Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

STATUS NUTRIEN SAPI PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN TANJUNG


BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Nutrient Status of Peranakan Ongole Cattle in Tanjung Bintang District South Lampung
Regency

Dewa Ketut Adi Periambawea, Rudy Sutrisnab, and Limanb


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

This study was conducted in January 2015 in Tanjung Bintang District South Lampung Regency. This
study aimed to determine the nutrient status of peranakan ongole cattle based on the feedstuff intake, nutrient
content, and the management of feeding used by the peranakan ongole cattle farmers in Tanjung Bintang
District. There were 50 farmers interviewed, came from two villages, such as Budi Lestari (25 farmers), and
Jati Baru (25 farmers). This study used qualitative approach with survey method, then it was descriptively
analyzed. The result of this study showed the feedstuff mostly in the form of pasture. Average dry matter
intake was 8,21 kg/cow/day, even the dry matter need was 8,97 kg/cow/day, and average protein intake was
0,72 kg/cow/day, even the protein need was 1,08 kg/cow/day. Thus, nutrient status of peranakan ongole
cattle in Tanjung Bintang District South Lampung Regency was stated undernourishied.

(Keywords: Peranakan ongole cattle, nutrient status, dry matter intake, protein intake).

PENDAHULUAN protein dapat diperoleh dari legum dan konsentrat


yang terdiri dari bungkil-bungkilan, tepung ikan,
Status nutrien ternak merupakan ukuran ampas tahu, dedak, dan lainnya.
keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk Kebutuhan nutrien bagi ternak sangat tergantung
ternak yang diindikasikan oleh bobot tubuh dan pada status fisiologis, jenis kelamin, dan
tinggi badan ternak. Status nutrien juga kesesuaian berat tubuhnya. Sebagai contoh,
didefinisikan sebagai status kesehatan yang jumlah pakan (bahan kering) yang dibutuhkan
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan oleh sapi dara berbeda dibandingkan sapi
dan masukan nutrien. penggemukan walaupun dengan bobot tubuh awal
Status nutrien dipengaruhi oleh beberapa yang sama.
faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal dari status nutrien yaitu cuaca, MATERI DAN METODE
ketersediaan bahan pakan, kualitas pakan, dan
kebersihan sekitar lingkungan Materi
ternak. Faktor internal meliputi umur
ternak, kesehatan ternak, dan genetik. Materi yang digunakan adalah hijauan
Pakan yang baik adalah pakan yang yang digunakan sebagai pakan ternak yaitu daun
kandungan nutriennya dapat diserap tubuh dan jagung, jerami padi, daun singkong, rumput gajah,
mencukupi kebutuhan ternak sesuai status dan rumput lapang yang tumbuh di perkebunan
fisiologisnya. Nilai nutrien bahan pakan karet serta perkebunan sawit di Kecamatan
bervariasi, maka penyusunan ransum yang baik Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan
adalah ketepatan memasangkan satu jenis bahan pada bulan Februari 2015.
pakan dengan bahan pakan lain untuk memenuhi
kebutuhan nutriennya. Metode
Bahan pakan sapi yang utama terdiri dari
hijauan yang mengandung nutrien sebagai sumber Metode yang digunakan dalam penelitian
serat, energi, dan protein. Bahan pakan sumber ini adalah metode survei. Metode survei yang
serat meliputi rumput-rumputan, limbah pertanian digunakan adalah metode purposive sampling.
(jerami padi, kedelai, tumpi, kulit buah kopi, kulit Pengumpulan data terdiri dari data primer dan
buah coklat), dan lainnya. Sumber energi data sekunder serta analisis bahan kering dan
meliputi dedak, katul, onggok, jagung, tetes, dan protein kasar.
lainnya. Sumber bahan pakan yang mengandung

