Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih,
dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki
pertahun sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
adalah 23 °C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–
1500 m dpl. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan
atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Siswoputranto, 1976). Umur panen
optimal padi dicapai setelah 90-95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna
kuning atau kuning keemasan (Rumati, 1982) dan kadar air gabah mencapai 22-
23% pada musim kemarau, dan antara 24-26% kadar air gabah pada musim
penghujan (Damardjati, 1981).

Gambar 1 Padi
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia(SNI) kualitas gabah, mensyaratkan kadar
air maksimum gabar 14 % (BPS, 2012) agar dapat disimpan dalam jangka waktu 6
bulan yang disebut gabah kering giling (GKG).

Tabel 1 Patokan Kelompok Kualitas Gabah


Kadar Air
Kotoran (%)
≤14,00 14,01-25,00 >25,00
≤3,00 GKG GKP Luar Kualitas
3,01-10,00 GKP GKP Luar Kualitas
> 10,00 Luar Kualitas Luar Kualitas Luar Kualitas
Sumber : Inpres RI No 3 Tahun 2012
2.2 Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen yang
Merupakan Tempat Pengeringan Padi

Desa Lajer merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ambal,
Kabupaten Kebumen. Desa ini memiliki lahan sawah 9,3% atau 263,72 Ha dari
lahan sawah di kecamatan Ambal sehingga sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian utama petani.

2.3 Gambaran Umum Kondisi Mitra


Kecamatan Ambal adalah daerah penghasil padi yang sangat besar di
Kebumen.. Kecamatan tersebut memiliki areal pesawahan yang cukup besar yaitu
2,837,02 Ha (BPS Kebumen, 2013) dengan jumlah industri kecil penggilingan padi
tersebar di setiap desa. Persawahan di daerah ini menggunakan pengairan dengan
irigasi teknis yang cukup produktif yaitu paling sedikit 1 tahun dua kali ta-
nam/panen. Kecamatan Ambal merupakan salah satu kecamatan yang menjadi
lumbung padi Kebumen dengan angka produksi padi >25.000 ton / tahun (BPS
Kebumen, 2006). Desa Lajer adalah desa dengan lahan sawah terbesar di kecamatan
Ambal dengan luas lahan sawah 263,72 Ha atau sekitar 9,3% lahan sawah di
kecamatan Ambal (BPS Kebumen, 2013). Dengan produktifitas padi pada Kab.
Kebumen yang mencapai 6,58 ton/Ha (BPS Jateng, 2015) maka angka produksi padi
pada desa Lajer dapat mencapai 173,52 ton dalam sekali panen.
Kendala yang sering dialami oleh para petani yaitu turunnya harga gabah
bila panen jatuh pada musim penghujan. Waktu panen yang bersamaan membuat
volume gabah sangat banyak dan menjadi bertumpuk karena tidak bisa kering cepat.
Gabah dalam keadaan basah hanya mampu disimpan maksimal 36-48 jam. Jika lebih
dari waktu tersebut biasanya beras yang dihasilkan berwarna tidak putih cerah atau
berwarna kekuning-kuningan. Akibat penge-ringan padi yang tidak optimal maka
kualitas beras akan turun dan sekaligus akan menurunkan harga beras itu sendiri.
Lama pengeringan dengan sinar mata hari yang normal rata-rata berkisar
antara jam 08.00 – 15.00 ( ± 7 jam) dan setiap dua jam harus dibalikan atau diaduk
(Kamin, 2010). Cara lain untuk pengeringan yaitu dengan mengunakan mesin
pengering padi atau dryer. Mesin pengering padi yang ada dipasaran harganya
berkisar antara 40 sampai 75 juta rupiah per unit yang tidak terjangkau oleh petani
petani disana.
Faktor diatas menyebabkan turunnya angka produktifitas padi, padahal
dengan luas lahan yang besar dan bibit unggul yang diprogramkan pemerintah, desa
Lajer merupakan desa dengan potensi sentra padi yang sangat besar. Angka
produktifitas ini dapat dinaikan melalu percontohan pengolahan pasca panen dengan
pengeringan buatan.

2.5 Proses Pengeringan Padi dengan Cara Konvensional


Proses pengeringan padi yang dilakukan di desa Lajer masih sangat tradisional yaitu
dengan menjemurnya secara langsung di bawah panas matahari. Masyarakat tidak
menggunakan alat atau mesin apapun untuk mempercepat proses pengeringan
karena keterbatasan dana yang ada. Sehingga waktu yang dibutuhkan hingga eceng
gondok kering adalah 3-4 hari. Waktu tersebut cukup lama apalagi bulan Oktober
hingga Februari yang merupakan musim hujan yang menyebabkan proses
pengeringan semakin lama.

Gambar 2.3 Proses pengeringan padi dengan dijemur

2.6 Kelebihan Proses Pengeringan Dibandingkan Cara Sebelumnya


Pada desain alat ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
pengeringan dengan panas matahari saja, antara lain:
1. Ekonomis
Alat pengering padi ini relatif lebih ekonomis karena bahan-bahan yang
digunakan dalam membuat alat ini relatif murah dan menggunakan daya
listrik kecil.
2. Tepat Guna
Pemanfaatan alat pengering padi ini tepat guna karena dapat digunakan
dengan mudah oleh semua kalangan masyarakat termasuk petani kecil
sehingga tidak membutuhkan ketrampilan khusus.
3. Ramah Lingkungan
Alat ini tidak menghasilkan zat yang dapat mencemarkan lingkungan sekitar
karena menggunakan motor listrik.
4. Mempercepat produktivitas
Penerapan alat ini dapat mempercepat proses pengeringan padi karena alat
ini terdiri dari EDF yang dapat mengoptimalkan penggilasan sehingga air
yang terkandung dalam padi lebih banyak yang dikeluarkan dan padi akan
menjadi lebih cepat dikeringkan

Anda mungkin juga menyukai