasi minyak nabati sebagai
seluruh dunia tempat pembuangan akhirnya sumber bahan baku pelumas bio
adalah kelingkungan baik melalui dengan cara Genetik dan Kimiawi
penguapan, tumpahan, atau penggunaan 2. Pustaka yang digunakan bersumber
sampai habis. Ancaman terhadap lingkungan dari publikasi jurnal internasional
yang disebabkan pencemaran dari pelumas, dan buku.
dapat dihindari dengan menggunakan
pelumas hasil reklamasi dan daur ulang atau II. Tinjauan Pustaka
menggunakan pelumas yang ramah 1. Pelumas Bio
lingkungan. Pelumas bio adalah pelumas yang memiliki
Minyak nabati diakui sebagai bahan sifat – sifat ramah lingkungan seperti :
yang memiliki sifat cepat terurai dan karena mudah diuraikan dilingkungan, memiliki
itu cocok digunakan sebagai bahan dasar kandungan racun terhadap lingkungan yang
pembuatan pelumas ramah lingkungan. sangat rendah akan tetapi tetap memenuhi
Pelumas berbasis pada minyak nabati standar pelumas yang telah ditetapkan.
memiliki sifat pelumasan, indeks viskositas Pelumas bio tidak selalu terbuat dari minyak
tinggi, dan flash point yang sangat baik. nabati akan tetapi bisa juga terbuat dari
Untuk bersaing dengan pelumas mineral modifikasi minyak nabati maupun minyak
berbahan dasar minyak, beberapa kelemahan dasar berbasis minyak bumi. Pertumbuhan
yang melekat pada minyak nabati seperti : penggunaan pelumas bio didunia adalah
tingkat ketahanan terhadap toksidasi dan 2%/tahun dengan pemakaian saat ini sebesar
stabilitas suhu rendah, harus diperbaiki. 46.Juta KL. Penggunaan pelumas bio ini
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini 48% digunakan untuk pelumas mesin,
adalah modifikasi baik yang dilakukan 15,3% untuk pelumas untuk proses, 10,2 %
secara genetik maupun dilakukan secara digunakan sebagai oli hidrolik dan sisanya
kimia. 26,5% untuk pelumasan lainnya. Wilayah
Penggunaan minyak nabati sebagai yang paling banyak menggunakan pelumas
bahan dasar pelumas saat berkembang bio adalah di Asia Pasifik dengan 36,7%,
dengan cepat, tercatat di Amerika serikat Amerika Utara 28%, Eropa 12,5% dan
setiap tahunnya 5 Juta Ton pelumas wilayah lain sebesar 22,8%. (Bart, J. B. Dan
berbahan dasar petroleum digantikan oleh Larry, P., 2008). Pelumas bio ini memiliki
pelumas berbahan dasar minyak nabati. beberapa keunggulan apabila dibandingkan
Tingkat pertumbuhan penggunaan minyak dengan pelumas dengan minyak dasar
nabati sebagai pelumas naik 5 -8 % setiap berbasis minyak bumi antara lain :
tahunnya. Penggunaan pelumas berbahan a. Lebih cepat diuraikan bakteri karena
dasar minyak nabati tidak hanya digunakan berasal dari bahan organik
untuk minyak hidrolik saja, akan tetapi b. Kandungan racun yang rendah
sudah banyak di gunakan pada mesin karena tidak mengandung sulfur dan
kendaraan (Sevim, et all., 2008). senyawa aromatik, parafinik dan
naftalenik yang berasal dari minyak
1.2 Tujuan bumi.
Tujuan dari dilakukannya studi pustaka ini c. Ramah lingkungan
adalah : d. Sifat pelumasan yang baik
1. Mengumpulkan metode yang dapat e. Indek kekentalan yang baik
dilakukan untuk melakukan Akan tetapi selain sifat baik yang ada dalam
modifikasi minyak nabati sebagai pelumas bio ada juga ke lemahan dari
sumber bahan baku pelumas bio pelumas bio, yang diakibatkan komposisi