13
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

Data primer diperoleh dari responden di HASIL DAN PEMBAHASAN


lapangan, yaitu peternak yamg memiliki sapi
peranakan ongole. Pengambilan data primer juga A. Kondisi Peternakan Sapi di Kecamatan
dilakukan dengan turun langsung ke lapangan. Tanjung Bintang
Pengambilan dilakukan dengan mengambil
sampel pakan ternak yang berupa jerami padi, Berdasarkan data dan informasi yang
daun jagung, daun singkong, kolonjono, rumput berasal dari kuisioner dan wawancara 50 peternak
lapang yang tumbuh di perkebunan karet, dan sapi peranakan ongole, maka diperoleh gambaran
perkebunan sawit, selain itu mengukur lingkar kondisi peternakan sapi di Kecamatan Tanjung
dada untuk mengetahui bobot tubuh ternak Bintang yang meliputi Desa Budi Lestari (25
dengan menggunakan rumus schorll. peternak), dan Desa Jati Baru (25 peternak). Data
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini populasi sapi di Kecamatan Tanjung Bintang
adalah sebagai berikut: disajikan pada Tabel 1.
1. melakukan survei ke lokasi peternakan untuk
melakukan wawancara menggunakan Tabel 1. Populasi sapi di Kecamatan Tanjung
kuisioner; Bintang
2. melihat dan mengamati jenis pakan yang No. Desa Jumlah sapi (ekor)
diberikan oleh peternak yang berupa hijauan 1 Galih Lunik 216
dan konsentrat; 2 Kali Asin 78
3. mengamati jumlah pakan yang dikonsumsi 3 Suka Negara 100
oleh ternak per harinya;
4 Lematang 26
4. mengukur lingkar dada sapi untuk mengetahui
5 Sinar Ogan 483
bobot tubuh menggunakan rumus Scroll
sebaga iberikut: 6 Budi Lestari 1195
(LD + 22)² 7 Jati Baru 1458
BT = 8 Tri Mulyo 716
100 9 Jati Indah 794
Keterangan: 10 Serdang 477
BT = Bobot tubuh (kg) 11 Way Galih 516
LD = Lingkar dada (cm) 12 Rejo Mulyo 243
5. menghitung konsumsi bahan kering (BK) 13 Sabah Balau 584
dengan cara persentase BK dikalikan dengan 14 P. Simpang 102
bahan pakan yang dikonsumsi. Rumus
15 Sindang Sari 68
perhitungan konsumsi bahan kering:
16 Sri Katon 490
BK Total 7548
Konsumsi BK = × konsumsi pakan Sumber: UPT Dinas Peternakan Kecamatan Tanjung
100 Bintang (2011).

6. menghitung kebutuhan kebutuhan bahan Kecamatan Tanjung Bintang merupakan


kering (BK). salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung
Rumus perhitungan kebutuhan bahan Selatan yang mempunyai populasi sapi cukup
kering: banyak yaitu 7548 ekor yang terdiri dari 16 desa
3 yang berpotensi untuk meningkatkan produksi
Kebutuhan BK = × bobot tubuh sapi sapi. Pemeliharaan yang dilakukan masih
100 menggunakan cara tradisional, terlihat dari
7. menghitung konsumsi protein dengan cara pemberian pakan yang hanya memanfaatkan
persentase PK dikalikan dengan BK yang hijauan saja sebagai pakan utama dan belum
dikonsumsi, dengan rumus sebagai adanya penerapan pengolahan pakan. Hal ini
berikut : karena sebagian masyarakat di Kecamatan
PK Tanjung Bintang menganggap pemeliharaan
Konsumsi PK = × konsumsi BK ternak sapi hanya sebagai usaha sampingan.
100 Penelitian ini dilakukan di desa yang
8. menghitung kebutuhan kebutuhan protein memiliki populasi sapi terbanyak dari 16 desa
Kasar (PK). lainnya yaitu Desa Budi Lestari 1195 ekor dan
Rumus perhitungan kebutuhan bahan Jati Baru 1458 ekor. Data tersebut menunjukkan
kering: bahwa hampir semua warga di dua desa tersebut
12 memiliki ternak sapi. Kepemilikan sapi dari 50
Kebutuhan PK = × kebutuhan BK peternak yang diamati yaitu setiap peternak yang
100 sistem pemeliharaanya secara intensif. Jumlah
sapi yang diamati meliputi seluruh jumlah ternak
yang dimiliki oleh masing -- masing peternak.

