Anda di halaman 1dari 34

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum Objek Perancangan


2.1.1 Pengertian Mixed Use Building
Dalam perancangan ini, objek desain yang akan dirancang adalah
bangunan yang miliki fungsi campuran atau yang sering kita sebut Mixed use.
Mixed Use adalah campuran berbagai tata guna lahan atau fungsi dalam bangunan
(Dimitri Procos, Mixed Land Use from Revival Too Innovation, Stroud’s
burg, Pennsylavia : Dowding Hutchinson & Ross. Inc, 1976, pIX).
Menurut buku “office development hand book, ULI-the Urban Land
Institude, (1985), mixed use building adalah suatu kawasan bisnis multifungsi
bagian dari wilayah kota yang menampung beberapa kegiatan saling melengkapi
dan berkaitan erat serta saling berinteraksi, pengembangannya harus memiliki
peranan yang jelas dan akurat di angkat dari masing-masing fungsi kegiatan.
Menurut Endy Marlina dalam bukunya Perancangan Bangunan Komersial
(2008, p280), Mixed Use Building adalah salah satu upaya pendekatan
perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada
di bagian area suatu kota (luas area terbatas,

2.1.2 Fungsi Sekolah Tinggi


Sekolah Tinggi berfungsi sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa
dan masyarakat untuk mengembangkan ilmu dan teknologi . sehingga keberadaan
sekolah tinggi sangat diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kemajuan peradaban suatu bangsa.

2.1.2 Perbedaan Sekolah Tinggi


Indonesia memiliki 5 jenis kategori pendidikan tingkat tinggi, yaitu ;
Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akademik.

8
Tabel. 2.1 Perbedaan Perguruan Tinggi Di Indonesia
Jenis Perguruan Tinggi Definisi Perbedaan
Universitas Terdiri dari sejumlah
fakultas yang
menyelenggarakan
pendidikan akademik
dan/atau Pendidikan
vokasi dalam sejumlah
ilmu pengetahuan, seni,
dan teknologi. Jadi,
universitas bisa
menyelenggarakan dua
jenis pendidika tinggi,
yaitu Pendidikan
akademik dan Pendidikan
vokasi.
Insstitut Terdiri atas sejumlah Bedanya, fakultas-
fakultas yang fakultas dalam institut
meneyelenggarakan berasal dari dua jenis
Pendidikan akademik keilmuan saja. Berbeda
dan/atau Pendidikan dengan universitas yang
vokasi dalam jumlah ilmu fakultasnya berasal dari
pegetahuan, teknologi, berbagai jenis keilmuan.
dan seni. Sama seperti
universitas, institute bisa
menyelenggarakan dua
jenis Pendidikan tinggi.
Sekolah Tinggi Perguruan tinggi yang Namun berbeda dengan
melaksanakan Pendidikan universitas dan isnstitut,
akademik dan/Pendidikan sekolah tinggi cuman
vokasi dalam jumlah ilmu terdiri dari satu fakultas
pegetahuan, teknologi, yang terbagi kedalam
dan seni. Sama seperti berbagai jurusan.
universitas, institut, bisa
menyelenggarakan dua
jenis pendidikan tinggi.
Politeknik Politeknik adalah sekolah
tinggi yang hanya
menyelenggarakan
Pendidikan vokasi. Jadi,
politeknik tidak

9
menyelenggarakan
penidikan akademik.

Akadimik Akademik, sama seperti


politeknik yang hanya
menyelenggarakan
Pendidikan vokasi dalam
satu atau sebagian cabang
ilmu pengetahuna,
teknologi, atau seni
tertentu.

Sumber : youthmanual.com

Gambar 2.1 Perbedaan Perguruan Tinggi Di Indonesia


Sumber : youthmanual.com
Dari hasil uraian diatas, maka penulis ingin merancang Sekolah Tinggi
Tahfidz Al-Quran di Banda Aceh Karena berdasarkan data dari BPS kota Banda
Aceh tentang jenis perguruan tinggi swasta, sekolah tinggi termasuk dalam
kategori perguruan tinggi swasta, oleh sebab itu sekolah tinggi merupakan
perguruan tinggi kedua peminat terbanyak di Kota Banda Aceh setelah Akademik
yang pertama, yaitu terdapat 7 sekolah tinggi dan 17 akademik.3
3
Kota Banda Aceh Dalam Angka, 2018