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 24


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

dari minyak asalnya. Kelemahan itu antara c. Memiliki indek viskositas yang lebih
lain : tinggi sehingga kemampuan melumasi
a. Kemampuan tuang pada temperatur lebih bertahan lama
rendah d. Memiliki stabilitas geser yang tinggi
b. Ketahanan terhadap oksidasi e. Memiliki sifat pencucian yang lebih
Untuk mengatasi kelemahan yang terdapat tinggi sehingga mengurangi penambahan
pada minyak nabati itu maka dilakukanlah bahan pencucian
beberapa modifikasi baik secara genetik dan f. Memiliki kemampuan menyebarkan lebih
kimiawi. Modifikasi secara kimiawi pun baik sehingga tidak terbentuk endapan
dilakukan dengan cara mengubah minyak sisa pembakaran ataupun kotoran yang
nabati menjadi seyawa lain maupun dengan terbawa bahan bakar.
penambahan aditif yang dapat meningkatkan g. Memiliki kemampuan terurai lebih cepat
kemampuan pelumasan dari minyak nabati. sehingga mengurangi bahaya pencemaran
Pada akhirnya pelumas bio harus dapat pada lingkungan. (Jumat Salimon et al .,
memenuhi syarat fungsi pelumasan sebagai 2010)
berikut :
a. Memiliki kemampuan melumasi lebih 2. Minyak Nabati
tinggi sehingga mengurangi kehilangan Minyak nabati adalah minyak yang
daya karena gesekan dan akan dihasilkan dari tumbuh – tumbuhan. Minyak
menghasilkan tenaga lebih besar dan nabati jenis ini banyak digunakan sebagai
konsumsi bahan bakar yang lebih efisien bahan baku karena komposisinya memenuhi
b. Memiliki kemampuan menguap yang syarat sebagai bahan baku pelumas. Berikut
lebih kecil yang akan menurunkan emisi disampaikan komposisi minyak nabati
buang. berdasarkan kandungan ikatan yang terdapat
dalam minyak nabati.

Tabel 2.1 Komposisi Minyak Nabati


Lain
Minyak Nabati 16:0 18:0 18:1 18:2 18:3 22:1
Minyak kedelai 11,8 3,2 23,3 55,5 6,3
Minyak Rapeseed 3,5 0,9 19,4 22,3 8,2 45
Minyak Canola 2,5 1 64,4 22,2 8,2 1
Minyak Kacang Tanah 10 3 50 30 3a
Minyak Bunga Matahari 6 3 28 61
Minyak Linseed 5 3 22 17 52
Minyak Jaitun 14 2 64 16 2
Minyak Kelapa 9 2 7 1 72b
Minyak Kelapa Sawit 42 5 41 10 2c
Minyak Inti Sawit 7 2 15 1 70d

a : 20:1 (3%), b : 10:0 (7%), 12:0 (48%), 14:0 (17%), c : 14:0 (2%), d : 10:0 (5%), 12:0 (50%),
14:0 (15%). (Sevim, et al ., 2006)

Komposisi minyak nabati akan sangat kekentalan, pour point digunakan pada
menentukan karakteristik dari minyak nabati daerah tropis atau sub tropis, temperatur
yang dihasilkan, minyak nabati dengan kerja pelumas dan lain – lain. Berikut
rantai rangkap yang banyak akan memiliki disampaikan berbagai jenis minyak nabati
pour point yang baik, akan tetapi kestabilan dan prediksi kegunaannya.
oksidasinya rendah. Sebaliknya minyak Tabel 2.2 Prediksi Penggunaan Minyak
nabati dengan rantai rangkap yang sedikit Nabati sebagai Pelumas Bio
akan tahan terhadap oksidasi akan tetapi Kegunaannya
memiliki pour point yang jelek, sebab pada Minyak Nabati
dalam Pelumas Bio
temperatur kamar membeku. Dari Pelumas , Biodiesel,
komposisi penyusun minyak nabati tersebut Pelumas besi cetak,
kemudian kita dapat melakukan prediksi tinta printer, cat,
penggunaan minyak nabati yang cocok pada Minyak kedelai coating, Sabun,
aplikasi yang berbeda. Kecocokan aplikasi shampo, deterjen,
pestisida, disinfectants,
ini didasarkan kepada : berat jenis,
plasticizer.