14
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

B. Manajemen Pakan dan Bobot Tubuh Sapi segar yang diberikan berupa rumput gajah, daun
jagung, daun singkong dan rumput lapang.
Menurut Lubis (1992) pakan adalah segala Jenis hijauan yang diberikan di Desa Budi
sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, yang Lestari memiliki kandungan nutrien yang
dapat dicerna seluruhnya atau sebagian dan tidak berbeda-beda sehingga bobot tubuh sapi tidak
mengganggu kesehatan ternak. Pakan merupakan seragam. Faktor utama yang mempengaruhi
faktor yang mempunyai pengaruh sangat penting pertambahan bobot tubuh seekor ternak yaitu
terhadap laju pertumbuhan, apabila kualitasnya kualitas dan kuantitas dari bahan pakan. Menurut
baik dan diberikan dalam jumlah cukup, maka Santoso (2005) pada prinsipnya hijauan diberikan
pertumbuhan ternak akan lebih baik (Tillman, et 10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30--
al., 1991). 40 kg/ekor/hari. Pemberiannya sebanyak 2--3
Pakan yang diberikan pada ternak kali sehari. Pakan tambahan (konsentrat)
diusahakan mengandung zat-zat pakan yang diberikan 3 -- 4 bulan menjelang akhir
dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan penggemukan.
hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksi Desa Budi Lestari memiliki lahan
(Santoso, 2005). perkebunan singkong dan karet yang cukup luas,
sehingga peternak disana memanfaatkan daun
1. Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi singkong dan rumput yang tumbuh di bawah
perkebunan sebagai pakan utama. Singkong
Berdasarkan hasil pengamatan secara dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah
langsung di lapangan, diketahui bahwa peternak mulai berkurang, warna daun mulai menguning
di Kecamatan Tanjung Bintang hanya dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman
menggunakan hijauan sebagai pakan ternak. singkong adalah 8--10 bulan tergantung dari
Menurut Anggorodi (1984) hijauan yang varietas singkong (Anonim, 2012). Panen
berkualitas tinggi yaitu seperti daun lamtoro, singkong sangat dipengaruhi oleh cuaca,
gamal, kaliandra dan tanaman leguminosa lainnya ketinggian lahan, dan keadaan tanah.
memiliki kadar protein kasar lebih dari 10% Menurut Hardjosubroto (1994) bobot
bahan kering, tanaman sumber protein tersebut tubuh sapi PO jantan mencapai 430--500 kg dan
sangat baik untuk produktivitas sapi peranakan betina 320--400 kg, dengan pertambahan bobot
ongole. tubuh harian 0,4--0,8 kg. Sapi memerlukan 10%
Peternak di Kecamatan Tanjung Bintang berat segar pakan atau 3% berat bahan kering dari
menggunakan rumput gajah, daun singkong, bobot tubuh sapi/hari (Williamson dan Payne,
kolonjono, rumput lapang, jerami padi dan jerami 1993).
jagung sebagai pakan ternak, tetapi hijauan Menurut Abidin (2006) pemberian hijauan
tersebut hanya digunakan ketika musim panen dan konsentrat tergantung dari ketersediaan
saja, umur panen rumput gajah pada musim hujan hijauan di lokasi penggemukan. Faktor yang
40--45 hari dan pada musim kemarau 50--55 hari, mempengaruhi ketersediaan hijauan yaitu pada
umur panen jagung pada dataran rendah berkisar saat musim hujan ketersediaan hijauan akan
3--4 bulan, sedangkan umur panen tanaman berlimpah, sedangkan pada musim kemarau
singkong adalah 8--10 bulan tergantung dari ketersediaan hijauan akan menurun. Pemberian
varietas singkong (Anonim, 2012). konsentrat sangat penting karena dapat
meningkatkan dan memperkaya nutrien bahan
Tabel 2. Rata--rata bobot tubuh dan konsumsi pakan lain yang nilai nutriennya lebih rendah
hijauan (Sugeng, 2006).

