Anda di halaman 1dari 2

Bahaya Tersembunyi pada Masa pacaran

MASA pacaran adalah awal sebuah hubungan yang mendalam bagi sepasang
insan. Pada masa pacaran, dua orang yang saling jatuh cinta mengikat janji
dan memulai sebuah hubungan yang sifatnya eksklusif. Pada dasarnya, sifat
eksklusif inilah yang menjadikan masa pacaran menjadi sesuatu yang indah.
Apa lagi yang lebih menyenangkan dibandingkan perasaan memiliki
seseorang yang dicintai dan juga mencintai Anda?

Dan, keindahan masa pacaran juga datang dari harapan. Harapan bahwa
suatu saat kelak Anda berdua akan mengikat janji secara lebih serius dalam
hubungan pernikahan. Harapan bahwa masa-masa indah pernikahan, yang
mungkin Anda pungut dari film-film atau novel percintaan, akan segera
terwujud. Sayangnya, seperti juga semua hal dalam hidup, masa pacaran
juga mengandung bahaya.

Tak semua hubungan pacaran berjalan mulus dan sesuai dengan harapan si
pelakunya. Ada banyak cerita pasangan berpacaran yang bermasalah. Banyak
orang yang sedang kasmaran dan berpacaran tak menyadari bahaya-bahaya
tersebut. Sebabnya, sebagian besar datang dari perasaan cinta yang
membutakan, kata Pepper Schwartz, PhD, pakar sosiologi dari University of
Washington, Amerika Serikat.

“Perasaan senang yang berlebihan saat berpacaran menyebabkan banyak


orang tak menyadari bahwa bisa saja ia membiarkan dirinya terperangkap
dalam suatu hubungan yang cepat atau lambat akan memangsanya,” kata
Schwartz.

Lalu, apa saja bahaya yang bisa mengancam seorang wanita pada masa
pacaran?

Percaya Berlebihan
Cinta itu buta dan membutakan. Mungkin ini bukan pertama kalinya Anda
mendengar ungkapan klise tersebut. Tetapi, percayalah, cinta memang
membutakan. Dari hasil penelitiannya, Schwartz menemukan bahwa orang-
orang yang sedang kasmaran memiliki persepsi yang bias tentang orang yang
ia cintai. Mereka umumnya menaruh kepercayaan yang sangat besar kepada
orang yang dicintai. Selain itu, dalam banyak situasi, orang-orang yang
sedang kasmaran cenderung bersikap lebih toleran terhadap orang yang ia
cintai. “Di situlah letak bahayanya. Dengan persepsi yang sangat bias
tersebut, orang tak lagi bisa bersikap obyektif terhadap target perasaan
cintanya,” papar Schwartz. Padahal, menemukan seseorang yang tepat
menjadi pasangan hidup Anda selama-lamanya membutuhkan beberapa
penelitian.

o Benarkah ia sungguh-sungguh memiliki sifat seperti yang ia tunjukkan


kepada Anda?
o Benarkah ia seperti yang ia ceritakan?
o Benarkah latar belakang kehidupan yang ia ceritakan?

Seorang karyawati sebuah perusahaan swasta, menceritakan pengalaman


pahitnya. la jatuh cinta kepada seorang pria yang ia kenal dalam sebuah
acara yang diadakan kantornya. Ternyata, sang pria yang mengaku bujangan
itu membalas cintanya dan kemudian mereka berpacaran serius. Ia
mengenalkan sang pacar kepada orangtuanya dan semua orang, serta
mengatakan mereka berdua berencana menikah. Dan, karena ia merasa pasti
bahwa suatu saat mereka berdua pasti menikah, gadis itu menyerahkan
“kehormatannya” kepada sang pacar. Namun, suatu hari sang pacar
menceritakan bahwa ia sudah menikah, memiliki dua anak, dan mengaku tak
sanggup menceraikan sang istri.

Pesan moral dari cerita ini: jangan menaruh kepercayaan (dan harapan)
terlalu besar terhadap pacar, sebaik apa pun ia dalam pandangan Anda.

Perkosaan Terselubung
Ini adalah istilah yang harus dianggap serius oleh wanita mana saja yang
sedang kasmaran dan sedang menjalin hubungan pacaran dengan pria
idamannya.

Banyak penelitian menunjukkan seorang wanita amat besar kemungkinannya


menjadi korban perkosaan terselubung selama masa pacaran. Hal ini terjadi,
kata Schwartz, karena sifat hubungan pacaran itu sendiri. Banyak wanita
yang terjebak dan menjadi korban perkosaan terselubung tanpa ia sadari
karena ingin membuktikan rasa cintanya (seperti diminta sang pacar).

Ada juga yang tak sadar menjadi korban karena termakan oleh argumentasi
palsu sang pria seperti contoh di atas “jika kamu mau dipegang-pegang,
maka kamu pasti juga mau diajak berhubungan seks”. Padahal,jika seorang
wanita bersedia melakukan suatu aktivitas seksual tertentu seperti
berciuman, bukan berarti ia bersedia melakukan aktivitas seksual lain. Jika
kemudian si pria terus membujuk atau bahkan memaksa, tindakan tersebut
sudah merupakan perkosaan.

Anda mungkin juga menyukai