Ipi428065 PDF
Ipi428065 PDF
Nutrient Status of Peranakan Ongole Cattle in Tanjung Bintang District South Lampung
Regency
ABSTRACT
This study was conducted in January 2015 in Tanjung Bintang District South Lampung Regency. This
study aimed to determine the nutrient status of peranakan ongole cattle based on the feedstuff intake, nutrient
content, and the management of feeding used by the peranakan ongole cattle farmers in Tanjung Bintang
District. There were 50 farmers interviewed, came from two villages, such as Budi Lestari (25 farmers), and
Jati Baru (25 farmers). This study used qualitative approach with survey method, then it was descriptively
analyzed. The result of this study showed the feedstuff mostly in the form of pasture. Average dry matter
intake was 8,21 kg/cow/day, even the dry matter need was 8,97 kg/cow/day, and average protein intake was
0,72 kg/cow/day, even the protein need was 1,08 kg/cow/day. Thus, nutrient status of peranakan ongole
cattle in Tanjung Bintang District South Lampung Regency was stated undernourishied.
(Keywords: Peranakan ongole cattle, nutrient status, dry matter intake, protein intake).
13
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.
14
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.
B. Manajemen Pakan dan Bobot Tubuh Sapi segar yang diberikan berupa rumput gajah, daun
jagung, daun singkong dan rumput lapang.
Menurut Lubis (1992) pakan adalah segala Jenis hijauan yang diberikan di Desa Budi
sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, yang Lestari memiliki kandungan nutrien yang
dapat dicerna seluruhnya atau sebagian dan tidak berbeda-beda sehingga bobot tubuh sapi tidak
mengganggu kesehatan ternak. Pakan merupakan seragam. Faktor utama yang mempengaruhi
faktor yang mempunyai pengaruh sangat penting pertambahan bobot tubuh seekor ternak yaitu
terhadap laju pertumbuhan, apabila kualitasnya kualitas dan kuantitas dari bahan pakan. Menurut
baik dan diberikan dalam jumlah cukup, maka Santoso (2005) pada prinsipnya hijauan diberikan
pertumbuhan ternak akan lebih baik (Tillman, et 10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30--
al., 1991). 40 kg/ekor/hari. Pemberiannya sebanyak 2--3
Pakan yang diberikan pada ternak kali sehari. Pakan tambahan (konsentrat)
diusahakan mengandung zat-zat pakan yang diberikan 3 -- 4 bulan menjelang akhir
dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan penggemukan.
hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksi Desa Budi Lestari memiliki lahan
(Santoso, 2005). perkebunan singkong dan karet yang cukup luas,
sehingga peternak disana memanfaatkan daun
1. Konsumsi hijauan dan bobot tubuh sapi singkong dan rumput yang tumbuh di bawah
perkebunan sebagai pakan utama. Singkong
Berdasarkan hasil pengamatan secara dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah
langsung di lapangan, diketahui bahwa peternak mulai berkurang, warna daun mulai menguning
di Kecamatan Tanjung Bintang hanya dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman
menggunakan hijauan sebagai pakan ternak. singkong adalah 8--10 bulan tergantung dari
Menurut Anggorodi (1984) hijauan yang varietas singkong (Anonim, 2012). Panen
berkualitas tinggi yaitu seperti daun lamtoro, singkong sangat dipengaruhi oleh cuaca,
gamal, kaliandra dan tanaman leguminosa lainnya ketinggian lahan, dan keadaan tanah.
memiliki kadar protein kasar lebih dari 10% Menurut Hardjosubroto (1994) bobot
bahan kering, tanaman sumber protein tersebut tubuh sapi PO jantan mencapai 430--500 kg dan
sangat baik untuk produktivitas sapi peranakan betina 320--400 kg, dengan pertambahan bobot
ongole. tubuh harian 0,4--0,8 kg. Sapi memerlukan 10%
Peternak di Kecamatan Tanjung Bintang berat segar pakan atau 3% berat bahan kering dari
menggunakan rumput gajah, daun singkong, bobot tubuh sapi/hari (Williamson dan Payne,
kolonjono, rumput lapang, jerami padi dan jerami 1993).
jagung sebagai pakan ternak, tetapi hijauan Menurut Abidin (2006) pemberian hijauan
tersebut hanya digunakan ketika musim panen dan konsentrat tergantung dari ketersediaan
saja, umur panen rumput gajah pada musim hujan hijauan di lokasi penggemukan. Faktor yang
40--45 hari dan pada musim kemarau 50--55 hari, mempengaruhi ketersediaan hijauan yaitu pada
umur panen jagung pada dataran rendah berkisar saat musim hujan ketersediaan hijauan akan
3--4 bulan, sedangkan umur panen tanaman berlimpah, sedangkan pada musim kemarau
singkong adalah 8--10 bulan tergantung dari ketersediaan hijauan akan menurun. Pemberian
varietas singkong (Anonim, 2012). konsentrat sangat penting karena dapat
meningkatkan dan memperkaya nutrien bahan
Tabel 2. Rata--rata bobot tubuh dan konsumsi pakan lain yang nilai nutriennya lebih rendah
hijauan (Sugeng, 2006).
