Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dengan semakin modernya zaman, semakin banyak juga
penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri.
Salah satunya adalah penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasiyang
terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada
bagian perut. Penyakit ini tidak menular tapi bakteri helicobacter pylori
masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan. Gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Shulfany,2011)
dalam (Hasanuddin & Sudirohusodo, 2014)
Gastritis didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai mukosa
lambung. Peradangan dapat mengakibatkan pembengkankan mukosa
lambung sampai terlepasnya epitel mukosa supersial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel
akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung
(Sukarmin,2012).
Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik
karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering
dijumpai timbul secara mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa
mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun,
atau sakit kepala.Pembagian klinis gastritis secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Gratistis akut
merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan
gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut. Gastritis kronis
merupakan gastritis dengan penyebab yang tidak jelas, sering bersifat
multifaktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Gastritis kronis
berkaitan erat dengan infeksi Helicobacter pylori. (Gustin, 2011)
Pada tahun 2014,beberapa hasil persentase angka kejadian gastritis
di dunia. Dimulai dari Negara yang kejadian gastritisnya paling tinggi
yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian di ikuti oleh

1
India dengan persentase mencapai 43%, lalu di beberapa negara lainnya
seperti Inggris, Cina 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%
dan di Indonesia 40,85%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah
di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,397 kasus dari
238,452,952 jiwa penduduk.
Menurut Maulidiyah dan Unun (2010), angka kejadian gastritis
pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi
(Yunita, 2010). Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Nasional
pada tahun (2010) gastritis merupakan 10 besar penyakit dengan posisi
peringkat ke 5 pasien rawat inap dan posisi ke 6 rawat jalan di rumah sakit.
Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian
dan pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan RI angka
kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6 % yaitu kota Medan, lali di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2 %, Riau 46 %, Jakarta 50 %, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35 %,
Aceh 31,7 %, dan Pontianak 31,2 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).
(Gustin, 2011)
Dari data di atas dapat disimpulkan terjadinya peradangan pada
mukosa lambung akan menimbulkan ketidaknyamanan atau nyeri pada
lambung. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi
merusak jaringan atau menyatakan kerusakan tersebut. (Yusdiana &
Prasetyo, 2012)
Berdasarkan sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit di
Indonesia tahun 2010 adalah gastritis dengan posisi ke lima pada pasien
rawat inap yaitu nyeri pada ulu hati pada penyakit gastritis dengan jumlah
kasus pada laki-laki 9.954 sedangkan perempuan 53.618 . (Ditjen Bina
upaya kesehatan kementerian kesehatan RI, 2010).
Berdasarkan laporan tahunan penderita gastritis RS St. Antonius
Pontianak tahun 2014 dengan kasus baru dan rawat jalan dan rawat inap
sebanyak 1.180 penderita.

2
Adapun peran perawat selain memberikan informasi atau
penyuluhan adalah memberikan asuhan keperawatan pada pasien gastritis
dengan memperlihatkan prinsip-prinsipnya dengan harapan meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis selama praktek
klinik, penulis menjumpai pasien gastritis dengan keluhan utama nyeri ulu
hati maka dari itu penulis mengangkat masalah nyeri.
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
membahas tentang Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kenyaman :
Nyeri pada Pasien Gastritis di RS St. Antonius Pontianak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat


dirumuskan masalah yang timbul pada pasien dengan gastritis adalah
nyeri. Gastritis merupakan penyakit yang timbul karena inflamasi yang
terjadi pada lapisan lambung yang terjadi pada lapisan lambung yang
menjadikan lambung sering merasa nyeri pada bagian perut. Karena
timbulnya nyeri maka pasien dengan gastritis akan kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan tidurnya, merasa kurang nyaman.
Oleh karena itu peran seorang perawat, harus mengatasi masalah
nyeri dan masalah tidur pada pasien agar pasien dapat beristirahat dan
pasien dapat segera pulih. Banyak bentuk pengetahuan dan ketrampilan
berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi pasien, termasuk dalam
penanganan masalah kenyamanan pada pasien gastritis.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan dalam Masalah
Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis di RS St. Antonius Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan konsep dasar medik (definisi, klasifikasi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medic, pencegahan dan

3
prognosis), masalah domain dan konsep dasar keperawatan
(pengkajian, keperawatan, diagnosa keperawatan dan perencanaan
pulang) masalah Masalah Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis di RS
St. Antonius Pontianak.
b. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan dengan
Masalah Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis di RS St. Antonius
Pontianak.
c. Mampu merumuskan diagnosa asuhan keperawatan dengan mampu
melakukan perencanaan Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis di RS St. Antonius Pontianak.