10
Penamaan Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran berlandaskan dari keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3389 Tahun 2013. Dengan merujuk
kepada UU No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
dan Peraturan Menteri Agama No.36 Tahun 2009 Tentang Pembidangan Ilmu dan
Gelar Akademik pada Perguruan Tinggi Agama Islam dan Peraturak Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1429 tahun 2012 Tentang Penataan Program
Studi di Perguruan Tinggi Agama Islam. Penamaan PTAI baru juga bisa berpijak
pada misi atau core keilmuan yang akan diselenggarakan seperti Thafidz Al-
Quran, Filsafat, Aqidah/Theology, dan sejenisnya. Sehingga dari sisi penamaan
memungkinkan untuk eklusif seperti Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran (STTQ),
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA), Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Islam
(STIFI) dan sejenisnya.4

2.2 . Tinjauan Objek Sekolah Tinggi


1. Tinjauan Non Arsitektural
a. Peraturan Pemerintah terkait dengan pendirian perguruan tinggi
Persyaratan pendirian perguruan tinggi berdasarkan Keputusan Menteri
Nasional Republik Indonesia nomor 234/2000 tentang Pedoman Pendirian
Perguruan Tinggi pasal 2 (4) , sebagai berikut;
Rencana Induk Pengembangan (RIP) yakni ; kurikulum, tenaga
pendidikan, calon mahasiswa, status, kode etik sivitas akademika, sumber
pembiayaan, sarana dan prasarana, penyelenggara perguruan tinggi ;
RIP disusun berdasarkan hasil studi kelayakan. Studi kelayakan mencakup ;
1. Latar belakang dan tujuan pendirian peruruan tinggi
2. Bentuk dan nama perguruan tinggi
3. Lembaga penunjang kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada
msyarakarat, administrasi dan peralatan teknis lainnya seperti laboratorium
dan perpustakaan.

4
Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3389 Tahun 2013

11
4. Dosen dan tenaga pendidikan lainnya dan pengembangannya.
5. Bidang ilmu yang akan diselenggarakan
6. Daya tamping mahasiswa dalam lima tahun mendatang

b. Peraturan Pemerintah terkait dengan sekolah tinggi


Perturan pemerintah republic Indonesia Nomor 57 tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Tinggi :
- pasal 62 :
1. Ketua dan pembantu ketua sekolah tingi yang diselenggarakan oleh pemerintah
diangkat dan diberhentikan oleh menteri, menteri lain atau pimpinan lembaga
pemerintah lain setelah mendapat pertimbangan senat akademi yang bersagkutan.
2. (a) Ketua dan pembantu ketua sekolah tinggi yang diselenggarakan masyarakat
diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara sekolah tinggi yang
bersangkutan setelah mendapt pertimbangan senat sekolah tinggi dan dilaporkan
kepada menteri. (b) Menteri dapat membatalkan pengangkatan ketua sekolah
tinggi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) apabila ketua sekolah tinggi
yang diangkat tidak memenuhi persyaratan dan atau proses pengangkatan tidak
memenuhi ketentuan yang berlaku.
3. Pembantu ketu sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat diangkat
dan diberhentikan oleh Badan Penyelenggara Sekolah Tinggi yang bersangkutan
atas usul ketua setelah mendapat pertimbangan senat sekolah tinggi.

c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional


Lampiran keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 234/U/2000
tanggal 20 Desember 2000 Tentang Persyaratan-persyaratan Pengadaan sekolah
Tinggi sebagai berikut :

Gambar Tabel 2.2 Persyaratan minimal sarana dan prasarana sekolah tinggi
Sarana dan Akademi Politeknik Sekolah Institute Universitas
prasarana tinggi

12
Ruang kuliah 100 m2 300 m2 200 m2 600 m2 1.000 m2

Ruang 20 m2 40 m2 30 m2 60 m2 80 m2
kantor
administrasi
Ruang 150 m2 300 m2 200 m2 450 m2 600 m2
Perpustakaan
Ruang 180 m2 360 m2 270 m2 540 m2 720 m2
komputer
Ruang 200 m2 400 m2 300 m2 600 m2 800 m2
laboratorium
Ruang dosen 30 m2 90 m2 60 m2 180 m2 300 m2
tetap
Tanah 5.000 m2 5.000 m2 5.000 m2 3.000 m2 10.000 m2

Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

2. Tinjauan Objek Arsitektural


a. Perlengkapan pokok perguruan tinggi
1. Gedung memiliki : auditorium utama, ruang perayaan, tata usaha, gedung
mahasiswa, perpustakaan, kantin, gelanggang olahraga, asrama mahasiswa,
tempat parkir.
2. Ruang memiliki : aula, perpustakaan, staff, ruang dekan, ruang pertemuan,
ruang ujian, ruang tahfidz, dll.