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 25


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

Pelumas poros rantai 1. Asam Oleat, 2. Asam Linoleat, 3. Asam


mesin potong, minyak Linolenat, 4. Asam Oleostearat, 5.
kompresor udara Asam Vernolat, 6. Asam Risinoleat.
Minyak Rapeseed standar peralatan
farmasi, Grease Bio, oli
hidrolik, bahan bakar ,
sabun.
Oli hidrolik, cairan
sistem penggerak
traktor, oil untuk kerja
Minyak Canola logam, Pelumas kelas
makanan, penetrating
oils, Pelumas poros
rantai dll.
Minyak Bunga Grease (gemuk)
Matahari
Coating, cat, lak dan
Minyak Linseed
pernis
Pelumas kendaraan
Minyak Jaitun
bermotor
Pelumas mesin Gambar 2.1 Struktur Kimia Beberapa
Minyak Kelapa
berbahan bakar gas asam Lemak
Minyak Kelapa Rolling Oil dan Grease
Sawit (gemuk) Asam lemak dengan rantai rangkap yang
(Leslie et al., 2006) jumlahnya sedikit (1,5,6) akan memiliki
ketahanan oksidasi lebih baik dari pada
3. Struktur Kimia Minyak Nabati asam lemak (2,3,4), agar minyak nabati ini
Selain komposisi penyusun dari minyak memiliki keunggulan sifat fisika maka harus
nabati yang menentukan karakteristik dari dilakukan modifikasi (Bailey & Hui, 2005)
pelumas yang akan dihasilkan, struktur dari
minyak nabati juga akan menentukan 4. Stabilitas Oksidasi
karakteristik dan sifat dari pelumas. Minyak Stabilitas oksidasi adalah sifat pelumas yang
nabati dengan rantai lurus dan banyak menunjukkan kemampuan tidak rusaknya
cabang atau mirip dengan PAO (Poly Alpha minyak dasar akibat adanya peningkatan
Olefin) sangat disukai sebagai bahan dasar temperatur. Stabilitas oksidasi ini
pelumas. Karena rantai lurusnya memiliki dipengaruhi oleh komposisi kimia yang
ketahanan terhadap oksidasi dan rantai terdapat didalam minyak. Semakin jenuh
cabangnya memberikan efek pour point rantai karbon yang terdapat dalam minyak
yang baik, pada gambar 2.1 berikut ini maka stabilitas oksidasinya makin baik
disampaikan struktur kimia beberapa asam sebaliknya demikian.
lemak penyusun minyak nabati.
5. Kemampuan Tuang
Kemampuan tuang adalah suatu sifat yang
ditandai dengan kemampuan minyak
mengalir pada suhu terendah atau biasa
disebut dengan pour point. Sifat ini
dipengaruhi oleh komposisi kimia yang
terdapat didalam minyak. Semakin jenuh
rantai karbon yang terdapat dalam minyak
maka kemampuan tuangnya akan berkurang
sebaliknya demikian. Selain itu adanya
percabangan dalam rantai hidro karbon akan
memberikan kemampuan tuang lebih baik
dibandingkan dengan hirokarbon lurus tanpa
cabang.

