Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JANUARY EFFECT PADA KELOMPOK SAHAM INDEKS LQ-45 DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2017

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1. Pasar Efisien


Istilah tentang pasar yang efisien memang bisa diartikan secara berbeda untuk
tujuan yang berbeda pula. Utuk bidang keuangan, konsep pasar yang efisien lebih
ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar dimana harga
semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang
tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang
tersedia baik informasi di masa lalu (misalkan laba perusahaan tahun lalu), maupun
informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan dividen tahun ini), serta informasi yang
bersifat sebagai pendapat/opini rasional yang beredar di pasar yang bisa mempengaruhi
perubahan harga (missal, jika banyak investor di pasar berpendapat bahwa harga saham
akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham
yang cenderung naik).
Konsep pasar efisien menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga
sekuritas menuju harga keseimbangan yang abru, sebagai respons atas informasi baru
yang masuk ke pasar. Meskipun proses penyesuaian harga tidak harus berjalan dengan
sempurna, tetapi yang dipentingkan adalah harga yang terbentuk tersebut tidak bias.
Dengan demikian, pada waktu tertentu pasar, bisa overadjusted atau underadjusted ketika
bereaksi terhadap informasi baru, sehingga harga baru yang terbentuk tersebut bisa jadi
bukan merupakan harga yang mencerminkan nilai intrinsic dari sekuritas tersebut. Jadi
hal yang penting dari mekanisme pasar efisien adalah harga yang terbentuk tidak bias
dengan estimasi harga keseimbangan. Harga keseimbangan akan terbentuk setelah
investor sudah sepenuhnya menilai dampak dari informasi tersebut.
Ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untu tercapainya pasar yang efisien
berikut ini:
1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit.
Investor-investor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan
menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. Di samping itu
mereka juga merupakan price taker, sehingga tindakan dari satu investor saja
tidak akan mampu mempengaruhi harga dari sekuritas.
2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan
cara yang murah dan mudah
3. Informasi yang terjadi bersifat random
4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga
sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat
informasi tersebut.
Perubahan harga yang terjadi hari ini tidak tergantung kepada perubahan harga
yang terjadi di waktu yang lalu karena harga baru tersebut berdasarkan pada reaksi
investor terhadap informasi baru yang terjadi secara random.
Berikut diuraikan secara rinci bentuk efisiensi pasar tersebut.
1. Efisiensi Pasar Berdasarkan Informasi
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga
sekuritas dengan informasi. Terdapat tiga bentuk efisiensi pasar secara informasi.
Berdasarkan tigamacam bentuk informasi yaitu : efisiensi pasar bentuk lemah
berdasarkan informasi masa lalu, efisiensi bentuk setengah kuat berdasarkan informasi
sekarang yang sedang dipublikasikan, dan efisiensi bentuk kuat berdasarkan informasi
privat
a. Efisiensi bentuk lemah (weak form), pasar dikatakan efisien dalam bentuk
lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect)
informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah
terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah
acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak
berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah,
maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
sekarang. Ini berarti bahwa bentuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor
tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal
return.
b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), pasar dikatakan efisien
bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan
(fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available)
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan
emiten. Pengaruh suatu informasi yang dipublikasikan terhadap harga dapat
berbentuk informasi yang hanya berpengaruh terhadap harga sekuritas yang
bersangkutan, informasi yang mempengaruhi harga-harga sejumlah perusahaan
atau informasi yang dipublikasikan dapat pula berpengaruh terhadap harga-
harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham.
c. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), pasar dikatakan efisien dalam bentuk
kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien
dalam bentuk ini maka tidak ada individual investor atau grup dari investor
yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (Abnormal Return) karena
mempunyai informasi privat.

