Berita Terkait
Komentar\
\
Terletak di pangkal Jalan Teuku Umar, Kota Banda Aceh, bangunan
berasitektur Eropa ini berdiri kokoh di antara rimbun pohon trembesi.
Bangunan dua lantai ini merupakan pusat telepon militer Belanda pada
masa perang melawan Aceh, yang kini dijadikan salah satu cagar budaya.
Sentral telepon ini dibangun di area Keraton atau Istana Kerajaan Aceh
Darussalam, ketika Belanda menduduki Koeataradja (Banda Aceh-red)
dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan militer. Belanda
menyebutnya Kantor Telepon Koetaradja.
Menurut sejarah sentral telepon militer ini dibangun tahun 1903, atau
pada era kepemimpinan Sultan Muhammad Daudsyah (1874-1903).
Angka 1903 juga tertera di bagian atas bangunan dekat ventilasi jendela
yang diyakini sebagai tahun gedung ini dibangun. Sejak ini dibangun,
Belanda yang semula menggunakan telegraf dalam komunikasi jarak jauh
beralih memakai telepon.
Bangunan persegi delapan ini kental unsur kolonial dipadu nilai arsitektur
tropis. Ini jelas terlihat dari pintu, bagian dinding dan jendelanya yang
berukuran besar berjalusi. Bagian atasnya setengah lingkaran. Lantai satu
bangunan ini seluruhnya terbuat dari beton, sedangkan lantai duanya semi
permanen.
Gedung ini sekarang dijadikan salah satu situs sejarah dan wisata yang
berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Anda
tertarik melihatnya? [Salman Mardira]