D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Pasien dengan Masalah Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis di RS St.
Antonius Pontianak.
2. Tempat
Di RS St. Antonius Pontianak pada pasien dengan Masalah
Kenyamanan: Nyeri pada Gastritis.
3. Waktu
Dengan lama perawatan selama 3 hari pada bulan November 2017
pada pasien dengan masalah Masalah Kenyamanan: Nyeri pada
Gastritis di RS St. Antonius Pontianak.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama
manajemen asuhan keperawatan dalam situasi yang nyata.
2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat,
cepat dan komprehensif.
3. Bagi Pasien dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi atau bahan pengetahuan pasien dan keluarga tentang Asuhan

4
Keperawatan dengan Masalah Kenyamanan : Nyeri Pada Pasien
Gastritis di RS St. Antonius Pontianak.
4. Institusi Pendidikan
Hasil penelitiian ini diharapkan dapat dijadikan sumber masukan untuk
menambah pengetahuan bagi mahasiswa dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan dengan Masalah Kenyamanan : Nyeri Pada Pasien
Gastritis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal. Dua
jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan
gastritis atrofik kronis ( Nurarif, A. H. 2016 :249).
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis ini paling banyak
ditemukan. Gastritis adalah suatu peradangan pada mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronik atau lokal (M. Clevo. R & Margareth TH, 2012
: 212).
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lainnya ( Wijaya, A.S & Putri, Y.M.
2013).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan gastritis adalah
suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus
atau lokal dengan kerusakan karena permukan hanya pada bagian mukosa.
2. Klasifikasi
a. Gastritis akut
1) Gastritis akut tanpa peradangan
2) Gastritis akut dengan peradangan (gastritis hemoragik)
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit iritasi bahan semacam alkohol,
aspirin, NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs), lisol,
serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.

6
b. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus beningna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory
(Nurarif, A.H.,2016 : 249).

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 gambar lambung


Sumber : Evelyn. C. Pearce. (2009 : 244)
Lambung terletak oblik dari kiri kekanan menyilang diabdomen
atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung
menyerupai tabung bentuk J, dan bila penuh berbentuk seperti buah pir
raksasa. Kapasitas normal lambung adalah 1-2 liter. Secara anatomi
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrium pilorikum atau pylorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat kurvatura mayor. Sifingter
pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang
terjadi. Sfingte kardia dan sfingter isofagus bawah, mengalirkan makanan
masuk kedalam lambung dan mencegah refluk isi lambung memasuki
esophagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia

7
dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum terminal
merelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi
sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik usus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lepisan yaitu :
a. Tunika serosa atau lapisan luar
Merupakan bagian dari peritoneum viseralis, dua lapisan peritoneum
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan
terns memanjang kearah hati membentuk omentum minus. omentum
minor menunjang lambung sepanjang kurvatura minour sampai kehati,
pada kurvatura mayor peritoneum kebawah membentuk omentum
mayus yang menutupi usus dari depan seperti apron besar.
b. Lapisan otot
1) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
usofagus.
2) Serabut sirkuler, yang paling tebal dan terletak dipylorus serta
membentuk otot sfingter, dan berada pada lapisan pertama.
3) Serabut oblik, yang pertama dijumpai pada fndus lambug dan
berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok kebawah
melalui kurvatura minor ( lengkup kecil).
c. Lapisan submukosa, terdiri dari jaringan areoral yang menghubungkan
lapisan mukosa dengan muskularis. Jaringan ini memungkinkan
mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini juga
mengandung pleksus saraf pembuluh darah dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa, lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan
longitudinal yang disebut rugac. Dengan adanya lipatan-lipatan ini
lambung dapat berdistensi sewaktu di isi makanan, pada mukosa ini
terdapat kelenjar yaitu :
1) Kelenjar kardia terletak didekat lumbang kardia yang mengeksresi
mucus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik terletak pada fundus dan hampir korps
lambung. Pada kelenjar fundus ini terdapat tiga jenis sel utama