13
Gambar 2.2 Skema Bagian Perguruan Tinggi
Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

b. Perlengkapan ruang kuliah


Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam mendesain kelas adalah
sebagai berikut:
l. Tempat duduk dan permukaan tulisan
2. Ruang dan perabotan untuk dosen
3. Penggunaan ruang dinding, termasuk papan tulis,
layar, ukuran dan lokasi windows, dll.
4. Fasilitas untuk proyeksi dan televisi
5. Rak mantel, penyimpanan, dan kenyamanan lainnya
6. Akustik dan pencahayaan
7. Pemanasan dan pendingin udara
8. Pertimbangan estetika

Gambar 2.3 Pengaturan kursi untuk mahasiswa


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

c. Perpustakaan

14
Gambar 2.4 pengaturan meja untuk ruang perpus
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.5 ukuran standar kursi dan meja ruang perpus


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

15
Gambar 2.6 ukuran standar orang membaca buku
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.7 ukuran standar jarak furniture dengan meja baca


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

16
Gambar 2.8 ukuran standar ruang baca perpustakaan
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.9 ukuran standar ruang baca dan furniture perpustakaan


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.10 ukuran standar meja dan kursi baca

17
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.11 model meja baca tampak depan


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.12 model meja baca


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

18
Gambar 2.13 model meja baca
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

d. Aula atau ruang pertemuan


Aula atau ruang kuliah umum hendaknya menyediakan bangunan
auditorium. Aula yang kecil digunakan untuk jurusan dalam gedung institute dan
ruang seminar. Untuk aula yang kecil dan normal berukuran 0,80 – 0,95 m2
(Neufert 1996, 268). Adanya aula memberikan kesempatan berinteraksi
mahasiswa antar mahasiswa, mahasiswa antar dosen, mahasiswa antar kalangan
luar.

19
Gambar 2.14 Contoh Bentuk Aula
Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011
d. Sirkulasi
Sirkulasi bagaimana pencapaian mahasiswa/dosen menuju kesebuah
ruangan/kelas. Berikut bentuk-bentuk sirkulasi :
1. Bentuk linear
Jalan lurus yang mengorganisir sederet ruang-ruang.

Gambar 2.15 Contoh Bentuk sirkulasi linear


Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

2. Bentuk radial
Jalan lurus yang berkembang atau berhenti pada sebuah pusat

20
Gambar 2.16 Contoh Bentuk sirkulasi radial
Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

3. Bentuk Spiral
Jalan tungal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan
jarak berubah.

Gambar 2.17 Contoh Bentuk sirkulasi spiral


Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

4. Bentuk grid
Dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan
membentuk ruang segi empat

Gambar 2.18 Contoh Bentuk sirkulasi grid

21
Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

5. Bentuk Jaringan
Jarak yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang

Gambar 2.19 Contoh Bentuk sirkulasi grid


Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

6. Bentuk komposit
Kombinasi keseluruhan pola jalur ruang.

Gambar 2.20 Contoh Bentuk sirkulasi komposit


Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011

Adapun kenyamanan gerak sirkulasi untuk manusia adalah sebagai berikut :


1. Kenyamanan gerak untuk sirkulasi manusia normal
Manusia bias nyaman dalam beraktivitas dengan penentuan jarak sirkulasi
antar manusia dengan benda mati. Jarak normal adalah 90 cm untuk tiap
manusia.

22
Gambar 2.21 gerak manusia normal
Sumber : Mhd.Fuad Hidayat, 2011 dalam Neufert, 2002

2. Kenyamanan gerak sirkulasi pengguna kursi roda


Bangunan yang akan dirancang harus menentukan kondisi fisik pengguna
bangunan, seperti mempertimbangkan gerak sirkulasi bagi pengguna kursi roda.
Ruang Harus ada lantai minimum yang jelas ruang di area seperti 6 '[183 cm]
dengan 6' [183 cm] memungkinkan putaran 360 °dengan kursi roda. Area Kerja
Ruang izin di bawah meja, meja, dan puncak meja untuk digunakan oleh kursi
roda siswa harus minimal 271/2 "[69,8 cm] tingginya dan lebar 81 ".3 cm.

23
Gambar 2.22 Standar untuk pengguna kursi roda
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.23 Standar untuk pengguna kursi roda


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Tabel 2.3 Standar untuk pengguna kursi roda


Capcity of assembly space Minimun number of
seating spaces
0-75 3
75-300 3
0ver 300 3 + 1 for each ad it 100

Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

24
Gambar 2.24 Standar untuk pengguna kursi roda
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Tabel 2.4 Standar untuk pengguna kursi roda


Lecturer Hall Capacity Minimun number of
seating spaces
0-50 2
50-100 3
101- 200 4
Over 200 4 + 1 for each ad it 100
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.25 Standar untuk pengguna kursi roda


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.26 Standar ukuran furniture untuk pengguna kursi roda

25
Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar2.27 Standar pengguna kursi roda


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

Gambar 2.28 Standar pengguna kursi roda


Sumber :Joseph De Chiara & Jhon Callender, 1983

d. Bukaan

26
Pintu- pintu memberikan jalan masuk dala ruang dan menentukan pola gerak
serta penggunaan ruang didalamnya. Jendela-jendela akan mendorong masuknya
cahaya kedalam ruang dan memberikan penerangan pada permukaan ruang,
menawarkan suatu pemandangan dari dalam ruang kearah luar, membangun
hubungan visual antara suatu ruang dengan ruang-ruang yang lain yang
berdekatan, serta memberikan ventilasi alami kedalam ruangan.

