Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Biologi Dasar dengan judul praktikum “Pengaruh Suhu

Terhadap Aktivitas Organisme” disusun oleh:

Nama : Haryani

Nim : 101214014

Kelas/kelompok : C/II

Jurusan : Fisika

Telah dikoreksi dan diperiksa oleh Asisten/ Koordinator Asisten maka

dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2011

Koordinator Asisten Asisten

Muh. Rizaldy Trias Jaya putra Muh. Nur Qadri S


NIM. 081 404 024 NIM. 081 404 022

Mengetahui,
Dosen penanggungjawab

Drs. H. Hamka. L, MS
NIP. 19621231 198702 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisme memerlukan kebutuhan dasar untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, setiap hewan memerlukan udara, air, dan

makanan. Sedangkan tumbuhan membutuhkan udara, air, nutrisi dan cahaya untuk

fotosintesis. Organisme hanya dapat hidup bila lingkungan dapat menyediakan

kebutuhan hidupnya. Bumi kita mempunyai banyak macam lingkungan dan setiap

lingkungan yang berbeda akan menunjang kehidupan untuk jenis organisme yang

berbeda-beda.

Perilaku setiap hewan atau tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal seperti

rasa lapar (kebutuhan akan makan/nutrisi), atau karena faktor eksternal seperti

perubahan kondisi lingkungan. Pola perilaku hewan atau tumbuhan berkaitan erat

dengan alam tempat organisme itu berada, seperti banyaknya jenis organisme, jumlah

populasi masing-masing organisme, ketersediaan akan sumber makanan, dan kondisi

fisik maupun kimia pada lingkungan hidupnya.

Apabila suatu saat kondisi lingkungannya berubah maka beberapa jenis hewan

ataupun tumbuhan mungkin akan tetap dapat bertahan hidup dan berkembang biak.

Jenis yang lainnya mungkin akan mati atau berpindah ke tempat yang baru. Salah

satu faktor lingkungun tersebut adalah suhu. Suhu merupakan salah satu faktor fisik

lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas suatu organisme, maka

pada kesempatan ini kami melakukan percobaan dengan judul pengaruh suhu

terhadap aktifitas organisme.

Adapun dalam percobaan ini yang menjadi objek percobaan adalah ikan mas

koki yang rata-rata kehidupannya berada pada suhu yang tidak terlalu panas atau pun

tidak terlalu dingin dengan kata lain berada pada suhu yang relatif normal atau suhu

yang berkisar + 270C.

B. Tujuan

Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat membandingkan

kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.

C. Manfaat

Memberikan wawasan kepada mahasiswa, masyarakat, dan umum sebagai

pengantar dan dijadikan dasar bagi mereka yang mempelajari mengenai pengaruh

suatu suhu terhadap aktifitas suatu organisme.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap temperature. Adapun aktivitas adalah

keaktifan, kegiatan atau kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam

tiap bagian di dalam perusahaan. Sedangkan organisme adalah Bio segala jenis

makhluk hidup/ susunan yang bersistem dari berbagai bagian jasad hidup untuk suatu

tujuan tertentu (Depdiknas, 2002).

Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah

diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam

mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama

disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan

sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi

(Tim Pengajar, 2010).

Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi, baik yang bersifat harian

maupun musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim. Fluktuasi faktor

lingkungan akan mempengaruhi kehidupan organisme, proses-proses fisiologis,

tingkah lakunya dan mortalitas. Untuk mengurangi pengaruh buruk dari

lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi. Adaptasi adalah suatu proses

penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

kondisi baru (Anonim, 2010).


Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai

rentang yang dapat ditolerir oleh setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam

kajian ekologi, yaitu “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat yang relative

sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme tidak sulit

dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana

(Tim Pengajar, 2010).

Sehingga dari percobaan itulah muncullah suatu pembuktian mengenai hukum

toleransi Shelford. Konsep hukum Shelford berasal dari hukum batas minimum yang

dicetuskan oleh Liebig. Menurut hukum minimum Liebig menyatakan bahwa jumlah

bahan utuana yang dibtuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cenderung

menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa pengaruh cahaya, suhu, zat makanan, dan

unsur-unsur utama lainnya menyebabkan hilangnya vegetasi pada ketinggian tertentu

di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan dalm wilayah yang dinaungi. Jadi

menurut hukum minimal Liebag bahwa penyebaran tumbuhan ditentukan oleh

cahaya, suhu, dan unsur hara yang tidak cukup dan tidak memadai (Kimball, 1999).

Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki

toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan. Kemampuan

mentolerir variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah

hidup sebelumnya. Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan

kematian bagi organisme disebut zone lethal. Kisaran intermedier dimana suatu

organisme masih dapat hidup disebut zone toleransi. Namun demikian posisi dari

zone-zone tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme (Anonim, 2010).
Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk

membuat keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan.

Mekanisme homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan pengaturan

metabolisme sel, pengontrolan permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa

metabolism (Anonim, 2010).

Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses

pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi

yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju

pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung

tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang tinggi menyebabkan ikan cepat lapar dan

nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi pakan tinggi, nutien yang masuk kedalam

tubuh ikan juga tinggi, dengan demikian ikan memiliki energi yang cukup untuk

pertumbuhan (Anonim, 2010).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini :


Hari/tanggal : Rabu, 23 Desember 2009
Waktu : Pukul 13.10 – 14.50 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III FMIPA UNM sebelah
Barat.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
a. Termometer batang 1 buah
b. Stopwatch / jam tangan
c. Becker glass 2 buah
2. Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
a. Ikan mas koki (Cyprinus carpio) 2 ekor
b. Air kran
c. Es batu
d. Air panas

C. Prosedur Kerja

1. Memasukkan 3 ekor ikan mas koki yang relatif sama besarnya ke dalam becker
glass yang berisi air kran dan mengaklimasi ikan tersebut selama 15 menit.
2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam becker glass
yang berisi air normal yang bersuhu  270C 800 mL. Menghitung dan
mencatat frekuensi gerakan operculum (buka tutup) dalam waktu 1 menit
selama 5 menit.
3. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam becker glass
yang berisi air panas dengan suhu 380C 800 mL. Menhitung dan mencatat
frekuensi gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan selang waktu 1
menit.
4. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam becker glass
yang telah diisi dengan air dingin dengan suhu 160C 800 mL. Menhitung dan
mencatat frekuensi gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan
selang waktu 1 menit.
5. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Waktu (Menit Ke.....)

Becker
Rata-rata
Glass
1 2 3 4 5

(A)
170 158 163 150 156 159,4
380C

(B)
90 98 92 89 93 92,4
160C

(C) 155 140 136 149 147 145.4


290C

Rata-rata 137 132 130,3 130 132

B. Pembahasan

Pada becker glass yang diisi air dengan suhu 290C gerakan operculum ikan
pada menit pertama yaitu 155 kali, pada menit kedua 140 kali. Pada menit ketiga 136
kali, pada menit keempat 149 kali, dan pada menit kelima 147 kali.
Pada becker glass yang berisi air panas dengan suhu 380C gerakan operculum
ikan pada menit pertama yaitu 170 kali, pada menit kedua 158 kali. Pada menit ketiga
163 kali, pada menit keempat 150 kali, dan pada menit kelima 156 kali.
Pada becker glass yang diisi air dingin dengan suhu 160C gerakan operculum
ikan pada menit pertama yaitu 90 kali, pada menit kedua 98 kali. Pada menit ketiga
92 kali, pada menit keempat 89 kali, dan pada menit kelima 93 kali.
Terjadinya penurunan gerakan operculum pada ikan mas koki yang
dimasukkan ke dalam air dingin dan penaikan gerakan operculum pada ikan mas koki
yang dimasukkan ke dalam air panas menandakan bahwa gerakan operculum pada
ikan mas koki dipengaruhi oleh suhu. Gerakan operculum ikan pada suhu rendah
akan lambat, sedangkan pada suhu tinggi gerakan operculumnya menjadi semakin
cepat. Namun hal tersebut dibatasi oleh kemampuan ikan tersebut untuk beradaptasi
pada suhu tertentu. Menurut teori pada suhu yang tinggi gerakan operculum ikan akan
semakin cepat namun bila mencapai batas suhu yang maksimal maka ikan tersebut
akan mati. Pada suhu panas, ikan membutuhkan oksigen yang cukup banyak karena
reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada tubuh ikan berlangsung dengan cepat. Namun
pad suhu panas kadar oksigen dalam air akan semakin sedikit, sehingga ikan pada
suhu maksimal akan mati. Begitu pula pada suhu dingin, gerakan operculum ikan
menjadi melambat, hal itu disebabkan karena pada air dingin reaksi-reaksi kimia
dalam tubuh ikan akan berjalan lanbat, sehingga jika ikan mencapai suhu terendah
ikan akan mati.
Matinya ikan pada suhu yang terlalu tinggi dan terlalu rendah menandakan
bahwa ikan memiliki batas ideal tersendiri agar dapat bertahan hidup dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Batas itulah yang disebut dengan Hukum
Toleransi Shelford yaitu batas maksimum dan batas minimum suatu makhluk hidup
agar dapat hidup.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada suhu tinggi gerakan operculum ikan akan semakin cepat dibandingkan

pada suhu yang rendah.

2. Agar ikan dapat bertahan hidup dan mampu beradaptasi maka ikan memiliki

batas suhu maksimum dan batas suhu minimum.

3. Batas maksimum dan batas minimum agar suatu makhluk hidup agar dapat

hidup disebut Hukum Toleransi Shelford.

4. Suhu mempengaruhi aktivitas suatu organisme.

B. Saran

1. Untuk laboran, agar mengatur jadwal praktikum dengan baik agar praktikum

dapat selesai dengan tepat waktu.

2. Untuk asisten, agar asisten terus mendampingi para praktikan selama

praktikum berlangsung.

3. Untuk praktikan, agar tidak bercanda dalam melakukan praktikum di

laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan Air Terhadap


Lingkungannya. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 02 Januari
2011.

Depdiknas, Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka

Kimball, J W. 1992. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM
Jawaban Pertanyaan

1. Hal tersebut disebabkan karena adanya / terjadinya perubahan suhu, sehingga

menyababkan ikan harus mampu beradaptasi pada suhu tersebut.

2. Pada suhu panas gerakan operculum ikan akan semakin cepat sedangkan pada

suhu dingin gerakan operculum ikan akan semakin lambat.

Anda mungkin juga menyukai