Desa Bobot Rata-rata Tabel 3. Rata-rata bobot tubuh dan umur sapi
No
tubuh konsumsi/ha
(kg) ri (kg) Bobot Umur
1 Budi Lestari 290,87 26,83 No. Desa Tubuh (tahun)
(kg)
2 Jati Baru 305,64 26,98
1 Budi Lestari 290,87 3,22
Rata-rata 298,25 26,90
2 Jati Baru 305,64 3,37
Rata-rata 298,25 3,30
Berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan rata-rata konsumsi hijauan di Desa Berdasarkan hasil pengamatan dari desa
Budi Lestari 26,83 kg/ekor/hari dengan rata-rata Budi Lestari dan Jati Baru rata-rata bobot tubuh
bobot tubuh sapi 290,87 kg dan rata-rata hijauan sapi 298,25 kg dengan umur ternak rata-rata 3,3
segar yang diberikan berupa rumput gajah, tahun. Sapi PO yang diamati termasuk yang
rumput lapang, kolonjono, daun singkong dan normal berdasarkan dukungan dari literatur,
daun jagung. Rata--rata konsumsi hijauan di Desa menurut Astuti (2003) sapi PO umur 4--5 tahun
Jati Baru 26,98 kg/ekor/hari dengan rata-rata bobot tubuh dapat mencapai 201-- 420 kg dengan
bobot tubuh sapi 305,64 kg, rata-rata hijauan

15
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

rata-rata pertambahan bobot badan harian sebesar kesehatan ternak. Fungsi bahan kering pakan
0,6—0,8 kg/hari jika dipelihara dengan baik. antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang
dinding saluran pencernaan dan menguatkan
2. Intensitas pemberian pakan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan
bahan kering menyebabkan ternak merasa tidak
Peternak di Kecamatan Tanjung Bintang kenyang.
rata-rata memberikan pakan 2 kali sehari yaitu Menurut Tillman, et al., (1991),
pagi dan sore. Menurut Santoso (2005) pada kemampuan mengkonsumsi pakan setiap sapi
prinsipnya hijauan diberikan 10 persen dari berat perharinya dalam bentuk bahan kering sebanyak
badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 3% dari berat badannya. Rata--rata konsumsi
kg/ekor/hari. Pemberiannya sebanyak 2--3 kali bahan kering sapi yang diamati selama masa
sehari. Pakan tambahan (konsentrat) diberikan 3 penelitian adalah 8,21 kg/ekor/hari, sedangkan
sampai 4 bulan menjelang akhir penggemukan, rata-rata kebutuhannya 8,97 kg/ekor/hari.
umumnya diberikan sebanyak 1,5% dari berat Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
badan hidup atau 3--4 kg/ekor/hari. konsumsi bahan kering sapi selama penelitian
belum mencukupi kebutuhan.
Kecamatan Tanjung Bintang memiliki
C. Prediksi Bahan Kering yang Terkonsumsi produksi pakan hijauan dalam bentuk bahan
kering sebanyak 100.037.974,87 kg/th (Prawira,
Jumlah bahan kering yang terkonsumsi 2015). Dengan ketersediaan bahan pakan yang
dapat dihitung berdasarkan jumlah hijauan segar melimpah, peternak belum memanfaatkan secara
yang dominan digunakan oleh peternak di maksimal. Kebutuhan bahan kering yang tidak
Kecamatan Tanjung Bintang. tercukupi karena peternak menerapkan sistem
Data prediksi jumlah bahan kering yang pemeliharaan yang masih tradisional, juga
terkonsumsi disajikan pada Tabel 4. mengangap berternak sapi hanya sebagai usaha
sampingan dengan tidak terlalu memper-hatikan
Tabel 4. Prediksi konsumsi bahan kering hijauan kebutuhan pakan.
sapi Peternak di Desa Budi Lestari dan Jati
Baru menggunakan rumput gajah, daun singkong,
Konsumsi Kebutuhan daun jagung dan rumput lapang yang tumbuh di
No Desa BK/hari BK/ hari bawah perkebunan sebagai pakan utama.
(kg) (kg) Menurut Tillman, et al., (1991) kebutuhan bahan
1 Budi Lestari 8,00 8,73 kering dilihat dari bobot tubuh seekor ternak,
2 Jati Baru 8,42 9,21 untuk sapi kebutuhan bahan keringnya yaitu
Rata-rata 8,21 8,97
sekitar 3-- 4% dari bobot tubuh.
Keterangan: BK : Bahan kering
Kebutuhan BK : 3% dari bobot
tubuh sapi (Tillman, et al.,1991) D. Prediksi Protein Kasar yang Terkonsumsi