Gambar 2.29 Contoh bukaan


Sumber : Mhd.Fuad Hidayat

Bukaan tersebut juga tergantung pada ukuran, jumlah dan penempatannya.


Bukaan juga berpengaruh pada orientasi dan aliran ruang, kualitas pencahayaan,
penampilan dan pemandangan, serta pola penggunaan dan pergerakan.

e. Pencahayaan
Pencahayaan bertujuan untuk mencapai fungsi penerangan fungsional,
terutama untuk bangunan yang memerlukan penerangan yang optimal demi
kejelasan belajar mengajar dan mebantu meningkatkan konsentrasi dalam
beraktivitas. Adapun jenis-jenis lampu yan bias menjadi rujukan (fisika bangunan,
2008), yaitu :
1. Lampu pijar (incandencents lamp)
2. Fluorescent lamp
3. High intensity discharge (hid) lamps

27
Penempatan dan penentuan lampu apa yang akan dipakai dalam
suatu bangunan,memudahkan aktivitas pengguna bangunan
tersebut.

f. Penghawaan
Penggunaan penghawaan membantu pengguna ruangan dalam mengatur
temperature udara dalam ruangan tersebut.
1. Penghawaan alami
Penghawaan alami dengan memaksimalkan potensi alam, adapaun
beberapa cara yang dapat ditempuh dalam penghawaan alami
adalah :
- Penggunaan ventilasi silang pada bangunan
- Menempatkan vegetasi dan air
- Peletakan massa atau bangunan
2. Penghawaan buatan

g. System keamanan
Pada sebuah perancagan bangunan maupun massa bangunan, untuk
menjaga keamanan penggua dalam melakukan aktivitas didalam bangunan
diberikan pelayanan keselamatan. Pelayanankeselamatan ini meliputi terhadap
bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Diantara bahaya-bahaya tersebut adalah
bahaya kebakaran, bahaya tindak criminal dan bahaya terhadap bencana alam.
Untuk bahaya bencana alam yang menjadi prioritas adalah bahaya petir,
karena lokai masih sangat terbuka sehingga peluang untuk terkenanya petir sangat
besar, yaitu :
1. Bahaya kebakaran
Untuk menanggulangi bahaya kebakaran, dibutuhkan alat-alat pemadam
kebakaran yang praktis, mudah digunakan dan mudah dijangkau. Alat-alat
tersebut adalah :
- Heat detector

28
Suatu alat untuk mendeteksi panas, seperti suhu atau
temperatur
- Smoke detector
Suatu alat untuk mendeteksi asap apabila terjadi kebakaran
ataupun asap yang timbul dari asap rokok, asap pembakaran
kertas, asap pembakaran sampah, dan lain sebagainya.
- Flame detector
Suatu alat untuk mendeteksi lidah api seperti terjadinya
kebakaran
- Lampu darurat
Suatu alat yang berupa lapu yang akan menyala begitu alarm
aktif dengan kata lain sebagai tanda darurat bila terjjadi
sesuatu. Biasanya pada lampu ini berwarna merah ataupun
kuning.
- Sprinkler
Alat untuk memadamkan api dengan cara menemprotkan air
ataupun bahan pemadam lainnya seperti gas tertentu. Radius
yang dapat dijangkau adalah 25 m2/ unit.
- Hidran luar dan dalam
Alat untuk memadamkan api bila membesar. Hidran dalama
diletakkan didalam bangunan, sedangkan hidran luar diletakkan
disisi bangunan.
- Pemadam ringan
Alat pemadam yang digunakan dengan cara disemprotkan.
Dalam alat ini berisi bahan kimia yang dapat memadamkan api
bila terjadi kebakaran dan alat ini dapat dibawa berpindah-
pindah tempat.
- Bahaya tindak criminal
Untuk mengantisipasi bahaya tindak criminal, maka system
keamanan yang digunakan adalah dengan menyediakan alat-

29
alat keamanan seperti CCTV, alarm dan dengan adanya
penjaga yang selalu siaga untuk menatasi tindakan criminal.