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 26


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

III Metode Modifikasi Minyak Nabati kemudian dilakukan Coating DNA


Modifikasi minyak nabati dilakukan untuk menggunakan partikel emas,
meningkatkan propertis dari minyak nabati, b. Impregnasi DNA Coated Particle
modifikasi dapat dilakukan dengan 2 cara : kedalam embrio tanaman dengan
1. Modifikasi Secara Genetik menggunakan Gene Gun.
2. Modifikasi Secara Kimia c. Integrasi antara DNA Coated Particle
dengan DNA tanaman, diikuti dengan
3.1 Modifikasi Secara Genetik pemilihan DNA yang telah
Modifikasi secara genetik adalah upaya yang terintegrasi, dilakukan setelah 4 – 6
dilakukan agar komposisi asam lemak dalam minggu setelah proses impregnasi
minyak yang semula memiliki ikatan d. Pengembangbiakan tanaman hasil
rangkap yang banyak dibuat menjadi lebih modifikasi atau biasa disebut dengan
sedikit, hal ini dilakukan dengan cara tanaman transgenik (Monica et all.,
melakukan rekomposisi DNA suatu 2006).
tumbuhan sehingga didapat komposisi DNA
baru dengan semua sifat unggulnya. Cara Hasil Modifikasi ini dapat dilihat pada
seperti ini disebut dengan ransgenik. Proses tanaman kedelai, dimana tanaman kedelai
rekomposisi (transgenik) ini dilakukan dapat dirubah komposisi penyusun asam
dengan 2 cara : pertama dengan lemaknya sehingga memiliki sifat yang
memanfaatkan mikroba Agrobacterium cocok untuk bahan baku pelumas.
sebagai pembawa sifat unggul yang Komposisi hasil modifikasi ini dapat dilihat
disebarkan pada media tanam tanaman yang pada gambar 2.3.
akan dilakukan rekomposisi DNA sehingga
dlam perjalanannya secara alamiah akan
dihasilkan bibit baru yang memiliki sifat
unggul, kedua dengan cara particle
bombardment, cara ini dilakukan dengan
cara impregnasi DNA unggul yang dilapisi
partikel emas nano kedalam embrio suatu
tanaman metode ini dilakukan dimedia
cawan. Gambaran secara umum proses
modifikasi dengan cara particle
bombardment disampaikan pada gambar 3.1.

Gambar 3.2 Komposisi Asam Lemak


Minyak Kedelai Konvensional dan
Transgenik (Monica et all., 2006)

Dari gambar diatas kita mengetahui bahwa


minyak kedelai yang semula memiliki asam
Linoleat sebagai penyusun yang dominan
setelah dilakukan modifikasi menjadi
Gambar 3.1 Proses Modifikasi Dengan
memiliki asam Oleat sebagai penyusun yang
Metode Particle Bombardment (Monica et
dominan, sehingga jika kita akan
all., 2006)
menggunakannya sebagai bahan baku
pelumas proses penjenuhan berlangsung
Langkah modifikasi dengan metode particle
lebih nudah dan sedikit yang secara
bombardment
langsung juga akan mengurangi biaya untuk
a. Pembuatan DNA Coated Particle.
modifikasi.
Penggabungan dan rekomposisi DNA
unggul dari tanaman unggul yang ada

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 27


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

3.2 Modifikasi Secara Kimia


Proses modifikasi secara kimiawi dilakukan
dengan mereaksikan langsung minyak nabati
dengan bahan – bahan kimia yang cara
spesifik dapat memberikan sifat baru dari
sifat asalnya. Secara garis besarnya
modifikasi ini dibagi menjadi 2 jalur
modifikasi yaitu :

3.2.1 Modifikasi pada Gugus karboksil


3.2.1.1 Transesterifikasi

Reaksi ini dilakukan pada minyak untuk


memecah minyak menjadi ester dan gliserol Gambar 3.4 Jalur Modifikasi Pada
menggunakan alkohol dan katalis. Proses ini Rantai Hidrokarbon Minyak Nabati
pertama kali dikembangkan oleh Duffy dan
J.Patrick diawal tahun 1853. Ester yang 3.2.2.1 Hydrogenasi
dihasilkan memiliki sifat yang sangat mirip Modifikasi menggunakan reaksi hidrogenasi
dengan bahan bakar solar sehingga hasil merupakan reaksi penjenuhan yang paling
proses ini banyak digunakan sebagai maju teknologinya karena sudah digunakan
pengganti bahan bakar solar atau sering untuk menghidrogenasi minyak petroleum,
disebut dengan BioSolar atau Biodiesel. akan tetapi penjenuhan sempurna pada
(Sevim et al., 2006) Skema reaksi minyak nabati tidak diinginkan karena dapat
Transesterifikasi secara umum dapat dilihat menghasilkan sifat yang jelek pada pour
pada gambar 2.4. point, oleh karena itu hidrogenasi yang
dilakukan adalah hidrohenasi parsial.
Reaksi dilakukan dengan mereaksikan
minyak nabati dengan hidrogen dan katalis
logam (Sevim et al., 2006).

