Anda di halaman 1dari 6

TOKSIKOLOGI

AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN

DR. MANYUR, DAKK


Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan :

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia


yang merugikan bagi organisme hidup.
Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa dalam Toksikologi terdapat unsur-unsur yang
saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada
system biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada system biologi tersebut.
Salah satu unsur Toksikologi adalah agent-agent kimia atau fisika yang mampu
menimbulkan respon pada system biologi.
Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan
timbulnya effek-effek yang tidak diinginkan ini.
Dalam tulisan ini akan dibicarakan mengenai penggolongan agent toksis & sifat
khusus dari pemaparan.

PENGGOLONGAN AGENT-AGENT TOKSIS :


Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam
tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya.
Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ
sasaran dan dikenal sebagai racun-racun liver, racun-racun ginjal penggunaannya
dikenal sebagai pestisida-pestisida, pelarut-pelarut, bahan-bahan additif pada
makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toxin-
toxin binatang dan tumbuh-tumbuhan kalau dikaitkan dengan effek-effek mereka
dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya.
Agent-agent toksis bisa juga digolongkan berdasarkan :
• Sifat fisiknya : gas, debu, logam-logam
• Kebutuhan labellingnya : mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir
• Kimianya : turunan-turunan anilin, Hidro Karbon dihalogenasi dan seterusnya
• Daya racunnya : sangat-sangat toksis, sedikit toksis dan lain-lain.
Penggolongan agent-agent toksis atas dasar mekanisme kerja biokimianya
(inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi
penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti irritant-
irritant dan corrosif, tetapi penggolongan-penggolongan yang lebih umum seperti
pencemar-pencemar udara, agent-agent yang berhubungan dengan tempat
kerja, dan racun-racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang
berguna atas satu masalah khusus.
Dari uraian diatas telah terbukti bahwa tidak ada system penggolongan tunggal
yang dapat diterapkan untuk keseluruhan agent-agent toksik yang beraneka
ragam itu dan gabungan dengan seistem-sistem penggolongan yang berdasarkan
faktor-faktor lain boleh jadi diperlukan untuk menyediakan system perbandingan
terbaik untuk satu tujuan tertentu.
Meskipun demikian, system penggolongan yang didasarkan pada sifat-sifat kimia
dan sifat-sifat biologis dari agent-agent dan sifat-sifat pemaparan yang khusus
sangat disukai untuk dipergunakan oleh pembuat undang-undang atau tujuan
pengawasan dan pada umumnya untuk Toksikologi.

2002 digitized by USU digital library 1


Menurut sejarahnya usaha-usaha pertama untuk menggolong-golongakan
agent-agent adalah didasarkan sumber-sumber alamnya. Satu dari pelopor
dalam bidang ini adalah Discorides yang membagi racun-racun kedalam racun-
racun binatang, tumbuh-tumbuhan dan mineral.
Sumber-sumber binatang : dalam penggolongan permulaan ini meliputi bisa-bisa
dan toxin-toxin yang dihasilkan didalam organ-organ khusus dari ular, laba-laba
dan binatang-biatang laut.
Penggolongan modern yang didasarkan atas pendekatan ini akan melibatkan
organisme-organisme laut karena racun ikan seperti toxin ciquatera adalah
sebanding dengan organisme-organisme laut yang ada dalam makanan ikan itu
dan menurut penelitian mutakhir bahwa zat toksis yang ada dalam organisme
laut bisa dipekatkan dalam proses penyediaan makanan atau penyediaan
sumber-sumber protein. (Halstead, 1965; Rodricks, 1978).