2.3 Alternatif Lokasi Perancangan


2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi perancanngan Sekolah Tinggi Tahfidz Quran di Banda
Aceh adalah berdasarkan keputusan rancangan perguruan tinggi berdasarkan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai berikut :

Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi


Rancangan Standard sarana dan prasarana pendidikan tinggi oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP)
A. Ketentuan lahan
1. Kriteria lahan mencapai jangka waktu minimum 20 tahun pendidikan.
2. Lokasi lahan sesuai dengan peruntukan zonasi lahan oleh peraturan daerah setempat
(RTRW)
3. Luas Lahan dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa dengan menggunakan standar rasio
minimum
4. Luas minimum lahan perguruan tinggi harus dapat menampung seluruh kegiatan
mahasiswa
5. Lahan efektif adalah lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan,
infrastruktur, lahan/tempat praktik dan tempat parkir.
6. Rasio Luas Lahan Perguruan tinggi sebagai berikut :
Program Pascasarjana yang Program Pascasarjana yang
Berdiri Bergabung
Jumla Sendiri dengan Program
h Sarjana

30
Rasio Luas
Rasio Luas Luas Lahan Lahan Luas Lahan
Program
Lahan peryangPascasarjana Program Pascasarjana
Tambahan Tambahan yang
Minimum (m2)
Berdiri Bergabung
Mahasis Mahasiswa (m2/
Sendi Minimum
per dengan Program (m2)
Sarjana
wa mahasiswa) ri Mahasiswa
(m2/
Rasio Luas
Rasio Luas Luas mahasiswa)
Lantai Luas Lantai
Lantai Lantai Bangunan Bangunan
≤ 60Jumla 7,9 474
Bangunan 3,5 210
h Bangunan per Minimum Tambahan Tambahan
> 60
Mahasis 7,6 3,5
Mahasiswa (m2) per Minimum
wa
Catatan: Ketentuan
(m2/ tentang luas lahan minimum hanya digunakan bila perkalian
Mahasiswa (m2)
jumlah mahasiswa dengan rasio luas lahan per
mahasiswa) (m2/mahasiswa lebih kecil dari angka
luas lahan minimum. mahasiswa)
7. Koefisien Dasar Hijau (KDH), yaitu persentase bagian lahan yang dihijaukan terhadap
≤ 60 luas lahan keseluruhan,
7,6 456
harus mengikuti Peraturan2,6 156
Daerah Kabupaten/Kota
> 60 setempat tentang7,3 2,4
Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Rinci Tata Ruang atau
Catatan:Peraturan
Ketentuan tentang
Zonasi. Bilaluas lantaiDaerah
Peraturan bangunan minimum
dimaksud belumhanya digunakan
tersedia, Koefisienbila
Dasar
perkalian jumlah mahasiswa
Hijau minimum adalah dengan rasio luas lantai bangunan per mahasiswa lebih kecil dari
angka luas
10%.lantai bangunan minimum.
8. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa,
serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
9. Kemiringan lahan rata-rata untuk pendirian bangunan kurang dari 15%.
10. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.
a. Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan
peraturan penggantinya.
b. Pencemaran udara, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan peraturan penggantinya.
c. Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor
Kep. 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Mutu Kebisingan dan peraturan
penggantinya.

B. Ketentuan Bangunan
11. Rasio Luas Bangunan Perguruan tinggi sebagai berikut :

12. Bangunan memenuhi ketentuan intensitas dan tata bangunan yang diatur dalam

31
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota setempat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah,
Rencana Rinci Tata Ruang, Peraturan Zonasi, Bangunan, atau peraturan lainnya yang
mengikat. Bila Peraturan Daerah dimaksud belum tersedia, maka:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu persentase luas lantai dasar bangunan
terhadap luas lahan, maksimum adalah 80% dari luas lahan di luar luas lahan praktik
dan parkir di luar bangunan.
b. Jarak bebas bangunan gedung yang meliputi Garis Sempadan Bangunan terhadap as
jalan batas kepemilikan persil (Garis Sempadan Pagar atau Garis Sempadan Jalan), tepi
sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan jarak antara bangunan
gedung dengan batas-batas persil mengikuti peraturan yang berlaku nasional.
c. Garis Sempadan Bangunan muka minimum 10 meter, dan Garis Sempadan
Bangunan samping dan belakang minimum 4 meter.
13. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut:
a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta
untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam
lainnya, semuanya sesuai dengan standar yang berlaku.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
c. Dilengkapi peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat dengan
lebar
minimum 1,2 meter, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau
bencana lainnya.
d. Dilengkapi akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
14. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut:
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk penghawaan dan pencahayaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung meliputi saluran air bersih,
saluran air kotor, sumber air bersih, instalasi pengolahan limbah, tempat sampah, dan
saluran air hujan.
c. Menggunakan bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
d. Menyediakan instalasi pengolahan limbah khusus sesuai kebutuhan dan persyaratan
program studi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
15. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan pengguna lain yang memiliki
keterbatasan kemampuanbergerak.
16. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut:
a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan
pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan jendela yang tanpa atau dengan lampu penerangan
dalam ruangan tersebut dapat memberikan tingkat pencahayaan yang memadai untuk
melakukan kegiatan belajar.
17. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga yang bentuk, lokasi dan jumlahnya
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.
Bangunan bertingkat lebih dari empat lantai dilengkapi dengan elevator.
18. Bangunan dilengkapi sistem keamanan dengan setiap ruangan dapat dikunci dengan