Minyak Nabati Metanol Metil ester Gliserol 3.2.2.2 Oxidative Scission


Prinsip dari reaksi ini adalah melakukan
Gambar 3.3 Skema Reaksi pemotongan rantai hidrokarbon minyak
Transesterifikasi Secara Umum nabati menjadi rantai hidrokarbon yang lebih
pendek menggunakan suatu spesi oksidator
3.2.1.2 Pembentukan Fatty Amina kuat, oksidator yang sering digunakan
Proses ini berlangsung dengan mereaksikan adalah ozon (O3) (Sevim et al., 2006).
minyak nabati dengan amonia, yang akan Contoh dari reaksi ozonolisis dari suatu
menghasilkan amida dan nitril sebagai hasil asam oleik ester digambarkan pada gambar
sampingnya. Nitril yang dihasilkan 3.5 berikut ini.
kemudian di Hidrogenasi menggunakan
katalis nikel menjadi lemak Amina (Sevim
et al., 2006).

3.2.2 Modifikasi pada Rantai


Hidrokarbon
Reaksi ini merupakan reaksi modifikasi
yang dilakukan untuk menghilangkan ikatan Ester Asam Oleat Asam Nonanoat dan
rangkap pada minyak nabati sehingga akan Nonane 1,9-Asam Dioat
diperoleh minyak dengan ketahanan oksidasi
lebih baik (Sevim et al., 2006). Gambaran Gambar 3.5 Contoh Reaksi Ozonolisis
umum reaksi yang dapat dilakukan pada
rantai hidrokarbon digambarkan pada
gambar 3.4
3.2.2.3 Epoksidasi

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 28


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

Reaksi epoksidasi merupakan reaksi yang epoksidasi dengan HX yang berbeda


paling cocok untuk penjenuhan minyak ditunjukkan pada tabel 3.1
nabati yang dapat memberikan efek
peningkatan ketahanan terhadap oksidasi. Tabel. 3.1 Prediksi Senyawa Hasil
Peracid seperti asam perasetat dan asam Epoksidasi Berdasarkan Gugus HX
performat adalah reagen yang paling sering
digunakan untuk direaksikan dengan minyak
nabati membentuk oksiran (eter) sebagai
pengganti rantai rangkap. Reaksi ini
biasanya berjalan pada temperatur 40 –
80oC, lamanya waktu reaksi sangat
bervariasi tergantung seberapa banyak
ikatan rangkap yang akan dijenuhkan dan
katalis yang digunakan (Eugenius Milchert
dan Anna Smagowicz, 2008). Sebagai
gambaran umum reaksi ini digambarkan
pada gambar 3.6

Gambar 3.6 Epoksidasi Minyak Nabati 3.2.2.4 Karboksilasi


Reaksi ini adalah reaksi antara rantai
Selain reaksi utama diatas dengan rangkap 2 dengan karbon monoksida, ada 3
keberadaan asam hasil epoksidasi ini masih jenis reaksi karboksilasi, pertama tipe
memiliki kemungkinan bereaksi lanjut Hydroformilation (oxosynthesis) adalah
dengan masuknya suatu gugus senyawa lain reaksi minyak nabati dengan CO dilanjutkan
menjadi ester. dengan hidrogenasi menghasilkan gugus
hidroksil atau dioksidasi menghasilkan
gugus karboksil, reaksi ini menggunakan
katalis CO2(CO)8. Kedua tipe
Gambar 3.7 Reaksi Pembentukan ester Hydrocarboxylation dan ketiga Koch
(Brajendra, K. dan Sharma et all., 2008) synthesis adalah reaksi minyak nabati
dengan CO menghasilkan dilanjutkan
Dari beberapa percobaan yang pernah dengan methanolisis menghasilkan ester
dilakukan, pembukaan rantai oksiran dan pada ikatan rangkap 2 nya, perbedaan reaksi
masuknya senyawa HX maka dihasilkan tipe kedua dan ketiga adalah pada katalis
beberapa senyawa baru yang memberikan yang edigunakan. Katalis yang digunakan
sifat fisik baik pada minyak nabati. Sebagai pada reaksi tipe kedua adalah CO2(CO)8
contoh epoksidasi minyak nabati kemudian sedangkan pada reaksi tipe ke 3 adalah asam
dilanjutkan dengan penambahan Boron sulfat (Sevim et al., 2006). Model reaksi
trifluoride etherate, waktu reaksi 3 jam secara umum untuk ketiga tipe reaksi ini
temperatur 50oC menghasilkan diester dapat dilihat pada gambar 3.8.
dengan tingkat pour point dan kestabilan
terhadap oksidasi yang meningkat dari
minyak nabatinya. Reaksi lanjutan