2.2. Anomali Pasar


Beberapa penelitian menunjukkan adanya suatu ketidakberaturan yang terdeteksi
di pasar modal, yang bersifat persisten dan mempunyai dampak yang cukup signifikan
sehingga dibakukan sebagai anomali pasar. Anomali pasar ini merupakan tehnik-tehnik
atau strategi-strategi yang berlawanan dengan konsep pasar modal yang efisien (Jones,
1998). Hasil yang ditimbulkan oleh anomali pasar ini akan sangat berlawanan dengan
yang diharapkan dari konsep-konsep pasar modal dan apa yang menyebabkan hal itu
terjadi menjadi pertanyaan bagi para ahli keuangan. Pada anomali ditemukan hal-hal
yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada.
Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return.
Dengan kata lain, seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return
dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan
pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang
lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk
pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi
strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke
belakang (back tested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan pengujian
untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga historis (hystorical price data) bergerak
(berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan. Untuk kuatnya
suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar, perlu adanya dukungan yang
tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak jauh
berbeda satu sama lain.
Para investor harus hati-hati dalam memaksimalkan masalah anomali pasar ini
sebagai suatu alat dalam mengambil keputusan investasi. Tidak ada jaminan bagi para
investor bahwa anomaly pasar akan membantu mereka dalam memperbaiki keputusan
investasi karena hasil pengujian empiris mengenai anomali pasar ini bukan merupakan
strategi investasi sesungguhnya.
Pada kenyataannya dari berbagai penelitian yang dilakukan justru ditemukan
adanya beberapa anomali dan ketidakwajaran dalam suatu pasar yang dianggap efisien
baik dalam pasar modal yang efisien bentuk lemah, setengah kuat maupun bentuk kuat.

2.3. January Effect


Suatu kondisi anomali yang terjadi di pasar modal dimana pada bulan Januari
terjadi kecenderungan rata-rata pengembalian bulanan saham pada bulan ini lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Kecenderungan itu biasanya lebih terlihat
pada saham dengan nilai kapitalisasi yang kecil. January Effect merupakan
kecenderungan terjadinya kenaikan harga saham pekan pertama bulan Januari. Adanya
kenaikan harga ini didorong oleh aktivitas investor untuk kembali menyusun
portofolionya setelah mereka "terbenam" selama liburan akhir tahun. Permintaan investor
yang meningkat terhadap instrumen keuangan inilah yang menyebabkan harga
mengalami kenaikan. Kenaikan permintaan ini didorong oleh ekspektasi investor yang
positif. January Effect ini sering juga disebut dengan Year End Effect. Anomali ini
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan bahwa keuntungan saham akan menurun
pada bulan Desember dan kemudian akan menarik pada awal Januari.
Ada beberapa penyebab yang memungkinkan terjadinya anomali perilaku saham
pada bulan Januari, yaitu:
a. Tax Loss Selling
Penjelasan paling populer berkaitan dengan efek januari adalah hipotesis tax-loss
selling dimana investor menjual saham yang nilainya turun. Sudah menjadi pendapat
umum bila suatu saham perusahaan mempunyai kinerja yang buruk maka akan ada
arus yang ingin menjual saham tersebut (tekanan jual), tentunya dengan harga saham
yang turun. Pada akhir tahun investor akan mengevaluasi saham-saham dalam
portofolionya, yang kecenderungannya adalah menjual saham-saham yang memiliki
kinerja yang buruk. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan tax loss sebelum akhir
tahun atau mengurangi jumlah pajak yang ditanggungnya. Saham-saham yang
mengalami tekanan jual ini akan mengalami penurunan harga pada bulan Desember,
kemudian biasanya di bulan Januari tekanan aksi jual hilang, dan harga saham
tersebut naik kembali dari harga akhir tahunnya atau akan meningkat kembali pada
bulan Januari.
b. Window Dressing
Window dressing yaitu terjadinya aksi jual pada saham-saham yang memiliki
kinerja buruk di akhir tahun. Window dressing ini tidak jauh berbeda dengan tax loss
selling, perbedaannya adalah hal ini dilakukan oleh manajer keuangan dengan tujuan
agar laporan kinerja portofolio saham yang dilaporkannya pada akhir tahun akan
tampak bagus kinerjanya. Investor institusional menjual saham yang dianggap buruk
menjelang akhir tahun untuk memperbaiki portofolio akhir tahun mereka kemudian
mereka membeli ulang saham-saham tesebut. Aksi jual di akhir tahun ini akan
mengakibatkan turunnya harga saham tersebut di akhir tahun dan harga akan
berangsur normal kembali di bulan Januari setelah berakhirnya aksi jual tersebut.
Window Dressing ini terutama dilakukan oleh investor institusional yang
mengakibatkan return saham yang tinggi di bulan Januari.
c. Small Stock’s Beta
Saham dengan kapitalisasi pasar kecil memiliki resiko yang lebih besar pada
bulan Januari daripada pada bulan-bulan lainnya. Bila hal tersebut benar maka saham
kapitalisasi kecil tersebut akan memiliki rata-rata return yang relatif lebih tinggi pada
bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

2.4. Indeks LQ-45


Pada awalnya pembentukan kelompok saham ini didasari atas kondisi pasar
saham yang tergolong sepi transaksi, sehingga saham-saham yang aktif dalam
perdagangan dikelompokkan. Pertimbangan untuk pemilihan ini tidak hanya berpedoman
pada likuiditas yang tinggi melainkan kapitalisasi pasarnya. Berikut beberapa kriteria
pemilihan kelompok saham indeks LQ-45:
1) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam
urutan 60 terbesar di pasar reguler.
2) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kepitalisasi pasarnya masuk dalam
urutan 60 terbesar di pasar reguler.
3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama tiga
Bursa saham selalu memantau perkembangan kelompok saham indeks LQ-45 ini.
Enam bulan sekali daftar perusahaan selalu diperbaharui, yaitu pada bulan Februari dan
Agustus (Jogiyanto, 2010: 107).