32
baik saat tidak digunakan
19. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya yang memadai untuk menunjang
seluruh peralatan listrik yang digunakan, minimum 5 VA untuk setiap m2 luas lantai
bangunan. Instalasi memenuhi ketentuan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
20. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi
secara profesional.
21. Kualitas bangunan gedung minimum adalah kelas A, sesuai dengan Pasal 45 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan mengacu pada SNI konstruksi yang diterbitkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum.
22. Bangunan perguruan tinggi dapat bertahan minimum 20 tahun.
23. Pemeliharaan bangunan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian
daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik,
dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian sebagian kecil atau sebagian besar rangka-
rangka bangunan terutama yang terbuat dari kayu, serta penutup atau pelapis atap,
dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.
C. Sarana dan Prasarana
24. Kelompok Sarana dan Prasarana Akademik terdiri atas:
Sarana dan Prasarana Akademik Umum:
1) sarana dan prasarana kuliah,
2) sarana dan prasarana perpustakaan,
3) sarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
4) sarana dan prasarana dosen,
5) sarana dan prasarana belajar mandiri
6) sarana dan prasarana bersama

Sarana dan Prasarana Akademik Khusus:


1) laboratorium
2) studio,
3) bengkel kerja,
4) lahan praktik,
5) tempat praktik lainnya.
25. Kelompok Sarana dan Prasarana Non Akademik terdiri atas:
b.1. Sarana dan Prasarana Manajemen:
1) sarana dan prasarana pimpinan,
2) sarana dan prasarana tata usaha,
3) sarana dan prasarana rapat,
4) sarana dan prasarana penelitian dan pengabdian pada masyarakat (PPM),
5) sarana dan prasarana penjaminan mutu.

Sarana dan Prasarana Penunjang:


1) tempat beribadah,
2) ruang konseling,
3) ruang kesehatan,
4) jamban,
5) gudang,
6) kantin,

33
7) bengkel,
8) tempat parkir.
(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Berdasarkan peraturan dari Badan Standar Naional Pendidikan, maka


didapatkan 3 opsi lokasi yang menjadi rancangan Sekolah Tinggi Tahfidz Quran
di Banda Aceh, yaitu :
1. Lokasi satu beralamat di Jln. Tgk Sultan Malikul Saleh, Mibo, Banda
Raya, Kota Banda Aceh
2. Lokasi kedua beralamat di Jln. Taman Ratu Sri Safiatuddin, Kuta Alam,
Kota Banda Aceh.
3. Lokasi ketiga beralamat di Jalan. Syiah Kuala, Alue Naga, Kuta alam,
Kota Banda Aceh

Pencapaian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Peta Lokasi

Alamat Jl. Taman Ratu Safiatuddin, Jalan Sultan Malikul Jl. Syiah Kuala, Alue Naga,
Kuta Alam, Banda Aceh Saleh, Lhong Raya, Kuta alam, Banda Aceh
Banda Raya, Kota Banda
Aceh
Batasan Site Secara Geografis site Secara Geografis site Secara Geografis site
berbatasan dengan : berbatasan dengan :. berbatasan dengan :
1.Timur : Berbatasan 1.Timur : Jalan Sultan 1.Timur : Perumahan
dengan Kantor Gubernur Malikul Saleh 2.Barat : Tambak dan
Aceh 2. Barat : Perumahan Pohon Bakau
2.Barat : Masjid Oman warga dan sawah 3.Selatan : Perumahan
3.Selatan : Stadion Haji 3. Selatan : Perumahan 4.Utara : Tambak dan
Dimurthala warga dan sawah Pohon Bakau
4.Utara : Komplek Sultanah 4. Utara : Perumahan
Ratu Safiatuddin Warga dan Sawah
Landuse Jasa dan Pelayan umum Perdagangan dan Jasa Perumahan dan Cagar
Budaya
Luas site 1.8 ha 1.8 ha 1.2 ha

