Perbedaan management Theory dengan agency theory dan stewardship theory:
Agency Theory of Corporate Governance Teori pemerintahan yang berada pada tata kelola perusahaan pada jaman modern saat ini disebut dengan teori agensi. Menurut teori agensi, peran dari para dewan direksi adalah untuk menjadi perantara, broker, atau wasit antar para agen, yaitu orang-orang yang menggunakan sumber daya perusahaan untuk menyelesaikan sesuatu. Setiap pemegang saham dan manajer masing-masing mempunyai kebutuhan, harapan, dan kepentingan yang berbeda. Maka dari itu, peran dari tata kelola perusahaan, yaitu dewan adalah untuk melakukan arbitrasi di antara kedua pihak tersebut sehingga dapat menghasilkan keputusan tentang bagaimana sumber daya tersebut akan dialokasikan pada masing-masing kegiatan. Stewardship Theory of Corporate Governance Teori stewardship adalah upaya untuk mengkompromikan teori agensi, dimana para dewan direksi bertanggung jawab untuk pemerintahan dan teori manajemen, untuk mengetahui dimana manajemen berada. Yang didiskusikan dalam teori ini adalah bahwa para dewan direksi dan para manajemen merupakan satu tim yang berada pada tingkat teratas dari perusahaan, dan peran dari dewan direksi bukan untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan, melainkan untuk mendukung dan mendampingi CEO dan manajemen dalam menyelesaikan tugasnya. Kelemahan dari teori ini adalah karena tidak adanya garis yang jelas antara tanggung jawab dari para dewan dan para manajemen, sehingga ketika terjadi kesalahan tidak ada pihak yang dapat disalahkan dan akan sangat sulit untuk meminta CEO untuk bertanggung jawab. Management Theory of Corporate Governance Tata kelola perusahaan berada di antara teori agensi dan teori manajemen, khususnya pada sektor swasta. Teori manajemen mengatakan bahwa sebuah perusahaan sangatlah rumit sehingga para pemegang saham maupun para dewan tidak akan pernah mengerti sepenuhnya tentang perusahaan. Maka dari itu manajemen, khususnya CEO harus diberikan otoritas dan otonomi bukan hanya untuk mengatur, tetapi untuk mengarahkan dan mengawasi perusahaan. Teori manajemen mulai mendominasi pada pertengahan abad ke-20 dan menjadi cikal bakal munculnya Sarbanes-Oxley Act. Kekuatan dari teori manajemen adalah hanya memiliki satu kepala, tetapi kelemahannya adalah ketika kepala tersebut mulai menjadi masalah. Sangat sulit untuk memperbaiki kesalahan tersebut tanpa adanya dewan direksi dan pemegang saham yang benar-benar independen. 2. A. Perbedaan one tier and two-tier board adalah: - One-Tier Board System Dalam one-tier board system, keseluruhan wewenang pelaksanaan fungsi suatu perusahaan atau organisasi dilaksanakan oleh satu board atau dewan yang lazim disebut sebagai board of director. Pada sistem ini, board of directors berfungsi menetapkan kebijakan, melaksanakan kegiatan operasional, dan sekaligus melakukan pengawasan atau monitoring. Pengambilan kebijakan merupakan kewenangan board of directors sebagai satu kesatuan dewan sehingga semua anggota board of directors dapat berpartisipasi dalam melaksanakan fungsi tersebut. Seringkali konsep kesatuan dalam pengambilan keputusan dan pertanggung-jawaban tersebut disebut sebagai kolektif kolegial. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional ditunjuk satu atau beberapa anggota board of director’s yang disebut sebagai executive director. Sedangkan pelaksanaan fungsi monitoring dan pengawasan dilakukan oleh beberapa anggota board of directors lainnya yang disebut non-executive director (NEDs). - Two- tier Board System Terdapat dua dewan yang terpisah, satu dewan yang bertanggung-jawab menetapkan kebijakan dan mengelola operasional perusahaan (management board) dan satu dewan lainnya yang melakukan fungsi monitoring dan pengawasan (supervisory board). Pemisahan fungsi tersebut dimaksudkan untuk menghindari benturan kepentingan yang diharapkan akan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Namun berdasarkan pengalaman, penetapan kriteria dan pelaksanaan proses pemilihan supervisory boards pada umumnya kurang jelas dan tidak transparan sehingga seringkali justru akan menghasilkan sistem pengawasan yang tidak efektif dan dapat menyebabkan tata kelola yang kurang baik.
B. Organ Perseroan Terbatas, menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, terdiri dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris – UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketiga organ tersebut melakukan metabolisme tubuh di dalam badan hukum PT, menjalankan roda kegiatan PT ke arah visi-misinya. Kegiatan organ-organ itu meliputi fungsi pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan. - Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris. - Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan. - Tugas Direksi adalah menjalankan pengurusan Perseroan. Sebagai pengurus Perseroan, Direksi dapat mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kewenangan itu dimiliki Direksi secara tak terbatas dan tak bersyarat, selama tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Anggaran Dasarnya serta Keputusan RUPS. - Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. - Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi, baik dalam melakukan pengurusan Perseroan, serta jalannya pengurusan tersebut secara umum, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan. Dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.