Berdasarkan hasil pengamatan kebutuhan Jumlah protein kasar yang terkonsumsi


bahan kering di Desa Budi Lestari dan Jati Baru dapat dihitung berdasarkan kandungan protein
belum tercukupi, rata-rata konsumsi bahan kering kasar dari bahan pakan yang dominan digunakan
8,00 kg/ekor/hari, sedangkan rata-rata kebutuhan oleh peternak, kandungan protein kasar dari jenis
bahan keringnya 8,73 kg/ekor/hari. Desa Jati Baru pakan yang dikonsumsi berbeda-beda.
rata-rata konsumsi bahan kering 8,42
kg/ekor/hari, sedangkan rata-rata kebutuhan Tabel 5. Rata-rata konsumsi protein kasar
bahan keringnya 9,21 kg/ekor/hari. Menurut
Konsumsi Kebutuhan
Tillman, et al., (1991) kebutuhan bahan kering No. Desa PK PK
pakan yang disarankan untuk sapi pedaging
adalah 3--4% dari bobot tubuh. Kebutuhan pakan 1 Budi Lestari 0,70 kg 1,05 kg
disesuaikan dengan jenis ternak, umur dan tingkat 2 Jati Baru 0,74 kg 1,11 kg
produksi, kondisi bahan kering pakan ditentukan Rata-rata 0,72 kg 1,08 kg
oleh bobot tubuh, jenis ransum, umur, dan kondisi
ternak. Tingginya konsumsi BK dipengaruhi oleh Keterangan: PK:Protein Kasar
Kebutuhan PK: 12% dari kebutuhan
palatabilitas pakan yang dipengaruhi oleh
bahan kering (Kearl, 1992),
beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk, dan bau
dari pakan itu sendiri (Tillman, et al., 1991). Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
Konsumsi bahan kering menurut Lubis konsumsi protein kasar sebesar 0,72 kg/ekor/hari,
(1992) dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya: sedangkan rata-rata kebutuhan-nya 1,08
1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan kg/ekor/hari. Secara keseluruhan rata-rata
palatabilitas; 2) faktor ternak yang meliputi kebutuhan protein kasar di Kecamatan Tanjung
bangsa, jenis kelamin, umur, dan kondisi Bintang belum memenuhi kebutuhan. hal ini