Pencapaian Jalan arteri primer Jalan arteri sekunder Jalan Lingkungan

34
2.3.2 Studi Kelayakan Tapak
Kriteria Lokasi 1 Skor
Letak Lokasi Jl. Taman Ratu Safiatuddin, Kuta Alam, Banda Aceh 3
Luas Lahan 18.000 m2 3
Batasan Site 1.Timur : Kantor Gubernur Aceh 3
2.Barat : Masjid Oman
3.Selatan : Stadion Haji Dimurthala
4.Utara : Komplek Sultanah Ratu Safiatuddin
Akses  Akses ke site sangat mudah 3

 Akses dari Jl. Sri Ratu Safiatuddin (Jalur dua Arah)


 Akses dari Jl. T.Nyak Arief (Jalur dua Arah)
Transportasi  Dilalui kendaraan roda 2 dan 4 2
Publik  Dilalui becak
 Tidak dilalui Transkoetaradja jalur Jl. Sri Ratu Safiatuddin
Jarak Ke Pusat  Dekat dengan pusat kota 1
Kota
View  View tidak bagus karena berbatasan dengan kepadatan 0
bangunan perkotaan
Kontur  Memiliki kontur, Karena setengah kondisi site merupakan 2
tambak
Kepadatan  Padat, Karena letak site berada dekat dengan pusat kota 1

35
Penduduk sehingga padat jumlah penduduk
Jumlah Traffic  Dijalan T.Nyak Makam 2
Pusat  Sangat ramai, sewaktu-waktu karena dekat dengan kompleks 1
Keramaian taman kebudayaan Aceh, Masjid Oman, Stadion Dhimurthala
Kompetisi -
Sirkulasi  Mudah dilalui dan diakses karena banyak kendaraan melintas 3
dan merupakan jalan arteri primer serta memiliki luas jalan 12
M dan jalan kolektor dengan luas jalan 3 M.
Drainase  Terdapat drainase dalam site yang tersambung dengan 3
drainase perkotaan yaitu sungai disamping site
Kebisingan  Tingkat kebisingan tinggi karena sumber bising berasal dari 1
kendaraan jalan raya utama.
Jumlah 17

Kriteria Lokasi 2 Skor


Letak Lokasi Jalan Sultan Malikul Saleh, Lhong Raya, Banda Raya, Kota 3
Banda Aceh, Aceh.
Luas Lahan  18.000 m2 3
Batasan Site 1.Timur : Jalan Sultan Malikul Saleh 3
2. Barat : Perumahan warga dan sawah
3. Selatan : Perumahan warga dan sawah
4. Utara : Perumahan Warga dan Sawah

Akses  Akses ke site sangat mudah 3

Jalur dua arah

 Dari JL. Hasan Saleh, JL. Sultan Alaidin Johansyah, JL.


Sultan Malikul Saleh dan arah pusat kota.
 Dari JL. Sultan Malikul Saleh.
Transportasi  Dilalui kendaraan roda 2 dan 4 2
Publik  Dilalui becak
 Tidak dilalui Transkoetaradja
 Dilalui labi-labi
Jarak Ke Pusat  Jauh dengan pusat kota 2
Kota
View  View depan: view negatif karena berhadapan dengan jalan 2
besar dan bangunan ruko di depannya dengan tampilan yang
kurang menarik.
 View kanan: view positif karena berhadapan dengan lahan

36
kosong dengan pemandangan sawah.
 View kiri: view negatif karena berhadapan dengan belakang
perumahan warga yang tampilan bangunannya kurang bagus.
 View belakang: view positif karena terdapat lahan kosong
dengan pemandangan sawah.
Kontur  Memiliki kontur kecil, berair karena tanah persawahan. 2
Kepadatan  Sedang, karena terdapat perumahan warga dan bangunan 2
Penduduk disampingnya, dan termasuk area perdagangan dan jasa.
Jumlah Traffic  Banyak kendaraan melintas, karena dekat jalan utama yaitu 2
Jalan Sultan Malikul Saleh sebagai jalan arteri sekunder.
Pusat  Sedang, karena hanya terdapat pemukiman penduduk dan 2
Keramaian ruko dan jauh dari pusat kota.
Kompetisi -
Sirkulasi  Mudah dilalui dan diakses karena banyak kendaraan melintas 2
dan merupakan jalan arteri sekunder serta memiliki luas jalan
12 M.
Drainase  Tidak terdapat system drainase di dalam site. 2
Kebisingan  Tingkat kebisingan tinggi karena sumber bising berasal dari 2
kendaraan jalan utama dan perumahan warga.
Jumlah 32

Kriteria Lokasi 3 Skor


Letak Lokasi Jl. Syiah Kuala, Alue Naga, Kuta alam, Banda Aceh 3
Luas Lahan  12.000 m2 2

Batasan Site 1.Timur : Perumahan 3


2.Barat : Tambak dan Pohon Bakau
3.Selatan : Perumahan
4.Utara : Tambak dan Pohon Bakau
Akses  Akses ke site sangat mudah 3

Transportasi  Dilalui kendaraan roda 2 dan 4 3


Publik  Dilalui becak
Jarak Ke Pusat  Jauh dengan pusat kota 3
Kota
View  View Timur: view negatif karena berhadapan dengan 3
perumahan warna
 View Barat: view positif karena berhadapan dengan danau
dan pohon bakau

37
 View utara : view negative karena berhadapan dengan
perumahan warga
 View belakang: view positif karena behadapan dengan danau
dan pohon bakau
Kontur  Memiliki kontur kecil, berair. 2
Kepadatan  Kepadatan penduduk sedang 3
Penduduk
Jumlah Traffic  Tidak terdapat traffic pada site 3
Pusat  Sedang, pusat keramaian terjadi disekitar wisata cagar budaya 3
Keramaian makam syiah kuala, dan pantai syiah kuala
Kompetisi -
Sirkulasi  Sirkulasi satu arah dengan lebar jalan 6 m 3
Drainase  Mengikuti drainase alami dalam site, yaitu memanfaatkan 3
sungai disekeliling.
Kebisingan  Tingkat kebisingan rendah, karena sumber bising berasal dari 2
kendaraan yang lewat dan angin laut
Jumlah 39
 Kesimpulan jumlah total setiap alternatif site
Site 1 Site 2 Site 3
17 32 39

Berdasarkan hasil studi kelayakan pemilihan lokasi, maka skor tertinggi


menjadi lokasi objek perancangan SEkolah Tinggi Tahfidz Al-Quran di Banda
Aceh

2.4 Studi Banding Objek Sejenis


Aspek Pondok Pesantren Institute Tahfidz
Darul Quran,
Informas Tahfidzul Quran Haji Hassanah
Malaysia
i Ibnu Abbas, Klaten Bolkiah, Brunei
Foto
Lokasi

Alamat Jl. Klaten -Solo km 04 Jalan Hamzah, Ampang Bandar Seri Begawan,
belangwetan,Klaten Peca, Kuala Kubu
Brunei Darussalam
Utara, Jawa Tengah Bharu, Selangor Darul
Ehsan.

Luas 16.000 m2 227.000 m2 26.000 m2


Lahan
Luas 7.000 m2 16.000 m2 15.000 m2

38
Bangunan
Sirkulasi

Linear Linear Spiral


Fungsi Sekolah Tahfidz dan Sekolah Tahfidz Sekolah Tahfidz
Bangunan Asrama Alquran dan Asrama Alquran
Program  Tahfidzul Quran  Bachelor Quran  Aliran Arab dan Al-
Studi  Bahasa Arab Sunnah With Honors Quran
 Bahasa Inggris USIM  Aliran Sains dan Al-
 The Diploma Tahfiz Quran
Quran
 Certification
Program Tahfiz al-
Quran
 Higher Certification
Program Taranum
Quran
Kegiatan  Halaqah  Menghafal alquran  Kegiatan Exhibition
Tarbawiyah  Belajar ilmu agama  Mengahfal Al-Quran
 Daurah lainnya  Belajar Ilmu Agama
 Seminar Lainnya
 Kuliah Umum
Fasilitas 1. Gedung Auditorium 1.Gedung Auditorium 1. Ruang Tahfidz
2. Gedung
perpustakaan
3. Gedung asrama
4. Minimarket 2. Gedung
5. Klinik perpustakaan
6. Ruang kelas
7. Masjid 2. Ruang Kelas

3. Gedung asrama

39
3. Perpustakaan

4. Gedung administrasi
4. Masjid

5. Ruang kelas 5. Auditorium

6. Masjid
6. Ruang Publik

2.5 Kesimpulan Studi Banding Objek Sejenis


Berdasarkan hasil analisis dari 3 jenis studi banding yang didapatkan,
maka berikut ini kesimpulan yang akan penulis terapkan pada perancangan
Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran di Banda Aceh, yaitu :
1. Perancangan yang akan dirancang adalah Sekolah Tinggi Tahfidz Al-
Quran di Banda Aceh (STTQ Banda Aceh ) dengan pendekatan
Arsitektur Islam
2. Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran di Banda Aceh Memiliki Program
Studi Khusus Tahfidz Al-Quran

40
3. Fasilitas yang akan dirancang pada Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran
di Banda Aceh berdasarkan Standar BSNP atapun sesuai kebutuhan
pengguna
4. Kegiatan penunjang pada Sekolah Tinggi Tahfidz Al-Quran di Banda
Aceh adalah Islamic Exhibition, Daurah, dan Halaqah Tarbawiyah

41

Anda mungkin juga menyukai