Desa Bobot Rata-rata Tabel 3. Rata-rata bobot tubuh dan umur sapi
No
tubuh konsumsi/ha
(kg) ri (kg) Bobot Umur
1 Budi Lestari 290,87 26,83 No. Desa Tubuh (tahun)
(kg)
2 Jati Baru 305,64 26,98
1 Budi Lestari 290,87 3,22
Rata-rata 298,25 26,90
2 Jati Baru 305,64 3,37
Rata-rata 298,25 3,30
Berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan rata-rata konsumsi hijauan di Desa Berdasarkan hasil pengamatan dari desa
Budi Lestari 26,83 kg/ekor/hari dengan rata-rata Budi Lestari dan Jati Baru rata-rata bobot tubuh
bobot tubuh sapi 290,87 kg dan rata-rata hijauan sapi 298,25 kg dengan umur ternak rata-rata 3,3
segar yang diberikan berupa rumput gajah, tahun. Sapi PO yang diamati termasuk yang
rumput lapang, kolonjono, daun singkong dan normal berdasarkan dukungan dari literatur,
daun jagung. Rata--rata konsumsi hijauan di Desa menurut Astuti (2003) sapi PO umur 4--5 tahun
Jati Baru 26,98 kg/ekor/hari dengan rata-rata bobot tubuh dapat mencapai 201-- 420 kg dengan
bobot tubuh sapi 305,64 kg, rata-rata hijauan
15
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.
rata-rata pertambahan bobot badan harian sebesar kesehatan ternak. Fungsi bahan kering pakan
0,6—0,8 kg/hari jika dipelihara dengan baik. antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang
dinding saluran pencernaan dan menguatkan
2. Intensitas pemberian pakan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan
bahan kering menyebabkan ternak merasa tidak
Peternak di Kecamatan Tanjung Bintang kenyang.
rata-rata memberikan pakan 2 kali sehari yaitu Menurut Tillman, et al., (1991),
pagi dan sore. Menurut Santoso (2005) pada kemampuan mengkonsumsi pakan setiap sapi
prinsipnya hijauan diberikan 10 persen dari berat perharinya dalam bentuk bahan kering sebanyak
badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 3% dari berat badannya. Rata--rata konsumsi
kg/ekor/hari. Pemberiannya sebanyak 2--3 kali bahan kering sapi yang diamati selama masa
sehari. Pakan tambahan (konsentrat) diberikan 3 penelitian adalah 8,21 kg/ekor/hari, sedangkan
sampai 4 bulan menjelang akhir penggemukan, rata-rata kebutuhannya 8,97 kg/ekor/hari.
umumnya diberikan sebanyak 1,5% dari berat Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
badan hidup atau 3--4 kg/ekor/hari. konsumsi bahan kering sapi selama penelitian
belum mencukupi kebutuhan.
Kecamatan Tanjung Bintang memiliki
C. Prediksi Bahan Kering yang Terkonsumsi produksi pakan hijauan dalam bentuk bahan
kering sebanyak 100.037.974,87 kg/th (Prawira,
Jumlah bahan kering yang terkonsumsi 2015). Dengan ketersediaan bahan pakan yang
dapat dihitung berdasarkan jumlah hijauan segar melimpah, peternak belum memanfaatkan secara
yang dominan digunakan oleh peternak di maksimal. Kebutuhan bahan kering yang tidak
Kecamatan Tanjung Bintang. tercukupi karena peternak menerapkan sistem
Data prediksi jumlah bahan kering yang pemeliharaan yang masih tradisional, juga
terkonsumsi disajikan pada Tabel 4. mengangap berternak sapi hanya sebagai usaha
sampingan dengan tidak terlalu memper-hatikan
Tabel 4. Prediksi konsumsi bahan kering hijauan kebutuhan pakan.
sapi Peternak di Desa Budi Lestari dan Jati
Baru menggunakan rumput gajah, daun singkong,
Konsumsi Kebutuhan daun jagung dan rumput lapang yang tumbuh di
No Desa BK/hari BK/ hari bawah perkebunan sebagai pakan utama.
(kg) (kg) Menurut Tillman, et al., (1991) kebutuhan bahan
1 Budi Lestari 8,00 8,73 kering dilihat dari bobot tubuh seekor ternak,
2 Jati Baru 8,42 9,21 untuk sapi kebutuhan bahan keringnya yaitu
Rata-rata 8,21 8,97
sekitar 3-- 4% dari bobot tubuh.
Keterangan: BK : Bahan kering
Kebutuhan BK : 3% dari bobot
tubuh sapi (Tillman, et al.,1991) D. Prediksi Protein Kasar yang Terkonsumsi
16
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.
disebabkan oleh kurangnya pemberian pakan yang diperoleh rata--rata BCS sapi di Desa Budi
yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Lesatri 2,66, sedangkan di Desa Jati Baru nilai
Menurut Kearl (1982) kebutuhan protein kasar rata--rata BCS yaitu 2,75 hal ini menunjukkan
untuk ternak sapi yaitu 12--14% dari kebutuhan bahwa nilai BCS sapi dari kedua desa berada pada
bahan kering. nilai mendekati sedang.
Protein merupakan senyawa organik
kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi.
Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, SIMPULAN
yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang
lolos dari perombakan mikrobia rumen dan Sapi Peranakan Ongole yang dipelihara
sebagian kecil dari endogenus (Tillman, et al., oleh peternak di Kecamatan Tanjung bintang
1991). mempunyai status nutrien yang kurang baik,
Protein dapat diperoleh dari bahan-bahan karena nilai rata-rata bahan kering dan protein
pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kasar yang dikonsumsi hanya cukup untuk
biji-bijian (Sugeng, 2006). Protein di dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok. Konsumsi
tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan bahan kering 8,21 kg/ekor/hari, sedangkan
menjadi protein yang dapat disintesis dan protein kebutuhannya 8,97 kg/ekor/hari, dan rata-rata
tidak dapat disintesis. konsumsi protein kasar 0,72 kg/ekor/hari,
Protein yang dibutuhkan oleh ternak sedangkan kebutuhannya 1,08 kg/ekor/hari.
ruminansia yaitu dalam bentuk protein kasar dan Pakan yang digunakan hanya berupa hijauan yang
protein yang dapat dicerna (Prdd). Protein kasar terdiri dari rumput gajah, rumput lapang, daun
adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat di singkong, daun jagung dan kolonjono. Nilai BCS
dalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25), yang diperoleh mengindikasikan bahwa
sedangkan Prdd adalah protein pakan yang manajemen pemeliharaan sapi peranakan ongole
dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan di Kecamatan Tanjung Bintang dilakukan kurang
(Siregar, 1994). Menurut Anggorodi (1984) baik, dengan nilai BCS rata--rata 2,70 dan rata--
kekurangan protein pada sapi dapat menghambat rata bobot tubuh 298,25 kg.
pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk
memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan
baru, metabolisme, sumber energi, pembentukan DAFTAR PUSTAKA
anti bodi, enzim-enzim dan hormon.
Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong.
E. Penilaian Body Condition Score (BCS) Agromedia Pustaka. Jakarta
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Pakan Ternak Umum.
Pengambilan data untuk menentukan nilai PT. Gramedia. Jakarta
BCS dilakukan sesuai dengan metode Edmonson, Anonim. 2012. Terminologi: Budidaya
et al. (1989). Penilaian kondisi tubuh dilakukan Tanaman Singkong.
dengan cara pengamatan dan perabaan di daerah http://manglayang.blogsome.com/2014/04/
deposit lemak, yaitu seperti pada daerah 21/terminologi-bahan-pakan-darihasil
punggung dan seperempat bagian sapi paling ikutan-industri-pangan/. Diakses 28
belakang. Selain itu juga dilakukan perabaan pada Oktober 2014
daerah penonjolan tulang pada pangkal ekor dan Astuti. 2003. Potensi dan Keragaman Sumber
areal pinggang, pangkal ekor, serta pinggang. Daya Genetik Sapi PO. Wartazoa.
Berdasarkan hasil pengamatan BCS yang Edmonson, A. J., I.J. Lean, L.D. Weaver, T.
didapatkan di Desa Budi Lestari, disajikan dalam Farver, and G. Webster. 1989. A body
Tabel 6. condition scoring chart for Holstein Dairy.
Cows. J. Dairy Sci. 72:68-78.
Tabel 6. Rata--rata nilai BCS sapi di Desa Jati Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan
baru dan Budi Lestari Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
No. Desa BCS Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirement of
1 Budi Lestari 2,66 Ruminant in Developing Countries. Utah
2 Jati Baru 2,75 State University Logah. USA
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT.
Rata—rata 2,70
Pembangunan. Jakarta
Prawira. H.Y. 2015. Potensi Pengembangan Sapi
Menurut Edmonson et al. (1989) membuat Potong di Kecamatan Tanjung Bintang
diagram BCS menggunakan skala 1--5. Nilai 1 Kabupaten Lampung selatan. Skripsi.
mempunyai arti tubuh sapi sangat kurus, nilai 2 Program Sarjana Universitas Lampung.
mempunyai arti kurus, nilai 3 mem-punyai nilai Lampung.
sedang, nilai 4 mempunyai arti gemuk, nilai 5 Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan
mempunyai arti sangat gemuk. Berdasarkan data Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta
17
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 6-12, Februari 2016 Dewa Ketut Adi Periambawe et al.
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. UPT dinas peternakan. 2011. Rekapitulasi
Penebar Swadaya. Jakarta Indentifikasi Data Populasi Ternak
Sugeng, B. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Penebar Swadaya. Jakarta Lampung Selatan.
Tillman, A.D., S. Reksohadiprojo, S. Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993.
Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Cetakan ke-5. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
18