8
yaitu sel-sel zimogenik atau chiefcells mengsekresikan pepsinogen
sel pariental mengeksresikan asam (Evelyn C. Pearce, 2009 : 224).
4. Etiologi
a. Gastritis akut disebab kan oleh :
1) Pola makan yang tidak teratur.
2) Makan-makanan dan minum-minuman yang merangsang seperti
cabe,asam,kopi dan alkohol.
3) Perokok berat.
4) Faktor psikis : stress berat.
5) Pemakaian obat-obatan anti inflamasi non stroid (NSAID) sepertai
aspirin tanpa pelindung selaput enteric
6) Keracunan makanan karena bakteri staphylococcus enterotoksik
b. Gastritis kronik disebabkan oleh :
Infeksi kuman Helicobacter pylory dan pada awal infeksi mukosa
lambung menunjukan respon inflamasi atau respon utama sistem
kekebalan terhadap infeksi atau iritasi (Nurarif, A. H., 2016 : 249)

5. Patofisiologi
Mukosa barrier lambung umumnya melindungi lambung dari
ppencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses auto digesti
acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini ketika mukosa
barrier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh
histamine dan stimulasi saraf cholinergic kemudian HCL dapat berdifusi
balik kedalam mukosa dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil
yang menyebabkan terjadinya pembengkakan, perdarahan, dan erosi pada
lambung. Alkohol, aspirin, dan refluk isi duodenal diketahui sebagai
penghambat difusi barrier.
Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kongesti vaskuler, edema, peradangan sel suvervisial. Manifestasi patologi
awal dari gastritis adalah penebalan kemerahan pada membran mukosa
dan adanya tonjolan atau terlipit. Sejalan dengan perkembangan penyakit
dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil atropi gastrik progesif

9
karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama dan
pariental memburuk.
Ketiga fungsi sel sekresi asam memburuk sumber-sumber faktor
intrisiknya hilang. Vitamin B12 tidak terbentuk lebih lama dan penupukan
vitamin B12 dalam badan menipis secara merata yang mengakibatkan
anemia yang berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan
periental sekresi lambung menurun secara berangsur baik jumblah maupun
konsentrasi sampai hanya tinggal mucus dengan air. Resiko terjadinya
kangker gasrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun
gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastisritis
akut atau dengan luka yang di sebabkan oleh gastritis kronik. (Deden &
Tutik, 2010).

6. Manisfestasi klinis
Menurut Nurarif, A. H., (2016 : 249 ) manisfestasi klinis dari gastritis
adalah sebagai berikut:
a. Gastritis akut
1) Nyeri pada epigastrium atau lambung
2) Mual muntah dan anorexia (tidak nafsu makan)
3) Bisa jadi perdarahan terselembung maupun nyata : hematemesis dan
melena bila berat.
b. Gastritis kronik
1) Luka lambung.
2) Defisiensi zat besi.
3) Anemia perinisiosa.
4) Karisinomia lambung.
5) Mual muntah dan anorexsia.
6) Nyeri epigastrium atau lambung.
7) Perut terasa penuh.

7. Pemeriksaan Diagnostik

10
Menurut Nuratif, A.H., (2016:249) berikut beberapa pemeriksaan pada
Gastritis :
a. Pemeriksaan Darah / Tes antibody darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya Helicobacter pylori kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibar pendarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helikobacter pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
c. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X, pemeriksaan ini
dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya Helikobacter Pylory.
d. Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlibat lebih jelas ketika dironsen.

8. Penatalaksanaan Medik
Menurut Nuratif, A. H., (2016:250) Penatalaksanaan medic gastritis adalah
sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
1) Menghindari alcohol dan makanan yang meransang lambung (cabe,
asam-asaman, kopi, alcohol, minuman bersoda) sampai gejala
berkurang.
2) Berikan pengobatan penghambat H2 seperti :
a) Untuk mengurangi sekresi asam dan obat-obatan.
b) Untuk menghilangkan mual dan muntah atau berikan infus IV.