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 29


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

menggunakan metode genetik atau yang


lebih dikenal dengan kedelai transgenik
nampu mengubah komposisi minyak nabati
tersebut dengan sebelumnya didominasi oleh
asam linoleat (lihat tabel 2.1)dan asam
linolenat yang memiliki ikatan rangkap 2
sebanyak dua buah dan 3 buah dengan
komposisi 55,5% asam linoleat dan 6,3%
Gambar 3.8 Tipe Reaksi Karboksilasi. asam linolenat serta 23,3% asam oleat
a) Reaksi Tipe 3, dikonversikan menjadi asam oleat dengan
b) Reaksi Tipe 2, rantai rangkap sebanyak 1 buah dengan
c) Reaksi Tipe 1 komposisi 80% asam oleat, 2-3% asam
linoleat dan 3-5% asam linolenat. Dengan
perubahan komposisi ini, minyak kedelai
3.2.2.5 Olefin Metathesis transgenik memiliki ketahanan terhadap
Reaksi ini adalah reaksi pemutusan rantai oksidasi lebih baik dari pada sebelumnya
hidrokarbon minyak nabati menggunakan dan titik tuang yang rendah masih dapat
etilen. Hasil dari reaksi ini adalah senyawa dicapai dengan adanya 1 ikatan rangkap 2
ester dan olefin. Pada proses ini hasil yang menjadikan minyak ini tidak jenuh.
pemutusan rantai hidrokarbon masih Modifikasi minyak nabati secara kimia
mengandung ikatan rangkap 2, oleh karena dilakukan dengan cara modifiksi terhadap
itu diperlukan proses hidrogenasi atau gugus karboksil dan rantai hidrokarbon.
epoksidasi untuk melengkapi proses
penjenuhan minyak nabati tersebut. Modifikasi pada gugus karboksil
Reaksi Olefin Metathesis masih dianggap menghasilkan gugus baru yaitu gugus ester
reaksi yang belum ekonomis karena katalis dan amina. Minyak nabati yang memiliki
yang digunakan masih sangat mahal dan banyak ikatan rangkap dipecah dengan
yield yang dihasilkan masih rendah (Robert proses alkoholisis menggunakan alkohol dan
Manurung et al., 2008). Contoh reaksi aminasi menggunakan amonia. Hasil kedua
Olefin Metathesis dapat dilihat pada gambar reaksi ini akan terbentuk rantai hidrokarbon
3.9. tunggal dan sedikit ikatan rangkap.
Terbentuknya senyawa baru ini secara
otomatis akan memberikan karakteristik
yang sangat berbeda dengan minyak nabati.

Modifikasi pada rantai hidrokarbon


dilakukan dengan tujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap yang dimiliki oleh minyak
nabati. Akibat penjenuhan ini akan terjadi
Gambar 3.9 Reaksi Asam Oleat Ester penurunan kualitas minyak nabati pada
menghasilkan Olefin Dan Ester kemampuan tuang minyak disuhu rendah
untuk itu dilakukan penjenuhan parsial atau
IV Pembahasan memasukan rantai lain pada gugus
Minyak dasar yang digunakan sebagai bahan hidrokarbon sehingga terjadi percabangan
baku pelumas seperti PAO memiliki rantai yang memberikan perbaikan sifat
karbon yang lurus ikatannya tunggal dan kemampuan tuang pada minyak nabati.
memiliki banyak cabang. Rantai karbon Penjenuhan parsial dilakukan pada metode
lurus dan ikatannya tunggal memberikan hidrogenasi yaitu mereaksikan minyak
kontribusi kepada ketahanan terhadap nabati dengan hidrogen dengan bantuan
oksidasi yang sangat baik sedangkan rantai katalis logam hasil dari reaksi ini adalah
cabang memberikan kontribusi kepada titik minyak nabati dengan jumlah rantai rangkap
tuang yang rendah. Modifikasi terhadap yang sedikit serta meningkatkan kualitas
minyak nabati dilakukan agar minyak nabati ketahanan terhadap oksidasi. Reaksi
memiliki sifat – sifat yang setara dengan pemotongan rantai menjadi rantai
PAO. Modifikasi minyak kedelai hidrokarbon yang lebih pendek adalah ciri

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 30


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

reaksi minyak nabati dengan oksidator kuat hidrogenasi atau epoksidasi untuk
seperti ozon (O3). Sebagai contoh suatu melengkapi reaksinya.
senyawa asam oleik ester direaksikan
dengan ozon akan menghasilkan 2 senyawa Berdasarkan semua metode modifikasi
baru dengan susunan hidrokarbon yang lebih terhadap minyak nabati yang dilakukan
pendek yang lebih memiliki ketahanan secara genetik dan kimia maka peta metode
terhadap oksidasi dan kemampuan tuang modifikasi dan peningkatan kualitas minyak
ditemperatur rendah lebih baik jika nabati yang diperoleh dapat ditabulasikan
dibandingkan dengan senyawa asalnya. pada tabel 4.1.
Reaksi penjenuhan yang diikuti dengan
pembentukan cabang merupakan reaksi yang Tabel 4.1 Metode Modifikasi Minyak nabati
diinginkan dalam peningkatan sifat fisik dari Serta Peningkatan Kualitas Yang Di Peroleh
minyak nabati yang akan digunakan sebagai Peningkatan
bahan baku pelumas bio. Reaksi semacam Metode Keterangan
Kualitas
ini hanya dapat dilakukan pada reaksi Genetik Ketahanan Perubahan Pada
Oksidasi komposisi penyusun
epoksidasi. Reaksi denga cara epoksidasi minyak nabati/tidak
akan memberikan peningkatan kualitas pada ada perubahan
ketahanan oksidasi tetapi juga akan senyawa kimia
Kimia (Modifikasi Ketahanan Pembentukan
memberikan kemampuan tuang pada suhu Gugus Karboksil) Oksidasi senyawa ester dgn
rendah. Jalannya reaksi epoksidasi dilaukan Transesterifikasi reaksi alkoholisis
secara bertahap, pertama minyak nabati akan Pembentukan Fatty Ketahanan Pembentukan
Amina Oksidasi senyawa lemak
mengalami pembukaan ikatan rangkap amina, reaksi dgn
dengan diinisiasi oleh suatu peroksida amonia +
hidrogenasi
membentuk suatu oksiran (eter). Pada tahap Ketahanan Pemutusan rantai
Kimia (Modifikasi
ini peningkatan terhadap oksidasi sudah Rantai Hidrokarbon ) Oksidasi rangkap, reaksi dgn
terjadi. Untuk meningkatkan kemampuan Hidrogenasi Hidrogen
Pemotongan Rantai Ketahanan Pemutusan rantai
tuang pada minyak nabati reaksi dilanjutkan Oksidasi rangkap, reaksi dgn
dengan penambahan spesi asam (Hx) yang O3
akan membentuk diester. Terbentuknya Epoksidasi Ketahanan Pemutusan rantai
Oksidasi dan rangkap dan
gugus diester ini yang akan memberikan Kemampuan pembentukan
kemampuan tuang pada suhu rendah dari tuang disuhu cabang, reaksi dgn
minyak nabati. Pada tabel 3.1 disampaikan rendah peracid + Hx
Karboksilasi Ketahanan Pemutusan rantai
beberapa Hx yang digunakan dan prediksi Oksidasi dan rangkap dan
rantai cabang yang akan terbentuk. Reaksi Kemampuan pembentukan
modifikasi hidrokarbon yang menghasilkan tuang disuhu cabang, reaksi dgn
rendah CO +
gugus hidroksil atau karboksil dengan Hidrogen/Alkohol
mereaksikan minyak nabati dengan karbon Olefin Metathesis Ketahanan Pembentukan
monoksida dilanjutkan dengan reaksi Oksidasi senyawa olefin +
ester dilanjutkan
dengan hidrogen atau dioksidasi dikenal reaksi dengan
dengan nama karboksilasi. Reaksi ini hidrogenasi/epoksid
asi
merupakan reaksi penjenuhan minyak yang
dilakukan dengan bantuan katalis asal atau
CO2(CO)8. Dari hasil reaksi ini akan di V Kesimpulan
hasilkan minyak dengan ketahanan oksidasi a. Modifikasi minyak nabati dengan metode
dengan kemampuan tuang yang baik. Selain genetik akan menghasilkan perubahan
metode komersil yang tadi sudah dibahas komposisi minyak nabati tanpa diikuti
ada satu metode modifikasi pada rantai dengan terbetuknya senyawa baru seperti
hidrokarbon yang saat ini secara teknis yang terjadi pada modifikasi
pelaksanaannya masih mahal dan secara menggunakan metode kimia.
proses yield yang diperoleh masih rendah. b. Modifikasi rantai hidrokarbon dengan
Reaksi itu adalah olefin metathesis. Reaksi metode epoksidasi merupakan metode
ini adalah reaksi pemotongan rantai yang paling baik dalam meningkatkan
hidrokarbon, akan tetapi hasil dari kualitas minyak nabati sebagai bahan
pemotongan ini masih memiliki ikatan baku pelumas bio.
rangkap 2 sehingga diperlukan reaksi