16
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

disebabkan oleh kurangnya pemberian pakan yang diperoleh rata--rata BCS sapi di Desa Budi
yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Lesatri 2,66, sedangkan di Desa Jati Baru nilai
Menurut Kearl (1982) kebutuhan protein kasar rata--rata BCS yaitu 2,75 hal ini menunjukkan
untuk ternak sapi yaitu 12--14% dari kebutuhan bahwa nilai BCS sapi dari kedua desa berada pada
bahan kering. nilai mendekati sedang.
Protein merupakan senyawa organik
kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi.
Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, SIMPULAN
yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang
lolos dari perombakan mikrobia rumen dan Sapi Peranakan Ongole yang dipelihara
sebagian kecil dari endogenus (Tillman, et al., oleh peternak di Kecamatan Tanjung bintang
1991). mempunyai status nutrien yang kurang baik,
Protein dapat diperoleh dari bahan-bahan karena nilai rata-rata bahan kering dan protein
pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kasar yang dikonsumsi hanya cukup untuk
biji-bijian (Sugeng, 2006). Protein di dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok. Konsumsi
tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan bahan kering 8,21 kg/ekor/hari, sedangkan
menjadi protein yang dapat disintesis dan protein kebutuhannya 8,97 kg/ekor/hari, dan rata-rata
tidak dapat disintesis. konsumsi protein kasar 0,72 kg/ekor/hari,
Protein yang dibutuhkan oleh ternak sedangkan kebutuhannya 1,08 kg/ekor/hari.
ruminansia yaitu dalam bentuk protein kasar dan Pakan yang digunakan hanya berupa hijauan yang
protein yang dapat dicerna (Prdd). Protein kasar terdiri dari rumput gajah, rumput lapang, daun
adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat di singkong, daun jagung dan kolonjono. Nilai BCS
dalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25), yang diperoleh mengindikasikan bahwa
sedangkan Prdd adalah protein pakan yang manajemen pemeliharaan sapi peranakan ongole
dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan di Kecamatan Tanjung Bintang dilakukan kurang
(Siregar, 1994). Menurut Anggorodi (1984) baik, dengan nilai BCS rata--rata 2,70 dan rata--
kekurangan protein pada sapi dapat menghambat rata bobot tubuh 298,25 kg.
pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk
memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan
baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan DAFTAR PUSTAKA
anti bodi, enzim-enzim dan hormon.
Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong.
E. Penilaian Body Condition Score (BCS) Agromedia Pustaka. Jakarta
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Pakan Ternak Umum.
Pengambilan data untuk menentukan nilai PT. Gramedia. Jakarta
BCS dilakukan sesuai dengan metode Edmonson, Anonim. 2012. Terminologi: Budidaya
et al. (1989). Penilaian kondisi tubuh dilakukan Tanaman Singkong.
dengan cara pengamatan dan perabaan di daerah http://manglayang.blogsome.com/2014/04/
deposit lemak, yaitu seperti pada daerah 21/terminologi-bahan-pakan-darihasil
punggung dan seperempat bagian sapi paling ikutan-industri-pangan/. Diakses 28
belakang. Selain itu juga dilakukan perabaan pada Oktober 2014
daerah penonjolan tulang pada pangkal ekor dan Astuti. 2003. Potensi dan Keragaman Sumber
areal pinggang, pangkal ekor, serta pinggang. Daya Genetik Sapi PO. Wartazoa.
Berdasarkan hasil pengamatan BCS yang Edmonson, A. J., I.J. Lean, L.D. Weaver, T.
didapatkan di Desa Budi Lestari, disajikan dalam Farver, and G. Webster. 1989. A body
Tabel 6. condition scoring chart for Holstein Dairy.
Cows. J. Dairy Sci. 72:68-78.
Tabel 6. Rata--rata nilai BCS sapi di Desa Jati Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan
baru dan Budi Lestari Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
No. Desa BCS Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirement of
1 Budi Lestari 2,66 Ruminant in Developing Countries. Utah
2 Jati Baru 2,75 State University Logah. USA
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT.
Rata—rata 2,70
Pembangunan. Jakarta
Prawira. H.Y. 2015. Potensi Pengembangan Sapi
Menurut Edmonson et al. (1989) membuat Potong di Kecamatan Tanjung Bintang
diagram BCS menggunakan skala 1--5. Nilai 1 Kabupaten Lampung selatan. Skripsi.
mempunyai arti tubuh sapi sangat kurus, nilai 2 Program Sarjana Universitas Lampung.
mempunyai arti kurus, nilai 3 mem-punyai nilai Lampung.
sedang, nilai 4 mempunyai arti gemuk, nilai 5 Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan
mempunyai arti sangat gemuk. Berdasarkan data Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta

17
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. UPT dinas peternakan. 2011. Rekapitulasi
Penebar Swadaya. Jakarta Indentifikasi Data Populasi Ternak
Sugeng, B. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Penebar Swadaya. Jakarta Lampung Selatan.
Tillman, A.D., S. Reksohadiprojo, S. Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993.
Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Cetakan ke-5. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai