Anda di halaman 1dari 32

CAHYANING SETYARINI, ST

Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :


 Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;

 J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi


komposit (gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda
yang bekerja bersama – sama memikul beban);
 F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian
pada konstruksi atap, pipa dan kubah;
 Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique
memperkenalkan sengkang sebagai penahan gaya geser dan
penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban
akibat berat sendiri;
 Neuman melakukan analisis letak garis netral;

 Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan;


dan
 E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
 Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27
SM;
 Pemakaian Pot bunga dari beton yang
menggunakan kawat anyaman (produk
dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);
 Pembuatan kapal beton yang dilengkapi
penulangan (tahun 1855);
 Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
 Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
(1877 M)
 Material komposit yang terdiri dari medium
pengikat (pada umumnya campuran semen
hidrolis dan air), agregat halus (pada
umumnya pasir) dan agregat kasar (pada
umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan
tambahan/campuran/additives
 merupakan campuran yang homogen antara
semen, air dan aggregat
 Pasta adalah
campuran air dengan
semen.
 Berfungsi sebagai:
a. Pengisi pori-pori
diantara butiran-
butiran agregat
halus
b. Bersifat sebagai
perekat/pengikat
dalam proses
pengerasan
 Mortar adalah bahan terdiri dari campuran antara
semen dan agregat halus(filler).
 Campuran antara semen dan agregat ini
menggunakan perabandingan tertentu sehingga
daya tahan mortar terhadap tekanan maupun
tarikan akan semakin tinggi atau maksimal.
a. Harga relatif murah karena menggunakan bahan-bahan
dasar dari bahan dasar lokal, kecuali jika menggunakan
Semen Portland
b. Mempunyai kuat tekan tinggi dan sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
c. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun
dicetak dalam bentuk dan ukuran apapun.
d. Jika dikombinasikan dengan tulangan baja dapat
digunakan sebagai struktur berat.
e. Beton segar dapat disemprotkan dipermukaan beton lama
yang retak maupun diisikan kedalam retakan beton dalam
proses perbaikan.
f. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan
untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
g. Tahan aus dan tahan bakar, sehingga biaya perawatan
tergolong rendah.
a. Kuat tarik rendah sehingga mudah retak.
b. Beton segar mengerut saat pengeringan dan
beton keras mengembang jika basah.
c. Beton keras mengembang dan menyusut jika
terjadi perubahan suhu.
d. Sulit kedap air secara sempurna.
e. Bersifat getas.
a. Beton ringan
 Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural.
Dibuat
 dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan
 semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung)
atau
 pembuatan beton non-pasir.

b. Beton normal
 Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
 struktural bangunan.

c. Beton berat
 Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal:
struktur
 yang harus tahan terhadap radiasi atom.
A. Workability
B. Segregasi
C. Bleeding
Kemudahan pengerjaan,umumnya
dinyatakan dalam besaran nilai slump (cm)
dan dipengaruhi oleh:
• Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air,
beton makin mudah dikerjakan
• Penambahan semen. Semen bertambah, air
juga ditambah agar FAS tetap, maka beton
makin mudah dikerjakan
• Gradasi campuran pasir dan kerikil
• Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
FAS adalah
perbandingan antara
berat air dengan berat
semen.
kecenderungan agregat kasar untuk
memisahkan diri dari campuran adukan beton,
peluang segregasi diperbesar dengan:
• Campuran yang kurang semen
• Pemakaian air yang terlalu banyak
• Semakin besar butir kerikil yang dipakai
• Campuran yang kasar, atau kurang agregat
halus
kecenderungan air campuran untuk naik
keatas (memisahkan diri) pada beton segar
yang baru saja dipadatkan.
Hal ini dapat dikurangi dengan cara:
• Memberi lebih banyak semen dalam
campuran
• Menggunakan air sesedikit mungkin
• Menggunakan pasir lebih banyak
• Menyesuaikan intensitas dan durasi
penggetaran pemadatan sesuai dengan nilai
slump campuran
A. KUAT TEKAN
B. KUAT TARIK
C.KUAT GESER
D. SHRINKAGE
E. CREEP
Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
• Perbandingan air semen dan tingkat
pemadatan
• Jenis semen dan kualitasnya
• Jenis dan kekasaran permukaan agregat
• Umur (pada keadaan normal, kekuatan
bertambah sesuai dengan umurnya).
• Suhu (kecepatan pengerasan bertambah
dengan naiknya suhu)
 • Perawatan
 Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan
beton saat umurnya masih muda dan menjadi
1/20 sesudahnya.
 Kuat tarik berperan penting dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan
suhu
 Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik
selalu diikuti oleh kuat geser.
 Rangkak adalah peningkatan deformasi
(regangan) secara bertahap terhadap waktu
akibat beban yang bekerja secara konstan,
dipengaruhi oleh:
• Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan
makin besar
• Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang
maka rangkak berkurang
• Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus
dan semen bertambah banyak
• Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan
dengan umur beton
 Susut adalah berkurangnya volume beton jika
terjadi kehilangan kandungan uap air akibat
penguapan, dipengaruhi oleh:
• Agregat. Berperan sebagai penahan susut
pasta semen
• Faktor air semen. Efek susut makin besar jika
FAS makin besar
• Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya
penyusutan berkurang jika volume elemen
beton makin besar
 Karakteristik beton adalah mempunyai
tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah.
Kekuatan tekan (f’c) merupakan salah satu
kinerja utama beton.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton
untuk menerima gaya tekan per satuan luas,
dan dinyatakan dengan Mpa atau N/mm2.
 Penentuan kuat tekan dapat dilakukan dengan
alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder
dengan prosedur uji ASTM C-39 pada umum
benda uji 28 hari.

 Kuat tekan beton ditetapkan oleh perencana


struktur (dengan benda uji berbentuk silinder
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk
dipakai dalam perencanaan struktur beton
 Berdasarkan SNI 03-2847-2002, beton harus
dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat
tekan sesuai dengan aturan-aturan dalam tata
cara tersebut dan tidak boleh kurang daripada
17,5 Mpa
 Perbandingan antara tegangan dan regangan beton.
 Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti.
 Nilainya bervariasi tergantung dari kekuatan beton, umur
beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan
perbandingan semen dan agregat. Peraturan ACI
menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus
elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar
dari 1500-2500 .
Dimana :
 wc : berat beton (Kg/m3)
 fc’ : mutu beton (Mpa)
 Ec : modulus elastisitas (Mpa)

Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar


2320 Kg/m3
 Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15%
dari kuat tekannya.
 Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah
kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-
retak halus.
 Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila
beton menerima beban tekan karena beban tekan
menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan.
 Jelas ini tidak terjadi bila balok menerima beban
tarik. Meskipun biasanya diabaikan dalam
perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan
sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton
dan seberapa besar retak yang terjadi.
 Ketika sebuah beton menerima beban tekan,
silinder tersebut tidak hanya berkurang
tingginya tetapi juga mengalami ekspansi
(pemuaian) dalam arah lateral.
 Perbandingan ekspansi lateral dengan
pendekatan longitudinal ini disebut
sebagai Perbandingan Poisson (Poisson’s
ratio).
 Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk
beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton
mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16.

Anda mungkin juga menyukai