2.5. Return Saham


Return saham adalah upah atau timbal balik yang didapatkan oleh para investor
atas keputusannya menanamkan modal pada perusahaan tertentu (Jogiyanto, 2008:195).
Return merupakan salah satu cerminan saham. Ketika return tinggi maka
kemungkinannya saham ada dalam kondisi yang baik, dan sebaliknya.

2.6. Abnormal Return

Abnormal return merupakan selisih antara expected return dengan actual return,
atau selisih antara return yang diharapkan dengan return yang didapatkan sesungguhnya
(Jogiyanto, 2008:195). Abnormal return tidak hanya dapat bernilai positif atau berbentuk
keuntungan melainkan bisa muncul sebagai kerugian yang nilainya negatif. Selisih return
akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau
return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil
dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Ketika January effect terjadi maka
si pemilik saham akan mendapatkan abnormal return yang cenderung tinggi karena
keadaan pasar yang bergerak begitu saja tanpa ada keadaan yang mendasarinya.

2.7. Hipotesis Penelitian


Berlawanan dengan konsep pasar efisien, banyak peneliti pasar yang menemukan
adanya sejumlah anomali, yaitu kejadian atau peristiwa yang tidak diantisipasi dan yang
menawarkan investor peluang untuk memperoleh abnormal return. Anomali musiman
(seasonal anomalies) merupakan anomali yang paling sering diteliti. january effect
merupakan salah satu kategori anomali musiman. Darmadji (2006) mengatakan bahwa
january effect merupakan istilah yang menunjukkan bahwa bulan Januari setiap tahun
umumnya menunjukkan tingkat pengembalian yang tinggi. Fauzi (2007) menyatakann
january effect merupakan suatu kondisi anomali yang terjadi di pasar modal dimana pada
bulan Januari terjadi kecendrungan rata-rata pengembalian bulanan saham pada bulan ini
lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Kecendrungan ini, biasanya lebih
terlihat pada saham dengan nilai kapitalisasi yang kecil. Return saham dapat dikatakan
cendrung naik di minggu-minggu awal bulan Januari.
Penelitian yang dilakukan banyak menemukan bahwa pada bulan Januari terdapat
return yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya serta ini biasanya
terjadi pada saham yang nilainya kecil (small stock). Fama (1991) dalam Tandelin
(2010:230) menemukan pada periode 1941-1981 return di bulan Januari lebih tinggi
dibanding dengan bulan-bulan lainnya, dan perbedaan yang lebih besar terjadi pada
saham yang nilai kapitalisasi pasarnya kecil. Fama juga menemukan hal yang sama pada
periode 1982 sampai Januari 1991, tetapi perbedaan return di bulan Januari untuk small
stock dan large stock tidak terlalu besar. Return tak normal di bulan Januari untuk small
stock umumnya relatif lebih tinggi pada hari-hari di awal bulan. Beberapa peneliti
sebelumnya telah menemukan anomali ini diantaranya adalah Fitriyani dan Sari (2013)
menyatakan bahwa fenomena january effect terjadi selama periode penelitian yaitu 2009
sampai 2011 ditandai dengan adanya return pasar pada bulan Januari lebih tinggi dan
signifikan. Nilai abnormal return tinggi di awal bulan Januari dan rendah di bulan
Desember. Yoga (2010) juga menyatakan bahwa abnormal return positif terjadi di bulan
Januari. Wulandari (2014) menemukan rata-rata abnormal return tertinggi terjadi pada
bulan Januari. Sangberg dan Nilsson (2011) juga menemukan adanya fenomena january
effect di Bursa Efek Stockholm, begitu pula Peter Ndii Wachira (2012) juga menemukan
hal yang sama di Bursa Efek Nairobi. Artinya penelitian ini telah membuktikan secara
empiris bahwa terdapat fenomena January Effect pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2009-2014.
H1: Terdapat perbedaan abnormal return pada bulan Januari dan bulan lainnya di
perusahaan LQ45di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai