Anda di halaman 1dari 9

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 1, Hal.

59-67, Juni 2010

EFEK UKURAN BUTIRAN, KEKASARAN, DAN KEKERASAN DASAR


PERAIRAN TERHADAP NILAI HAMBUR BALIK HASIL DETEKSI
HYDROAKUSTIK

EFFECTS OF GRAIN SIZE, ROUGHNESS, AND HARDNESS OF SEA FLOOR


4T

ON BACK SCATTERING VALUE BASED ON HYDROACOUSTIC DETECTION

Sri Pujiyati 1) , Sri Hartati 2) , dan Wijo Priyono 2)


P P P P P

1)
P P Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Email: sripujiyati@yahoo.com
2)
P Peneliti Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), Jakarta.
P

ABSTRACT
Based on results of detection hydroacoustic, backscattering value from the first reflection (E-1)
3T

can describe the roughness and from the second reflections (E-2) can describe the hardness of
sea floor. The objective of this study was to analyze the relationship between grain size,
roughness and hardness with backscattering values using the hydroacoustic method. The results
showed that the roughness, hardness, and diameter size fraction of fine sand substrate were
greater than that of muddy sand substrate. The backscattering values of very fine sand substrate
were also greater than that of muddy sand substrate.

Keywords: Hydroacoustic, bottom, backscattering

ABSTRAK
Berdasarkan hasil deteksi hidroakustik, nilai hambur balik dari pantulan pertama (E-1) dapat
menggambarkan tentang kekasaran dari dasar perairan dan nilai hambur balik dari pantulan
kedua (E-2) dapat menggambarkan tentang kekerasan dasar perairan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara ukuran butiran, kekasaran dan kekerasan dengan nilai
hambur balik dasar perairan de ngan mempergunakan metode hidroakustik. Hasil penelitian ini
0T 0T

menunjukkan substrat pasir sangat halus memiliki tingkat kekasaran, kekerasan dan ukuran
diameter fraksi lebih besar dari pada substrat pasir berlumpur. Secara hidroakustik substrat
pasir sangat halus memiliki nilai hambur balik yang lebih besar daripada substrat pasir
berlumpur.

Kata Kunci: Hidroakustik, dasar perairan, hambur balik

I. PENDAHULUAN Beberapa penelitian mengenai dasar


perairan dengan mempergunakan deteksi
Perkembangan penelitian di bidang hidroakustik, menunjukkan bahwa
hidroakustik di Indonesia sudah semakin hambur balik dari pantulan pertama (E-1)
luas tidak hanya mencakup sumberdaya menggambarkan kekasaran dan hambur
ikan namun sudah merambah kepada balik pantulan ke dua (E-2)
abiotik yaitu habitat ikan maupun menggambarkan kekerasan Caruthers dan
pemetaan dasar perairan. Dasar perairan (Fisher, 2002). Beberapa peneliti seperti
sendiri merupakan area yang menajubkan Goff et al. (2000), Siwabessy (2001),
untuk diamati karena begitu unik dengan Manik (2006), Satyamarayana et al.
gambaran relief dasar laut, juga (2007), Pujiyati dan Hartati (2009), dan
memberikan informasi mengenai Allo et al. (2009) telah melakukan
berbagai hal yang saling berkait antara analisis nilai hambur balik dasar perairan
abiotik dan biotik yang ada.

©Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 59


Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan ...

dengan menggunakan berbagai tipe Pujiyati dan Hartati (2008) di Kepulauan


echosounder. Seribu juga menunjukkan hambur balik
Hubungan antara tipe substrat dan dari karang memiliki nilai paling besar
nilai hambur balik substrat (Gambar 1 dibandingkan hambur balik dari pasir,
dan 2) menunjukkan bahwa habur balik pasir berlumpur, lumpur berpasir,
dari batuan lebih besar dibandingkan maupun pasir berliat (Gambar 3).
dengan hambur balik dari kerikil, pasir,
liat maupun lumpur. Hasil penelitian

Gambar 1. Hubungan antara indek kekasaran dan index kekuatan


(Satyamarayana et al, 2007).

Gambar 2. Nilai bottom backscattering strength pada berbagai tipe substrat


(Siwabessy, 2001).

60 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21
Pujiyati et al.

Gambar 3. Nilai hambur balik dasar dari tipe substrat.

Sistem split beam EY-60 frekuensi Penelitian ini bertujuan untuk


120 KHz merupakan peralatan melihat hubungan kekerasan, kekasaran
hidroakustik yang mampu merekam dan ukuran partikel dasar perairan di
hambur balik dasar perairan, sekaligus Perairan Kepulauan Seribu dengan
mampu memberikan gambaran tentang menggunakan metode hidroakustik.
morfologi dan tekstur lapisan permukaan
dari dasar perairan. Peralatan ini II. METODOLOGI
dilengkapi dengan software yang mempu
meberikan nilai dari kekasaran (E-1), 2.1. Pengambilan Data
kekerasan (E-2) dasar perairan yang
terdeteksi. Data hidroakustik dan contoh sedimen
Perairan di Kepulauan Seribu meliputi 6 stasiun yang diambil pada
merupakan perairan yang dangkal namun tanggal 18 - 19 Nopember 2008 di
unik karena memiliki ekosistem yang perairan Kepulauan Pari, Kepulauan
beragam diantaranya ekosistem terumbu Seribu, Jakarta Utara (05° 50’- 05° 53’LS
karang dan lamun. Keunikan lainnya dan 106° 34’ - 106° 38’ BT (Gambar 4)
adalah keberadaan partikel dasar perairan dengan menggunakan kapal nelayan
yang berbeda mulai dari karang yang “Baruna” (5 GT) dan menggunakan
merupakan dasar perairan yang keras peralatan hidroakustik EY-60 frekuensi
hingga lumpur yang merupakan dasar 120 KHz, pulse duration 0, 256 mili
perairan yang halus. Wibisono (2005) detik, lebar beam 7 o , transmit power 50
P P

menyatakan bahwa perairan Kepulauan watt. Contoh sedimen diambil dengam


Seribu merupakan salah satu contoh mempergunakan grab (20x20 cm).
dimana memiliki sedimen tersotir dengan Pengolahan data hidroakustik dengan
baik, di daerah tertentu karang dan menggunakan software Echoview 4,0.dan
disampingnya adalah pasir, atau lumpur. Analisis contoh sedimen dilakukan di
Wilayah pantai karang, pasir dan lumpur Balai Riset Perikanan Laut (BRPL)
tertata rapih secara alami. Jakarta.

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 61
Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan ...

Gambar 4. Lokasi Penelitian

2.2. Pengolahan Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data akustik yang terekam diolah Hasil pengambilan data contoh


dengan program Echoview 4.0. Data sedimen pada 6 stasiun menunjukkan
pantulan pertama (E1) yang adanya dua klasifikasi tipe substrat yaitu
menggambarkan kekasaran diolah substrat pasir berlumpur (Stasiun 1) dan
dengan menggunakan theshold minimal - pasir sangat halus (Stasiun 2-6). Masing-
50,00 dB dan maksimum 0 dB. Data dari masing tipe substrat juga memiliki
pantulan ke dua (E-2) yang diolah diameter ukuran butiran yang berbeda.
dengan mempergunakan threshold Khusus stasiun 2-6 meskipun memiliki
minimal -70,00 dB dan maksimum tipe substrat sama, namun memiliki
sebesar 0 dB. Elementary Sampling diameter ukuran butiran yang berbeda.
Distance Unit (ESDU) sebesar 100 ping. Umumnya pasir sangat halus memiliki
Ketebalan Integrasi E1 dan E2 adalah tingkat kekasaran lebih tinggi
sebesar 0,20 m. dibandingkan kekasaran dari susbtrat
Contoh substrat di analisis dengan pasir berlumpur. Hal ini terjadi karena
menggunakan saringan bertingkat komposisi pasir lebih banyak pada
kemudian di klasifikasi berdasarkan substrat pasir dari pada pasir berlumpur
komposisi fraksi. Ukuran diameter rata- (Tabel 1). Demikian pula untuk tingkat
rata fraksi diperoleh dengan kekerasan fraksi pasir lebih keras dari
menggunakan rumus sebagai berikut: pada fraksi lumpur.
Diameter rata-rata fraksi ∑ = (
diameter fraksi x volume fraksi)/total
volume fraksi.

62 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010
Pujiyati et al.

Tabel 1. Komposisi Fraksi di Setiap Stasiun

Stasiun Presentase Berat Fraksi Tipe Substrat


Pasir Lumpur Pasir berlumpur
1 86,39 13,61 Pasir sangat halus
2 96,95 3,05 Pasir sangat halus
3 96,11 3,89 Pasir sangat halus
4 93,17 6,83 Pasir sangat halus
5 96,62 3,38 Pasir sangat halus
6 97,05 2,95 Pasir sangat halus

Berdasar Tabel 2 nilai kekasaran 25,85 sampai -32,92 dB).


terlihat nilai yang berbeda dimana nilai Satyamarayana et al (2007); Siwabessy
paling kecil (-17,30 dB) adalah subtrat (2006) menjelaskan bahwa nilai
pasir berlumpur dibandingkan substrat kekerasan maupun kekasaran meningkat
pasir sangat halus yang berkisar -10,39 pada substrat lumpur menuju batuan
sampai -15,13 dB. Ini sesuai hasil (Gambar 1 dan 2). Gambar 5
penelitian sebelumnya dimana substrat menjelaskan dengan lebih jelas bahwa
pasir lebih besar dibandingkan dengan stasiun dengan substrat pasir berlumpur
substrat pasir berlumpur (Pujiyati dan (tanda +) memiliki nilai indeks kekasaran
Hartati, 2009). Demikian juga nilai maupun kekerasan lebih kecil
kekuatan dari substrat yang pasir dibandingan stasiun-stasiun dengan
berlumpur lebih kecil (-34,48 dB) subatrat pasir (tanda * ).
R R

dibandingkan dengan substrat pasir (-

Tabel 2. Ukuran Fraksi, Nilai Kekasaran dan Kekerasan di Setiap Stasiun

No. Tipe substrat Diameter rata- Kekasaran Kekerasan


Stasiun rata substrat (dB) (dB)
(μm)
1 Pasir Berlumpur 0,68 -17,30 -34,48
2 Pasir sangat halus 3,32 -10,39 -27,76
3 Pasir sangat halus 2,07 -11,19 -32,92
4 Pasir sangat halus 1,48 -15,13 -29,48
5 Pasir sangat halus 2,73 -13,29 -25,85
6 Pasir sangat halus 2,58 -12.53 -27,93

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 63
Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan ...

Gambar 5. Perbandingan Indek Kekasaran dan indek kekuatan pada 4 tipe subatrat
(Satyamarayana et al., 2007)

Siwabessy et al. (2006) dan pasir Gambar 6 (biru adalah pasir,


menjelaskan bahwa berdasarkan hijau adalah rhodolith dan coklat adalah
pengamatan dengan mempergunakan batu). Gambar 7 menjelaskan hubungan
akustik mampu membedakan tipe ukuran butiran dengan nilai hambur
substrat dimana nilai intensitas batuan balik.
bernilai besar diikuti intensitas rhodolit

Gambar 6. Hasil deteksi akustik pada tipe substrat yang berbeda (Siwabessy et al.,
2006)

64 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010
Pujiyati et al.

Gambar 7. Garis dengan titik vertikal menggambarkan hubungan antara tingginya nilai
backscattering dengan ukuran butiran substrat (Siwabessy et al., 2006)

3.1. Hubungan antara Ukuran diameter fraksi semakin meningkat maka


diameter Fraksi (ø) dan nilai kekerasan juga meningkat. Goff
Kekasaran (E-1), Kekerasan (E-2) (2000) menyatakan bahwa nilai E-1
berhubungan dengan nilai ukuran
Berdasarkan analisis regresi untuk diameter fraksi yaitu sebesar 0,73.
masing-masing ukuran diameter fraksi Namun untuk hubungan E-2 dan ukuran
dengan kekasaran dan kekerasan diameter fraksi tidak terlihat dengan
menunjukkan hubungan yang sangat erat. jelas. Selain itu ukuran diameter fraksi
Dimana regresi antara ukuran diameter menentukan juga besarnya densitas.
fraksi dan kekasaran (E-1) diperoleh Hasil koefisien korelasi yang besar
koefisien korelasi 0,87732 dengan ini juga menjelaskan bahwa ukuran
persamaan regreasi E-1 =-18,38+2,3669 diameter fraksi menggambarkan densitas
ø (Gambar 8) artinya bahwa ukuran fraksi tersebut dimana densitas pasir
diameter fraksi semakin meningkat maka sangat halus (1,91 g/cm 3 ) lebih besar
P P

nilai kekasaran juga meningkat. Hasil daripada pasir berlumpur (1,83 g/cm 3 )P P

regresi antara ukuran diameter fraksi Hamilton (1971a) in Clay (1982). Nilai
dengan kekerasan juga demikian dimana koefisien korelasi yang besar tersebut
hasil regresi menunjukkan koefisien juga dimungkinkan oleh karena
korelasi sebesar 0,78816 dengan sedikitnya data (6 data).
persamaan E-2=-35,64+2,7503 ø
(Gambar 9) artinya bahwa ukuran

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 65
Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan Kekerasan Dasar Perairan ...

E-1 = -18,38 + 2,3669 * ø


r =0 ,87732
-10

-11

-12

-13

E-1
-14

-15

-16

-17

-18
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

ø 95% confidence

Gambar 8. Hubungan korelasi antara diameter fraksi dan kekasaran

E-2 = -35,64 + 2,7503 * ø


r = 0,78816
-25

-26

-27

-28

-29
E-2

-30

-31

-32

-33

-34

-35
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

ø 95% confidence

Gambar 9. Hubungan korelasi antara diameter fraksi dengan kekerasan

IV. KESIMPULAN Ucapan Terima Kasih

Hasil penelitian ini menunjukkan Ucapan terima kasih kami


bahwa kekasaran, kekerasan dan ukuran sampaikan kepada Pimpinan Balai Riset
butiran substrat sangat mempengaruhi {erikanan Laut (BRPL) Jakarta, Ketua
nilai hambur balik dasar perairan. Proyek Penelitian Kepulauan Seribu dan
Semakin besar ukuran butiran umumnya Tim Akustik yang sudah membantu
akan semakin besar tingkat kekasaran dalam pengambilan data.
dan kekerasan dari tipe substrat dasar
perairan. Substrat pasir sangat halus DAFTAR PUSTAKA
memiliki tingkat kekasaran, kekerasan
dan ukuran diameter fraksi lebih besar Allo. O.T, S. Pujiyati, dan I. Jaya. 2009.
dari pada substrat pasir berlumpur. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan
Secara hidroakustik substrat pasir sangat dengan Menggunakan Instrumen
halus memiliki nilai hambur balik yang Hidroakustik SIMRAD EY-60 di
lebih besar dari pada substrat pasir Perairan Sumur, Pandeglang-
berlumpur. Banten. Jurnal Kelautan
Nasional, 1 (Edisi Khusus): 129-
130

66 E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.2, No.1, Juni 2010
Pujiyati et al.

Caruthers, J.W dan Fisher, C.A. 2002. Sekolah Pasca sarjana. Institut
Remote Sediment Classification Pertanian Bogor
Using Acoustical Techniques. Pujiyati, S. dan S. Hartati, 2009.
Final Report for Task 5, FY 01. Pendekatan Metode Hidroakustik
The University of Southern untuk Analisis Tipe Substrat
Mississippi. Departement of Dasar Perairan. Jurnal Kelautan
Marine Science. America. Nasional, 1 (Edisi Khusus): 197-
Clay, C.S. and H. Medwin. 1977. Satyamarayana, Y. Naithani S. Anu, R.
Acoustical Oceanography. John 2007. Seafloor Sedimen
Wiley & Sons. New York. USA. Classification from Single Beam
712p. Echo Sounder data using LVQ
Goff, J.A, H.C. Olson dan C.S. Duncan, network. Mar. Geophys. Res
2000. Correlation of Side Scan 28:95-99
Backscatter Intensity With Grain Siwabessy, P.J.W. 2001. An
Size Distribution of Shelf Investigation of Relationship
Sediments, New Jersey Margin. between Seabed Type and
Geo-Marine latters, 20:43-49 Benthic and Bentho-pelagic Biota
Manik, M.H. 2006. Pengukuran akustik Using Acoustic Techniques.
Scattering Strength Dasar Laut Thesis. Curtin University of
dan Identifikasi Habitat Ikan Technology. Australia. 261p.
dengan Echosounder. Seminar Siwabessy P.J.W, L. Parnum, A.
Nasional Perikanan Tangkap. Gavrilov and R. McCauley. 2006.
Departemen Pemanfaatan Overview of Coastal Water
Sumberdaya Perikanan, FPIK- Habitat Mapping Research for
IPB. Bogor. The Coastal CRC. Cooperative
Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Research Center for Costal Zone,
Hidroakustik untuk Analisis Estuary and Waterway
Keterkaitan antara Tipe Substrat Management. Technical Report
Dasar Perairan dengan Komunitas 86.
Ikan Demersal. Disertasi. Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Grasindo. Jakarta.

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt21 67

Anda mungkin juga menyukai