11
3) Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya
bahaya perforasi.
b. Gastritis Kronik
1). Menigkatkan istirahat
2). Berikan makanan yang bervariasi sesuai dengan diit pasien.
3). Pemberian vitamin B12
4). Berikan antibiotic ( Klaritromisin, biaxin, amoxilin ).

9. komplikasi
a. Gastritis Akut, yaitu :
1) Pendarahan saluran cerna
2) Bisa terjadi ulkus kalau prosesnya hebat
3) Jarang terjadi perforasi.
b. Gastritis Kronik, yaitu :
1) Pendarahan aluran cerna bagian atas
2) Ulkus perforasi
3) Anemia karena terjadi gangguan pada proses absorbs vitamin B12

10. Prognosis
a. Apabila penyebab yang mendasari dari gastritis ini diatasi, maka akan
memberikan prognosis yang baik.
b. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna dan
gejala klinis yang berulang.
c. penderita sembuh dengan terapi injeksi antibiotic seperti klaritromisin atau
biaxin, amoksisilin dan metronidazole untuk menyembuhkan gastritis yang
disebabkan pleh bakteri Helicobacter Pylory.

B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri sangat bersifat sangat individual dan tidak dapat diukur
secara subjektif, serta hanya pasien yang dapat merasakan adanya nyeri.

12
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. (Heriana,
P., 2014:37 )
2. Klasifikasi Nyeri
a) Nyeri Akut
Nyeri akut akan dapat menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Fungsi dari nyeri akut
adalah memberikan peringatan akan cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri
karena terkilir, nyeri pada patah tulang, atau pembedahan abdomen.
b) Nyeri Kronis
Nyeri Kronis dapat menjadi penyebab utama ketidak mampuan fisik
dan fisiologis sehingga akan timbul masalah seperti kehilangan
pekerjaan, ketidak mampuan untuk melakukan aktvitas sehari-hari
yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari keluarga atau
teman-teman. Individu yang mengalami nyeri kronis yang sering kali
tidak memperlihatkan gejala yang berlebihan dan tidak beradaptasi
terhadap nyeri. Gejala nyeri kronis meliputi keletihan, insomnia,
penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan kemerahan. Nyeri
kronis yang berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu yang
lebih lama dan pasien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai
dirasakan ( heriana, P., 2014 : 37 ).
3. Factor yang mempengaruhi nyeri
Menurut heriana, P.,(2014:38) factor yang mempengaruhi nyeri adalah :
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Kebudayaan
4) Makna nyeri
5) Perhatian
6) Ansietas
7) Keletihan
8) Pengalaman sebelumnya

13
9) Gaya coping
10) Dukungan keluarga dan social
11) Factor lingkungan
4 . Fisiologi nyeri
Menurut heriana., (2014:39) nyeri dapat disebabkan oleh lima stimulus,
yaitu :
1) Mekanik
2) Termal
3) Kimia
4) Elektrik
5) Mikroorganisme
5. respons nyeri
Menurut heriana,p. ,(2014:42)
1. Respon simpatoadrenal .
Respon yang tudak disengaja sering kali juga dinamakan respon altonom
juga bersifat protektif, mencakup:
a) Peningkatan pengeluaran keringat
b) Tekanan darah naik
c) Pernafasan naik
d) Takipnea
e) Dilatasi pupil (Pembesaran pupil)
f) Ketegangan otot
g) Mual dan muntah
h) Pucat
2. Respons muscular

Respons yang disengaja merupakan reaksi otot yang mencetuskan usaha


untuk menghilanhkan rangsangan rasa sakit, juga bersifat protektif,
sebagai contoh :
a) Menggeliat kesakitan
b) Mengusap daerah yang sakit
c) Imobilitas
d) Buru-buru menarik tangan dari sebuah benda yang panas

14
e) Mengambil posisi tertentu seperti menarik lutut sampai menekan perut
bila mana rasa sakit di perut tidak tertahankan.
3. Respons Emosional
Respons emosional terhadapa rasa sakit mempunyai ambang yang sangat
luas dan berbeda dari orang ke orang. Respons emosional terhadap sakit
antara lain :
a) Bergejolak
b) Mudah tersinggung
c) Perubahan tingkah laku
d) Berteriak
e) Menangis
f) Diam
g) Kewaspadaan meningkat
6. Skala Tingkat nyeri
Pengukuran skala nyeri ini menggunakan skala penilaian NRS (
Numerical Rating Scales)
Skala penilaian numerik NRS ( Numerical Rating Scales ) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm.
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : nyeri sedang, secara objektif klien dapat menunjukan lokasi nyeri,
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik
7-9 : nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.