SUMBER TANAMAN : Pada awal-awal penggolongan-penggolongan ini mencakup


agent-agent yang digunakan untuk pengobatan seperti digitalis, morfin, salisilat,
dan seterusnya, racun-racun anak panah seperti curare, strichnin dan beberapa
yang disebut sebagai racun measyarakat seperti nicotine, caffeine, mariyuana,
mescaline dan lain-lain.
Pada system penggolongan mutakhir yang berdasarkan sumber tanaman ini
berisi bentuk tumbuh-tumbuhan yang lebih rendah (Kingdom Protista) dalam
penggolongan menurut Haeckle) karena mereka adalah sumber antibiotik, jamur
penghasil agent-agent seperti ergot, myco toxin-myco toxin seperti aflatoxin,
ochra toxin dan patulin dan endotoxin-endotoxin bakteri (salmonella, Clostridium
botulinum dan seterusnya.
Tambahan-tambahan yang lain kesistem penggolongan ini adalah organisme
pasang merah ( Gymodinium brevae ), algae biru hijau tertentu , mycotoxin2,
luteoskyrin, dan cyclo chloratine yang menghasilkan hematoma “beras kuning “
(Uraguchi, 1965 )
Sifat-sifat Pemaparan :
Effek-effek yang merugikan atau effek-effek Toksis dalam satu system biologi
tidak akan dihasilkan oleh satu agent kimia kecuali agent-agent atau hasil-hasil
perubahannya mencapai receptor yang cocok dalam system tersebut pada satu
konsentrasi dan untuk satu jangka waktu yang cukup untuk memulai timbulnya effek
toksis tersebut.
Oleh kaena, apakah satu effek toksis terjadi atau tidak, tergantung pada sifat-sifat
kimia dan fisis agent, keadaan pemaparan, dan kerentanan dari system biologi atau
sasaran.
Jadi, untuk mengetahui sifat-sifat kekuatan bahaya atau daya racun dari satu agent
kimia tertentu kita perlu mengetahui bukan hanya bentuk effek yang dihasilkan dan
dosis yang dibutuhkan untuk menghasiklkan effek, tetapi juga informasi mengenai
agent, pemaparan, dan sasaran.
Faktor-faktor yang banyak memepengaruhi toksisitas bila dikaitkan kekeadaan
pemaparan adalah cara pemberian dan lamanya pemaparan dan frekwensi
pemaparan.

Lintasan Dan Tempat Pemaparan


Lintasan-lintasan utama yang dipakai oleh agent-agent toksis untuk
membebani tubuh adalah melalui Tractus Gastro Intestinalis (menelan) paru-paru
(menghirup), kulit (topical) dan pemberian melalui parenteral.
Agent-agent toksis biasanya menunjukkan kekuatannnya yang terbesar dan
menghasilkan respon yang sangat cepat apabila diberikan secara intra vena satu

2002 digitized by USU digital library 2


penurunan golongan kira-kira dari keeffektifan lintasan-lintasan lain adalah :
Inhalasi, intra peritonea, subcutan, intra musculair, intra dermal, oral dan topical.
Dengan pemaparan ORAL, timbulnya gejala-gejala dan kehebatan effek biasanya
cepat dan lebih sempurna satu lambung yang kosong.
Faktor-faktor pembawa dan rumus kimia yang lain secara jelas dapat merubah
penyerapan mengikuti penelanan, penghirupan atau pemaparan topical dan
pengaruh ini bisa juga terjadi pada pemberian parentral.
Serupa, Lokasi pemberian juga mempengaruhi Toksisitas Agent yang diberikan
secara parenteral.
Sebagai contoh, satu agent yang didetoksifikasi dalam liver, akan diharapkan jadi
kurang toksis ketika diberikan melalui sirkulasi portal dari pada bila diberikan melalui
sirkulasi sistemis.
Pemaparan ke agent-agent toksis industri sangat sering oleh penghirupan dan
pemaparan topical; dan keracunan kecelakaan atau bunuh diri sangat sering terjadi
melalui penelanan melalui mulut.
Perbandingan lethal dose dari satu agent oleh lintasan-lintasan yang berbeda sering
menyediakan keterangan berguna mengenai penyerapan dari agent tersebut.
Untuk bebarapa agent-agent, dosis lethal untuk pemaparan topical kira-kira 10x
lethal dose untuk pemberian oral, yang pada gilirannya kira-kira 10x dosis lethal
untuk pemberian secara intra vena.
Dalam situasi-situasi dimana dosis pemberian secara oral atau topical dekat kedosis
lethal untuk pemberian intravena, biasanya dia berarti bahwa agent toxis itu diserap
dengan mudah dan cepat.
Sebaliknya, dalam hal-hal dimana dosis lethal oleh lintasan dermal beberapa tingkat
lebih tinggi dari dosis lethal oral, disini kulit dapat diharapkan menjadi satu
menghalang yang berguna bagi peracunan dari agent tersebut.
Effek toksis oleh setiap lintasan pemaparan juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari
agent dalam pembawanya, volume total dari agent dan pembawa yang dipaparkan
kesistem itu, dan kecepatan terjadinya pemaparan.
Pemahaman mengenai tingkatan dalam darah, sering dibutuhkan untuk menjelaskan
faktor-faktor ini dan faktor-faktor yang lainnya sebagaimana perbedaan-perbedaan
jalan pemaparan.

Lamanya & Frekwensi Pemaparan :


Effek toksis bisa dihasilkan oleh pemaparan akut dan atau kronis ke agent-
agent kimia.
Pemaparan Akut : Didefinisikan sebagai satu pemaparan tunggal atau berkali-kali
dalam
satu waktu yan singkat (sama dengan atau kurang dari 24 jam)
Untuk beberapa agent-agent effek toksis dari pemaparan akut sangat berbeda dari
yang dihasilkan oleh pemaparan kronis. Misalnya pada pemaparan akut ke timah
hitam terjadi kolik, sedangkan pada pemaparan kronis ke timah hitam terjadi
pergelangan tangan jatuh.
Pemaparan akut ke agent-agent yang secara cepat diserap sepertinya menghasilkan
effek toksis yang segera, tetapi pemaparan, akut dapat juag menghasilkan
toksisitas yang lambat, yang bisa serupa atau tidak dengan effek toksis dari
pemaparan kronis.
Sebaliknya, pemaparan kronis ke agent toksis bisa menghasilkan beberapa effek-
effek yang segera dan akut dengan masing-masing pemberian dalam penambahan
kejangka waktu lama, tingkat rendah dan effek kronis dari agent.
Dalam tanda-tanda khas dari sifat racun suatu agent kimia khusus terbukti
bahwa dibutuhkan informasi tidak hanya untuk pengaruh-pengaruh dosis tunggal
(akut) dan jangka lama (KRONIS), tetapi juga untuk pemaparan jangka menengah.

2002 digitized by USU digital library 3


Tepatnya, pemaparan demikian disebut sebagai pemaparan jangka pendek (satu
minggu atau lebih) ataupun subkronik (biasanya : 3 bulan) dalam program
pengujian daya racun.
Faktor lain yang penting dalam hubungannya dengan waktu pemaparan adalah
frekwensi pemberian.
Umumnya dosis terbagi mengurangi effek.
Satu dosis tunggal dari satu bahan yang diuji yang menghasilkan satu effek yang
hebat dan segera, bisa menghasilkan kurang dari separoh dari effek bila diberikan
dalam 2 dosis terbagi, dan tidak ada effek bila terbagi dalam 10 dosis melalui satu
jangka waktu beberapa hari atau beberapa jam.

Efek terbagi demikian terjadi apabila metabolisme atau ekskresi yang terjadi
diantara dosis-dosis yang berurutan atau apabila kerusakan yang dihasilkan oleh
masing-masing pemberian, sebagaimana atau seluruhnya dikembalikan sebelum
pemberian berian berikutnya.
Satu gambaran diagram mengenai pengertian-pengertian ini ditunjukkan dalam
gambar (2-1).

2002 digitized by USU digital library 4


Dia merupakan bukti bahwa dengan setiap bentuk dosis multiple, produksi dari effek
toksis tidak hanya dipengaruhi oleh frekwensi pemberian tetapi sebenarnya secara
keseluruhan tergantung pada frekwensi lebih dari lamanya pemaparan.
Karena itu, EFFEK TOKSIS KRONIK terjadi apabila agent menumpuk dalam system
biologi (absorpsi melebihi metabolisme dan atau ekskresi atau bila satu agent
menghasilkan effek-effek toksis yang irreversible atau apabila disana ada waktu
yang cukup untuk satu sistem untuk kembali dari effek toxis dalam interval
frekwensi pemaparan.
Bila kecepatannya penyingkiran kurang dari kecepatan absorpsi, agent toksis
biasanya bukan menumpuk secara tak terbatas, tetapi mencapai satu keadaan tetap
dimana kecepatan penyingkiran sama kekecepatan pemberian.

KESIMPULAN :

Dari uraian-uraian diatas jelas bagi kita bahwa :


1. Penggolongan agent-agent toksis itu bermacam-macam dasarnya tergantung
minat dan kebutuhan orang yang menggolongkannya.
2. Cara-cara dan lintasan-lintasan pemaparan merupakan salah satu unsur yang
berperan dalam terjadinya effek-effek toksik.

KEPUSTAKAAN :

1. John Doull,MD,PhD : Toxicology : The Basic Science of Poisons Second Edition,


Macmilan Publishing Co, New York 1980

2. B.G.Katzung : FARMAKOLOGI DASAR DAN KLINIK


Alih bahasa : Dr. Binawaty H.K.dkk : ECG. 1986

3. Gilbert W Castellan : PHYSICAL CHEMISTRY. Second Edition


iversity of Maryland. Addison Wesley Publishing Company 1971.

4. Dr. Suma’Mur P.K,MSc : KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN.


nung Agung 1981

2002 digitized by USU digital library 5


2002 digitized by USU digital library 6

Anda mungkin juga menyukai