PENDAHULUAN
Dekongestan merupakan agen simpatomimetik yang bekerja pada reseptor adrenergik dalam
mukosa nasal yang menyebabkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi, selain itu juga dapat
dengan antihistamin sangat efektif melegakan tanda-tanda rhinitis terutama bila hidung tersumbat.
Dekongestan dibagi atas dua jenis yaitu dekongestan sistemik dan dekongestan topikal.
Dekongestan sistemik diberikan secara oral meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya
tidak mengiritasi mukosa hidung. Sedangkan dekongestan topikal, digunakan untuk rhinitis akut yang
merupakan radang mukosa hidung. Bentuk sediaan untuk dekongestan topikal berupa inhaler, tetes
hidung atau semprot hidung. Pemakaian dekongestan yang terlalu sering terutama semprotan atau tetes
hidung, dapat menimbulkan keadaan toleransi dan rebound nasal congestion (terjadi vasodilatasi
bukan vasokonstriksi seperti yang seharusnya). Dekongestan sistemik (agonis adrenergik-alfa) tersedia
dalam bentuk tablet, kapsul dan cairan/sirup dan terutama dipakai untuk rhinitis alergi. Agen-agen ini
selain sering dikombinasikan dengan antihistamin, biasanya juga dapat dikombinasikan dengan
analgesic atau antitusif pada obat-obat flu oral. Obat yang termasuk dekongestan sistemik antara lain
Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh dari Epedra sp dan merupakan
stereoisomer dari efedrin. Pseudoefedrin (PSE) adalah bentuk distereomer dari efedrin yang biasanya
digunakan sebagai dekongestan. Pseudoefedrin selain diperoleh dari tanaman efedra (Ma Huang, sama
dengan efedrin), secara industri diperoleh dari hasil fermentasi dektrosa dengan benzaldehid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja dengan cara langsung
terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara tak langsung dapat membebaskan
noradrenalin. Penggunaan utamanya adalah bronkodilatasi kuat (β2), sebagai dekongestan. Efek
midriatikum dari obat ini kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Waktu paruh plasmanya
adalah lebih kurang 7 jam. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi untuk flu. Volume
B. Farmakokinetik
- Absorpsi
pseudoephedrine dalam plasma sebesar 206 ng/mL, dicapai dalam waktu 6 jam setelah
pemberian oral.
- Distribusi
Dapat memasuki cairan serebrospinal dan kemungkinan menembus plasenta dan masuk dalam
ASI.
Obat di metabolisme oleh hati. Waktu paruh eliminasi pseudoephedrine adalah 4-6 jam
tergantung dari pH urin. Waktu paruh eliminasi akan menurun pada pH urin < 6 dan dapat
meningkat pada pH urin > 8. Sekitar 55-75% dosis tunggal pseudoephedrine HCl akan
diekskresikan di dalam urin dalam bentuk utuh, sedangkan sisanya dimetabolisme di dalam
hati.
C. Mekanisme Kerja
yang terdapat pada pembuluh darah mukosa saluran pernapasan bagian atas yang menyebabkan
bronkus dan peningkatan kontraksi dan laju jantung. Efek terapeutik dari pseudoefedrin adalah
D. Dosis
- Dosis dewasa dan anak-anak > 12 tahun : 60 mg tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari
240 mg/hari). 120 mg untuk preparat lepas lambat tiap 12 jam atau 240 mg preparat lepas
- Dosis anak-anak 6-12 tahun : 30 mg tiap 4-6 jam sesuai keperluan (tidak lebih dari 120 mg/hari)
- Dosis anak-anak 2-6 tahun : 15 mg tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 60 mg/hari) atau 4
- Dosis anak-anak 1-2 tahun : 7 tetes 0,2 ml/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 4 dosis/24 jam).
- Dosis anak-anak 3-12 bulan : 3 tetes/kgBB tiap 4-6 jam (tidak lebih dari 4 dosis/24 jam).
E. Bentuk Sediaan
- Tablet 30 mg dan 60 mg
- Kapsul 60 mg
- Sirup 30 mg/5 ml
F. Penggunaan Klinik
Pseudoefedrin sebagai penatalaksanaan gejala kongesti yang berhubungan dengan infeksi virus
akut pada saluran pernapasan atas. Banyak digunakan dalam kombinasi dengan antihistamin dalam
penatalaksanaan berbagai kondisi alergi. Selain itu digunakan untuk membuka sumbatan tuba
G. Efek Samping
- SSP : gugup, eksitasi, gelisah, kelemahan, pusing, insomnia, sakit kepala, mengantuk, takut,
- Genitourinaria : disuria
H. Kontraindikasi
Pseudoefedrin tidak boleh diberikan pada orang dengan hipersensitivitas terhadap amin
simpatomimetik, orang dengan hipertensi dan penyakit arteri koronaria yang parah. Penggunaan
bersama terapi inhibitor MAO dan diketahui intoleran terhadap alkohol (beberapa produk cair).
Pseudoefedrin digunakan secara hati-hati pada penderita hipertiroidisme, diabetes mellitus, hipertrofi
prostat, penyakit jantung iskemik, kehamilan dan laktasi serta pada penderita glaucoma.
I. Interaksi Obat
- Obat yang mengasamkan urin seperti ammonium klorida, dapat mengurangi efektivitasnya.
- Obat yang mengalkalinisasi urin seperti natrium bikarbonat dan terapi antasid dosis tinggi,
PSEUDOEPHEDRINE
TUGAS FARMASI
Disusun oleh:
Alfien Aripasha
211.121.0071