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 31


STUDI PUSTAKA MODIFIKASI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PELUMAS BIO
Agung Siswahyu dan Tri Yuni Hendrawati

c. Metode modifikasi olefin metathesisw


merupakan metode yang masih dapat
dikembangkan agar lebih ekonomis dan
memberikan yield lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Bailey & Hui, 2005, ” Edible Oil and Fat


Products: Chemistry, Properties, and
Health Effects”, Volume 1, 6th edition, A
John Wiley & Sons, Inc, New Jersey.
Bart J. Bremmer & Dr. Larry Plonsker,
2008, ” Bio Based Lubricants A Market
Opportunity Study Update”, United
Soybean Board.
Brajendra. K. Sharma, Atanu Adhvaryu,
Zengshe Liu, and Sevim Z. Erhan, 2008, ”
One-Pot Synthesis of Chemically
Modified Vegetable Oils”, J. Agric. Food
Chem., 56,P. 3049–3056
Eugenius Milchert dan Anna Smagowicz,
2008, „ Epoxidation Of Rapeseed Oil
With Peracetic and Performic acid”,
Biblioteka Cyfrowa Politechniki
Krakowskiej, P 283 – 291.
Jumat Salimon1, Nadia Salih1 and Emad
Yousif, 2010, “Biolubricants: Raw
materials, chemical modifications and
environmental benefits”, Eur. J. Lipid
Sci. Technol. 112, 519–530.
Leslie R. Rudnick dan Sevim Z. Erhan,
2006,“ Natural Oils as Lubricants”,
Journal of Synthetic Lubrication, Vol 17,
Bab 21
Monica A. Schmidt,et all, 2006,
“Biotechnological Enhancement of
Soybean Oil for Lubricant Applications”,
Journal of Synthetic Lubrication, Vol 17,
Bab 23
Robert Manurung, et all, 2008,” Synthesis of
Biolubricant Materials and Novel Fuels
from Vegetable Oils”, 3rd Indonesia Fuel
& Lube Conference & Exhibition.
Sevim Z. Erhan, Atanu Adhvaryu, dan
Brajendra K. Sharma, 2006, “Chemically
Functionalized Vegetable Oils”, Journal
of Synthetic Lubrication, Vol 17, Bab 22
Sevim Z. Erhan, et all, 2008, “Lubricant
Base Stock Potential of Chemically
Modified Vegetable Oils”, J. Agric. Food
Chem., 56, 8919 – 8925.

Jurnal Teknologi Vol. 2 No. 2 Juli 2013 : 23 – 32 ISSN 2088-3315 32

Anda mungkin juga menyukai