Anda di halaman 1dari 1

Hakikat Manusia

Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu banyak hal yang sangat
bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun terdapat begitu banyak ketidaksepakatan
mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena banyak pihak hanya melihat
hakikat manusia secara sepotong-sepotong tanpa mendudukannya dalam konteks keseluruhan yang
utuh. Karl Marx, misalnya, (dalam Stevenson dan Haberman, 2001) mengatakan bahwa hakikat riil
manusia adalah keseluruhan hubungan social dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa
tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia itu
hidup.

Kecenderungan memahami hakikat manusia secara sepotong-sepotong ini sangat jelas terasa bila
melihat perkembangan dan aliran dalam psikologi, khususnya menyangkut konsepsi-konsepsi psikologis
tentang manusia. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat,2001) mengelompokkan empat teori
psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut :

1. Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-
keinginan terpendam ( homo volensi). Tokoh-tokoh aliran ini antar lain: freud, Jung, Abraham,
Horney, dan Bion.
2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan semuanya oleh
lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyebut manusia sebagai manusia mesin( homo
mechanicus) karena perilaku manusia sepenuhnya ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori
ini disebut juga sebagai teori belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia-kecuali
insting- adalah hasil belajar (dari lingkungan). Ada keyakinan bahwa jiwa manusia pada saat
dilahirkan diumpamakan seperti meja lilin (tabula rasa), belum mempunyai warna mental dan
siap dilukis oleh pengalaman dari lingkungannya. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah : Hull,
Miller dan Dollard, Rotter, Sklinner, serta Bandura.
3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungannya. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain :
Lewin, Heider, Festinger, Piaget, dan Kohlberg.
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di sini diperkenalkan konsep I – thou
relationship

Anda mungkin juga menyukai