15
10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.

7. cara mengkaji nyeri


Menurut heriana, P., ( 2014 : 45-46 ) cara mengkaji nyeri dengan PQRST
adalah sebagai berikut :
a. P ( Provokasi atau paliatif )
1) Apakah yang menyebakan gejala
2) Apa yang dapat mengurangi atau memperberatnya
3) Kejadian awal apa yang ada lakikan sewaktu gejala pertama kali
dirasakan
4) Apa yang memyebabkan stress
5) Apa yang dapat membantu menghilangkan nyeri
6) Apa yang bisa anda lakukan untuk mengurangi nyeri
b. Q ( kualitas atau kuantitas)
1) Bagaimana gejala dirasakan
2) Sejauh mana anda anda merasakan sekarang
3) Kualitas bagaimana gejala dirasakan, seberapa hebat nyeri anda
4) Kuantitas yang sejauh mana gejala dirasakan sekarang, sangat
dirasakan sehingga tidak dapat melakukan aktifitas,lebih parah atau
lebih riangan dari yang dirasakan sebelumnya.
c. R ( regional atau area radiasi)
1) Dimana gejala terasa, apakah menyebar
2) Area dimanakah gejala dirasakan
3) Radiasi pada kasus nyeri, apakah nyeri merambat pada punggung
atau lengan, merambat pada leher atau merambat pada kaki.
d. S ( Skala Keparahan)
Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1-10 ( paling parah )
e. T (Timing atau Waktu )
1) Kapan gejala mulai timbul
2) Seberapa sering gejala tersebut, apakah tiba-tiba atau bertahap

16
3) Onset tanggal dan jam sejala terjadi
4) Jenis tiba-tiba atau bertahap
5) Frekunsi setiap jam, hari, minggu, bulan sepanjang hari, pagi, siang,
malam.
6) Durasi seberapa lama gejala dirasakan.

C. Konsep dasar keperawatan


1. Pengkajian 11 pola gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan peliharaan kesehatan
1) Pola makan yang teratur
2) Sering makan makana yang merangsang (cabe, asam asaman)
3) Merokok
4) Minum minuman alcohol
5) Sering mengomsumsi obat obatan yang menggandung aspirin.
b. Pola nutris metabolic
1) Anoreksia
2) Mual muntah
3) Perut terasa penuh
c. Pola eliminasi
1) Perut kembung
2) Kandung diare
3) Bias sampai BAB darah / melana.
d. Pola aktifitas dan latihan
1) Tidak mampu melakukan atifitas karena nyeri
2) Badan lemah
e. Pola tidur dan istirahat
1) Sering bangun/insomnia karena nyeri di epigastrium
2) Gelisah
f. Pola presepsi kognitif
1) Nyeri meningkat bila beraktifitas
2) Nyeri pada epigastium
3) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaaanya

17
g. Pola presepsi dan konsep diri
1) Merasakan tidak mampu untuk merasakan nyeri di epigastrium
2) Merasa tidak mampu beraktifitas atau berkerja kembali
h. Pola pera dan hubunga sesama
Peran dala masyarakat terganggu
i. Pola reproduksi seksualitas
Penurunan libio
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Putus asa
2) Cemas
k. Pola kepercayaan
Kegiatan ibadah terganggu

2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien gastritis menurut (Doenges 2000)
a. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
ouput yang berlebihan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anorexia
d. Cemas berhubungan dengan tindakan medis
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakinya

3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
Tujuan : Nyeri kurang atau hilang dengan skala 0-1
Kriteria hasil :
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Pasien tambak rileks
Intervensi keperawatan :
a) Kaji intentitas nyeri, lokasi, karakteristik, dan kedalaman
nyeri.

18
Rational : untuk mengetahui rentang nyeri pasien dan
mempermudah menentukan intervensi
b) Ajarkan teknik relaksi nafas dalam
Rasional : Teknik ralaksi nafas dalam dapat mengedorkan
otot-otot lambung
c) Hindari makanan yang mengandung gas dan yang
merangsang lambung
Rasional : makan dan minuman yang merangsang dapat
meningkatkan asam lambung
d) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan nadi, pernafasan, tekanan darah dan
suhu tubuh tanda awal tidak toleransi terhadap aktivitas
e) Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa nyeri
Rasional : mempermudah kerjasama dalam melakukan
intervensi keperawatan
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy anlgetik
berfungsi menurunkan nyeri
b. kekurangan volume cairan berhubungan dengan intek yang sangat
kurang dan output
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh pada pasien
kriteria hasil :
1) Intek dan output adekuat
2) Turgor kulit
3) Tanda- tanda vital dalam batas normal
Intervensi keperawatan :
1) Catat masukan dan pengeluaran pasien
Rasional : Untuk mengevaluasi keefektifan therapy
2) Beri minum sebanyak 2.500-3.000 cc/24 jam jika pasien tidak
muntah
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
3) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Nadi lemah menandakan pompa jantung tidak adekuat

19
4) Jelaskan kepada pasien pentingnya menjaga keseimbangan
cairan masuk dan keluar.
Rasional : Agar pasien dapat kerja sama dengan baik untuk
memenuhi keseimbangan cairan tubuh
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan, antiemetic
dan antibiotik
Rasional : untuk menhindari terjadinya dehidrasi dan infeksi

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual, muntah dan anorexia
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Intake nutrisi adekuat
2) BB ideal, TB normal HB normal (12,0-13,0)
3) Turgor kulit elatis, nilai normal (26 cm)
Intervensi keperawatan :
a) Berikan makanan yang bervariasi sesuai dengan diet pasien
Rasional : agar makanan yang dihidangkan meningkatkan selera
makan
b) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : pemenuhan nutrisi tampa memaksa kerja lambung
c) Timbang berat badan dua kali dalam seminggu
Rasional : untuk mengetahui kemajuan pemenuhan nutrisi
d) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Rasional : suasana yang nyaman dapat juga meningkatkan
keinginan makan
e) Jelaskan kepada pasien kegunaan makanan bagi tubuh
Rasional: adanya pengetahuan pasien dan keluarga memudahkan
perawatat untuk kerjasama dalam melakukan intervensi.
f) Observasi jumblah makanan pasien setiap shiff
Rasional : untuk mengetahui adekuat tidaknya masukan peroral
g) Observasi katarestik muntah

20
Rasional : mempermudah menemukan intervensi
h) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat vitamin dan
cairan infus
Rasional : untuk menambah nafsu makan dan untuk memenuhi
keseimbangan cairan
d. Cemas berhubungan dengan tindakan
Tujuan : Pasien dapat mengontrol rasa cemas
Kriteria hasil :
1) Pasien tampak rileks
2) Pasien mampu menerima keadaan
Intervensi keperawatan :
1) Observasi tingkat kecemasan
Rasional : kecemasan dapat terjadi karena kurangnya
informasi
2) Beri informasi tentang prosedur pembedahan
Rasional : Informasi yang cukup dapat menurunkan
kacemasan
3) Membantu kelien mengmeungkapkan kecemasan
Rasional : memperbaiki pemikiran yang salah akan prosedur
4) Ciptakan suasana nyaman
Rasional : dengan suasana nyaman pasien akan lebih rileks
5) Berikan kesempatan pada pasien untuk didampingi keluarga
Rasional : memberikan support bagi pasien
6) Sediakan waktu untuk mendampingi pasien
Rasional mengurangi rasa cemas
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakitnya
Tujuan : pengetahuan pasien bertambah tentang penyakitnya
Kriteria hasil :
1) Pasien mendemontrasikan pemahaman tentang program diet yang
diajurkan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda kekambuhan untuk dilaporkan
kedokter

21
Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar individu
2) Jelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan pegobatan yang
diberikan
Rasional : untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
3) Jelaskan kepada pasien atau keluarga pentingnya menghindari
makanan yang dapat merangsang lambung
Rasional : untuk mencegah meningatnya asam lambung
4) Jelaskan kepada pasien atau keluarga untuk makan yang teratur
Rasional : untuk menghindari pengulangan proses penyakit

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana tntrvensi


untuk mencapai tujuan yang spesifik ( iyer et al 1996 ) . tahap implementasi
dimulai setelah rencana keperawatan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasikan
factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien. Tujuan
implementasi adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, dan menfasilitasi koping.
Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
pasien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi perawat pasien terus melakukan
pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan pasien. Semua intervensi keperawatan didokumentasikan
kedalam format yang ditetapkan oleh instasi (Nursalam,2008:127)

Tindakan perawat nyeri dilakukan mengacu pada intervensi yang


direncanakan dan dapat diimplementasikan sama dengan yang ada
diintervensi yaitu : mengkaji karakteristik nyeri klien (PQRST),

22
mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan posisi yang nyaman bagi klien
(fowler/semifowler) mengajarkan teknik distrasi (membaca), mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam kepada klien, dan berkolabolasi dengan dokter
untuk memberikan terapi obat analgesic. Semua intervensi dilakukan penulis
di Karenakan untuk memenuhi semua kreteria hasil dan tercapainya tujuan
dari intervensi, sehingga respon nyeri dapat berkurang atau hilang
(Muttqindan Sari,2011)

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan keberhasilan dari dianosa keperawatan, rencana intervensi dan
implementasi. Tahap evaluasi memungkinkan pwrawat untuk memonitor
‘’kealpaan’’ yang terjadi selama tahap pengkajian , analisis data,
perencanaan, intervensi, dan implementas. (Ignatavicius dan Bayne, 1994).
Menurut Grifth Cristensen, 1986 evaluasi sebagai suatu yang direncanakan
dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan pada pasien, dengan
mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat
dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap evaluasi
diletakan diahkir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu
direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian prilaku yang diobeservasi dianosa juga perlu di evaluasi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervesi untuk menentukan apakah tujuan intervensi itu dapat dicapai secara
efektif (Nursalem, 2008:135)

Adapun Evaluasi masalah nyeri secara teori adalah rasa nyeri klie
klien kurang, tidak terdapat tanda-tanda infeks, klien merasa rileks, klien bis
melakukan aktivitas

6. Discharger planning
a. Hindari minuman alcohol Karena dapat mengiritasi lambung sehingga
menjadi infelmasi dan pendarahan

23
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisa dinding lambung
sehinggalambung lebih mudah mengalami gastritis dan tekuk atauulkas
dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat
penyembuhan tukak
c. Atasi stress sebaik mungkn
d. Makan-makan yang kaya akan buah dan sayuran, namun hindari sayur
dan buahyang sifat asam (missal :jeruk lemon , nanas, tomat,)
e. Bila perut mudah mengalami kembung ( banyak gas ) untuk sementara
waktu kurangi komsumsi makanan tinggi serat
f. Makan secara teratur, kunyah makanan yang baik, jangan makan
makanan yang terlalu panas dan dingin, kurangi makanan yang digoreng
dan kurangi komsumsi coklat
g. Jangan baring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran baik)
asam lambung
h. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus
i. Tidak menggunakan alat makan bersama dengan penderita gas kronik
j. Makan dalamporsi sedang (tidak banyak makan) tetap sering berupa
makanan lunak dan rendah lemak, makanlah secara perlahan dan rileks
(Nurarif,A.H 2016 : 251)
k. Perencanaan pulang pasien dengan masalah nyeri
1) Ajurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam secara
mandiri dirumah jika nyeri timbul
2) Minum obat analgescic sesuai resepdan ajuran dokter.

24
25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi


kasus. Alasan menggunakan metode ini yaitu karena pada penelitian ini
peneliti membatasi pendekatan dengan memusatkan perhatian pada satu kasus
secara intensif dan rinci yaitu asuhan keperawatan dengan masalah
kenyamanan : nyeri pada Ny. A Dengan gastritis diruang St.Boromeus rumah
sakit st. Antonius.

B. Populali dan sample : Partisipan

Partisian dalam penelitian ini adalah pasien gastritis yang dirawat diruangan
St. Boromeus rumah sakit st. Antonius , dan memenuhi kriteria Inklisi dan
eksklusi.

Kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Terdiangnosa oleh dokter menderita gastritis Akut dengan skala nyeri 4-6
( sedang )
2. Kondisi stabil secara medik
3. Kesadaran Compos mentis
4. Mengalami masalah kenyamanan yang membutuhkan bantuan
pemenuhan rasa nyman.
Kriteria Eksklusif sebagai berikut :
Tidak ada penyakit yang menyertai, misalnya : Diare
C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan diruangan St. Boromeous Rumah sakit st antonius


pontianak dan penelitian ini dilakukan selama tiga hari pada tanggal 12-15
november 2017 pada pemberian asuhan keperawatan dengan masalah
kenyamanan : nyeri pada Ny A dengan gastritis.

26
D. Metode pengumpulan data

1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (sugiyono, 2014) pada karya tulis ilmiah, format
wawancara dengan menggunakan format pola gordon untuk mencari data
penelitian.
2. Obsevasi
Obesrvasi adalah ilmu pengetahuan. Para ilmu hanya dapat bekerja
berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. (sugiyono 2014) obervasi yang peneliti dilakukan pada
karya tulis ilmiah ini yaitu dengan melihat respons non verbal dari subjek
penelitian berkenan dengan data penelitian yang peneliti perlukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari
seseorang ( sugiyono 2014). Selain itu juga metode dokumentasi juga
digunakan untuk mendapatkan data sekunder tentang khasus yang sedang
diteliti meliputi catatan medik (medikal record) catatan keperawatan atau
bentuk dokumentasi lainnya.
E. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian mulai dari tahap persiapan (prosedur administrastf)


tahap pelaksnaan penelitian (pengambilan khasus) sampai dengan tahap
analisa data. Proses penelitian studi khasus menurut surya, dalam jurnal
metodologi penelitian tahun 2010 langkah-langkah penelitian (proses kegiatan
ilmiah) adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifkasi, memilih dan merumuskan masalah.


2. Menyusun kerangka pemikiran
3. Merumuskan hipotesis
4. Menguji hipotesis secara empirik

27
5. Melakukan pembahasan
6. Menarik kesimpulan
F. Instrument penelitian

Instrumen penelitan adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan


menilai variabel. Pada subjek penelitian, instrumen utama dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tensimeter, stetoskop, meteran, penlight, timbangan,
minyak kayu putih, bahan pengecap rasa (gula, kopi, garam) tissue, format
pengkajian keperawatan.

G. Etika penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi subjek, menjamin kerahasian


identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancman terhadap responden.
Pada penelitian ini sebelumnya responden telah diberikan penjelasan mendetil
mengenai tujuan. Manfaat dan segala hal yang diberkaitan dengan penelitian
sehingga dapat memutuskan apakah akan berperan atau tidak dan semua
responden dapat memutuskan apakah akan berperan atau tidak dan semua
responden setuju menjadi responden penelitian. Peneliti memberi kesempatan
kepada responden untuk bertanya mengenai penjelasan yang telah diberikan (
Informed conset) selain itu peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden
(confidentiality) yaitu dengan cara tidak mencantumkan nama (Anomity) dan
identitas lain responden. Data yang diperoleh hanya dapat diolah peneliti dan
segera dimusnahkan apa bila sudah tidak digunakan.

H. Analisa dataa

Metode analisa yang digunakan dalam penelitian studi kasus dapat berupa
analisis deskripsisif atau analisis kualitatif untuk mecari tema tentu sesuai
dengan tujuan penelitian. Misalnya hal apa saja yang ditemukan pada
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
impelemntasi, dan evaluasi.

28
I. Jadwal penelitian

Jadwal penelitian menunjukan target waktu dari setiap tahapan penelitian.


Jadwal ini akan mengarahkan penelitian untuk menghasilkan suatu penelitian
sesuai dengan target waktu. Jadwal penelitian dibuat secara propesional sesuai
dengan berat ringannya pekerjaan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan
penelitian. Misalnya tahapan pengambilan kasus mestinya lebih lama
dibandingkan dengan tahapan analisa data. Supaya mudah dipahami peneliti
dapat membuat jadwal dalam bentuk matrik/taabel yang menjelaskan setiap
tahap penelitian dan estimasi waktu setiap tahapan tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai