Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

PEMBANGKIT LISTRIK

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Ganjil Matakuliah Fisika


Lingkungan)

Dosen Pengampu:

Dr. Sudartik. M, Kes

Disusun Oleh:

Puji Rahayu (140210102039)

PROGARAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Energi Terbarukan di Indonesia


Dalam 10 tahun terakhir ini, kebutuhan dunia akan sumber energi
terbarukan meningkat dengan laju hampir 25% per tahun. Peningkatan ini
didorong oleh: (i) naiknya kebutuhan energi listrik; (ii) naiknya keinginan untuk
menggunakan teknologi yang bersih; (iii) terus naiknya harga bahan bakar fossil;
(iv) naiknya biaya pembangunan saluran transmisi dan (v) naiknya untuk
meningkatkan jaminan pasokan energi. Agar peran energi terbarukan bisa
meningkat dengan cepat maka harga dan keandalan sistem pembangkit listrik
berbasis energi terbarukan harus bisa bersaing dengan pembangkit konvensional.

2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia


Yunani tercatat sebagai negara pertama yang memanfaatkan tenaga air
untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya. Pada akhir tahun 1999, tenaga air
yang sudah berhasil dimanfaatkan di dunia adalah sebesar 2650 TWh, atau sebesar
19 % energi listrik yang terpasang di dunia. Kemajuan-kemajuan yang terjadi
dalam teknologi komputer dan komunikasi merupakan daya dorong utama untuk
perkembangan otomatisasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sumber
energi yang mengandalkan debit air dan ketinggian jatuhnya air ini diharapkan
bisa menjawab ketersediaan energi terutama di daerah yang hingga kini belum
teraliri oleh perusahaan listrik negara.
Indonesia mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar
70.000 mega watt (MW). Potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 6 persen atau
3.529 MW atau 14,2 % dari jumlah energi pembangkitan PT PLN. Berdasarkan
konstruksinya, ada dua cara pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit listrik: (i)
membangun bendungan dan membuat reservoir untuk mengalirkan air ke turbin;
(ii) memanfaatkan aliran air sungai tanpa membangun bendungan dan reservoir
atau yang sering disebut dengan Run-of-river Hydropower. Seperti terlihat pada
berikut ini.
Secara umum cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan
mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau
waduk) melalui intake, kemudian dengan menggunakan pipa pembawa
(headrace) air diarahkan menuju turbin. Namun sebelum menabrak turbin, air
dilewatkan ke pipa pesat (penstock) tujuannya adalah meningkatkan energi dalam
air dengan memanfaatkan gravitasi. Selain itu pipa pesat juga mempertahankan
tekanan air jatuh, oleh karena itu pipa pesat tidak boleh bocor. Turbin yang
tertabrak air akan memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga
terjadilah proses konversi energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi
digunakan untuk memutar turbin dikembalikan ke alirannya.
Besarnya energi yang dapat dikonversi menjadi energi listrik bergantung
pada ketinggian jatuh air (Head) dan begitu pula pemilihan turbin untuk PLTA.
Gambar 9 memperlihatkan bentuk-bentuk dari turbin air.
Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Air umumnya terlihat jelas dari sisi
ekonomidan lingkungan. Secara ekonomis, walaupun memerlukan bendungan,
ternyata PLTA memiliki ongkos produksi yang relatif rendah. Selain itu PLTA
pun umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 tahun. Bendungan yang
digunakan pun biasanya dapat sekaligus digunakan untuk kegiatan lain, seperti
irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata. Sedangkan dari segi lingkungan
berkurangnya emisi karbon akibat digunakannya sumber energi bersih seperti air,
jelas merupakan kontribusi berharga bagi lingkungan.
Namun ada juga efek negatif pada lingkungan akibat dibangunnya PLTA,
yaitu mengganggu keseimbangan ekosistem sungai atau danau tempat
dibangunnya bendungan untuk PLTA. Selain itu pembangunan bendungan juga
memakan biaya waktu yang lama. Terkadang, walaupun sangat jarang, kerusakan
pada bendungan dapat menyebabkan resiko kerugian yang sangat besar.
Belakangan semakin marak digunakannya mikrohidro, pembangkit listrik
tenaga air skala kecil (dibawah 100 kW), sebagai sumber pasokan listrik di desa-
desa kecil dan terpencil. PLTA mikrohidro semakin dipilih mengingat banyaknya
sungai kecil yang ada di Indonesia. Potensi mikrohidro di Indonesia ada 458,75
MW dan baru terpasang 84 MW. Selain itu teknologinya yang mudah pun menjadi
suatu nilai tambah bagi penduduk desa dalam memanfaatkan aliran sungai sebagai
sumber energi primer untuk pembangkit listrik.
2.3 Turbin Arus Sungai
Sebagai Negara kepulauan sumber-sumber energi alternatif berbasis air
yang berkelanjutan dan terbarukan (energi arus laut/sungai,energi ombak, energi
pasang surut permukaan laut, dan energi perbedaan temperatur antara permukaan
laut dan dasar laut (OTEC) cukup melimpah . Dari sumber-sumber energi
alternatif tersebut, yang tersedia melimpah namun belum dimanfaatkan secara
optimal adalah sumber energi yang berasal dari arus laut/sungai. Sumber ini
banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, khsususnya Indonesia
bagian Timur yang memiliki sumber arus dengan kecepatan cukup kuat. Potensi
arus laut banyak ditemukan di Selat-selat NTB, NTT, Maluku dan Papua.
Sedangkan potensi arus sungai cukup banyak ditemui di Sumatra,Kalimantan dan
Papua.
Keuntungan penggunaan energi arus laut/sungai adalah selain ramah
lingkungan juga energi arus laut/sungai mempunyai densitas yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan energi angin (830 kali) sehingga dengan kapasitas yang
sama, dimensi turbin arus akan jauh lebih kecil dibandingkan turbin angin (lebih
efisien).
Pada dasanya sistem operasional turbin arus sungai sama dengan turbin arus
laut. Perbedaan-nya adalah arus laut bergerak dua arah (bi-direction) sedangkan
arus sungai bergeak satu arah (mono-direction). Perhitungan-perhitungan ukuran
bilah turbin, radial arms, poros turbin dan komponen lainnya mengikuti prinsip
perhitungan yang sama dengan perhitungan desain turbin arus laut.
Manfaat :
 Dapat diaplikasikan di Sungai yang memiliki kecepatan arus sekitar 2.5 m/dt.
Sebagai sumber energi listrik bagi peduduk di wilayah pedalaman
(Kalimantan,Papua,Sumatra atau Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa)
 Membantu Pemerintah dalam program pengembangan dan pemanfaatan
sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga mampu
mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan.
 Dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan wisata teknologi ( jika
dipasang di wilayah pariwisata atau sungai di perkotaan (Taman kota)

Desain Turbin Arus Sungai


Perhitungan Daya listrik didasarkan pada formula :

Dimana :
0.593 adalah besaran efisiensi berdasarkan ketetapan Betz (Betz law)
r adalah density air (Kg/m3)
A luasan penampang piringan turbin (m2)
V besaran kecepatan arus (m/det)
Pada daerah yang memiliki selisih ketinggian desain turbin di Sungai dibuat
dengan sistem membuat Dam (bendungan) aliran sungai. Akibat terjadi suatu
pressure head (Selisih tekanan) antara bagian atas dan bagian bawah maka aliran
yang dibendung tadi kemudian dialirkan menuju rotor turbin dengan kecepatan
aliran yang lebih besar sehingga akan memutar rotor turbin, seperti gambar di
bawah ini :

Gambar.1 tipikal Turbin arus sungai sistem bendungan (dam)


Konstruksi ini memerlukan biaya yang sangat mahal dan tidak sesuai
dengan sungai yang memiliki permukaan datar. Desain ini berbeda untuk desain
turbin untuk aliran sungai datar seperti yang pada umumnya terdapat di sejumlah
sungai-sungai besar di Sumatra,Kalimantan atau Papua. Tidak diperlukan
bendungan (Dam) untuk menahan tekanan air, tetapi cukup dilengkapi dengan
duct sebagai pemercepat aliran.
Energi listrik dihasilkan dengan cara mengubah energi kinetik arus laut yang
di alirkan ke rotor turbin kemudian melalui generator dirubah menjadi listrik. Pada
struktur turbin tanpa Duct, energi yang dihasilkan oleh rotor relatif kecil karena
penurunan tekanan aliran di daerah sekitar rotor sangat kecil sehingga aliran juga
kecil. Dengan menggunakan duct, maka arus dapat dipercepat hampir dua kali
lipat karena terjadi penurunan tekanan (Pressure drop yang cukup besar) sehingga
menyebabkan peningkatan kecepatan aliran menuju rotor. Peningkatan kecepatan
ini berpengaruh pada semakin besar-nya tenaga yang dihasilkan untuk
menghasilkan listrik, atau dengan kata lain untuk menghasilkan tenaga yang sama
maka dimensi dari rotor bisa deperkecil hampir separohnya sehingga akan
menghemat biaya produksi.
Selain fungsi tersebut, beberapa keuntungan dari turbin yang menggunakan Duct
adalah :
 Efisiensi turbin menjadi lebih besar sehingga dengan kebutuhan tenaga yang
sama, tidak memerlukan ukuran peralatan pendukung yang terlalu besar.
 Dapat melindungi turbin dari benda-benda di sungai yang dapat mengganggu
operasional turbin.
 Melindungi turbin dari terpaan gelombang yang dapat menyebabkan turunnya
efisiensi.
 Melindungi turbin dari sinar matahari secara langsung sehingga akan
menghambat pertumbuhan binatang/tumbuhan laut yang menempel pada daun
turbin.
 Pada corong duct dapat dipasang kisi-kisi untuk mencegah kotoran,atau
barang-barang lainnya masuk ke turbin.
 Aliran pada duct yang dipercepat akan mempercepat putaran turbin sehingga
dapat mengurangi ongkos pembuatan gear box.
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk mendesain bentuk
duct agar menghasilkan efisiensi operasional yang paling optimum, termasuk
pengujian model duct yang pernah di lakukan oleh UPT-BPPH, BPPT di kolam
uji tarik (Towing tank ) Laboratorium Hidrodinamika. Hasilnya adalah dengan
penggunaan Duct mampu meningkatkan kecepatan aliran disekitar rotor serta
aliran menjadi lebih steady (tidak bergantung pada perubahan kecepatan aliran di
luar duct).
Dalam paper yang ditulis oleh Ponta dan Dutt (1999),’An Improved vertical
axis water current turbine incorporating a channeling device”, telah didesain
sebuah duct untuk ditempatkan di Sungai sehingga arus sungai yang melewati
daerah kerja rotor akan dipercepat. Tipe duct ini terbuka di atasnya. Desain ini
sangat cocok untuk sungai tanpa ketinggian statis (static head) atau sungai yang
mendatar tanpa riam seperti gambar di bawah ini :

Gambar.2 Turbin arus sungai desain Ponta dan Dutt


Keuntungan dari turbin ini adalah tidak membutuhkan bendungan (dam)
sehingga biaya produksi menjadi jauh lebih murah serta tidak terlalu menghalangi
lalu lintas perahu yang melewati alur sungai tersebut.
Literatur lainnya yang ditulis oleh Kirke,B.K (2005).” Developments in
ducted water current turbines” dilaporkan hasil desain duct dari gabungan
potongan foil sehingga foil tersebut membentuk leher dan corong duct. Dari hasil
penelitian terbukti mampu meningkatkan efisiensi daya turbin.
Gambar .3 Duct hasil desain Brian Kirkie

Gambar.4 Prototipe Duct di Bengkel UPT-BPPH

Gambar.5 Rotor turbin berputar di dalam Duct


Faktor kelayakan :
a. Teknis
Sejak tahun 2006, UPT BPPH,BPPT telah melaksanakan penelitian
pengembangan potensi arus laut di beberapa lokasi di Seluruh wilayanh Indonesia,
dimulai dari Pemetaan numerik, Desain turbin, desain Duct (selubung),
pembuatan dan uji model di Laboratorium Hidrodinamika sampai ke skala
pembuatan prototipe dimana pada awal tahun 2010 telah berhasil di uji cobakan
di Selat Flores-NTT.
Untuk teknologi turbin arus di sungai, pada dasarnya tidak ada perbedaan
prinsipiil antara desain turbin di laut dan di Sungai, bahkan teknologi turbin di
sungai relatif lebih mudah. UPT-BPPH,BPPT sedang merintis kerjasama desain
dan pemasangan Turbin Arus Sungai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan.
b. Ekonomis
Suatu kenyataan bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang sampai
dengan saat ini belum bisa menikmati layanan listrik PLN dikarenakan
keterbatasan supply bahan bakar untuk pembangkit listrik maupun lokasi yang
sulit dijangkau untuk keperluan transmisi dan distribusi sehingga secara ekonomis
PLN merasa tidak profitable (tarif listrik lebih rendah dari biaya operasional).
Instalasi turbin arus ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas,
khususnya bagi Daerah-daerah yang memiliki Sungai-sungai dengan kecepatan
arus cukup deras dan layak untuk di pasang turbin arus. Biaya pembuatan dan
perawatan di desain se ekonomis mungkin sehingga penduduk setempat mampu
untuk meng-operasikannya.
Disamping itu, untuk wilayah area sungai di perkotaan, pemasangan turbin
arus Sungai ini disamping dapat digunakan sebagai sarana pendidikan juga bisa
dimanfaatkan sebagai sarana wisata (taman teknologi) untuk memperkenalkan
kepada warga (khususnya para pelajar) tentang pentingnya pemanfaatan sumber
energy terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak akan pernah habis sampai
akhir zaman.

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)


A. Pengertian PLTMH
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang
menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi,
sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan
jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah yang terdiri dari kata
mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Secara teknis, mikrohidro
memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber energi), turbin dan
generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki
perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi
potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin
besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping
faktor geografis (tata letak sungai), tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan
membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi. Air dialirkan
melalui sebuah pipa pesat kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya
dibagun di bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin atau kincir air
mikrohidro. Energi mekanik yang berasal dari putaran poros turbin akan diubah
menjadi energi listrik oleh sebuah generator. Mikrohidro bisa memanfaatkan
ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air 2.5 meter
dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya energi yang dihasilkan
mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada relatif
sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan
pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan
mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan mikrohidro terutama pada
besarnya tenaga listrik yang dihasilkan, PLTA dibawah ukuran 200 KW
digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan demikian, sistem pembangkit
mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan jaringan energi listrik di
daerah-daerah terpencil dan pedesaan.

B. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro


PLTMH pada prinsipnya sama dengan PLTA yaitu memanfaatkan beda
elevasi dan jumlah debit air yang ada pada aliran air. Aliran air ini akan memutar
poros turbin sehingga menghasilkan energi meknik. Energi ini selanjutnya
menggerakkan generator dan menghasilkan listrik.
Pembangunan PLTMH dimulai dengan membangun bendungan untuk
mengatur supply air. Bendungan perlu dilengkapi intake (pintu pembuka) dan
saringan agar sampah bisa disaring. Bendungan ini harus terletak pada dasar
sungai yang stabil dan aman dari banjir. Dari intake, air disalurkan melalui
headrace yang dilengkapi saluran pelimpah untuk mengeluarkan air yang
berlebih. Tapi bisa juga saluran pelimpah tak diperlukan, tergantung kondisi.
Selanjutnya, air akan masuk ke kolam pengendap untuk mengendapkan pasir dan
menyaring kotoran agar air yang masuk ke turbin bersih. Selanjutnya air akan
masuk penstock dan dialirkan menuju turbin. Dalam penstock, energi potensial air
akan diubah menjadi energi kinetik.
Dalam turbin, air akan mengenai inlet. Di dalamnya ada guided vane
untuk mengatur jumlah air yang masuk ke baling-baling. Baling-baling ini terbuat
dari baja yang kokoh yang dilas pada 2 buah piringan sejajar agar system
seimbang. Turbin dilengkapi casing untuk mengarahkan ke baling-baling. Daya
dari poros turbin ini ditransmisikan ke dalam generator untuk diubah jadi energi
listrik. Generator yang dipakai adalah generator sinkron dan generator induksi.
Sistem transmisinya bisa langsung maupun tidak langsung. Sistem transmisi
langsung memiliki kelebihan lebih kompak, mudah memindahkan daya serta
efisiensi tinggi. Namun sumbunya harus benar-benar lurus dan putaran turbin
sama dengan putaran generator. Untuk mengatasinya dapat dipakai gearbox.
Gearbox dapat dipakai untuk mengubah rasio kecepatan rotasi.
Turbin dan generator sebaiknya diletakkan pada sebuah rumah yang
terpisah. Pondasi dari turbin dan generator juga harus dipisahkan dari rumahnya.
Hal ini bertujuan agar tidak ada masalah yang muncul akibat getaran. Listrik yang
dihasilkan oleh generator dapat langsung ditransmisikan lewat kabel ataupun
disimpan dalam storage.

C. Komponen-Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


1. Diversion Weir dan Intake (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake)
Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian
sisi sungai (‘Intake’ pembuka) ke dalam sebuah bak pengendap (Settling Basin).

Bendung Pengalih dan Intake


2. Settling Basin (Bak Pengendap)
Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air.
Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-
komponen berikutnya dari dampak pasir.

Bak Pengendap
3. Headrace (Saluran Pembawa)
Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air
yang disalurkan.

Saluran Pembawa
4. Headtank (Bak Penenang)
Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air antara
sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air
seperti pasir, kayu-kayuan.

Bak Penenang
5. Penstock (Pipa Pesat/Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air,
dikenal sebagai sebuah Turbin.

Penstock
6. Turbine dan Generator
Perputaran gagang dari roda dapat digunakan untuk memutar sebuah alat
mekanikal (seperti sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut kayu
dan sebagainya), atau untuk mengoperasikan sebuah generator listrik. Mesin-
mesin atau alat-alat, dimana diberi tenaga oleh skema hidro, disebut dengan
‘Beban’ (Load).

Turbin dan Generator


Banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai sebuah contoh, air
dimasukkan secara langsung ke turbin dari sebuah saluran tanpa sebuah penstock
seperti yang terlihat pada penggergajian kayu pada gambar diatas. Tipe ini adalah
metode paling sederhana untuk mendapatkan tenaga air, tetapi belakangan ini
tidak digunakan untuk pembangkit listrik karena efisiensinya rendah.
Kemungkinan lain adalah bahwa saluran dapat dihilangkan dan sebuah penstock
dapat langsung ke turbin dari bak pengendap pertama. Variasi seperti ini akan
tergantung pada karakteristik khusus dari lokasi dan skema keperluan-keperluan
dari pengguna.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembangunan PLTMH


a. Kelebihan PLTMH
1. Merupakan sumber daya terbarukan (proses alam yang berkelanjutan)
2. Biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibanding mesin dengan
energi fosil
3. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak menimbulkan
polusi udara dan suara.
4. Efisiensinya tinggi
5. Aman bila dipakai untuk memompa air, karena tidak digerakkan motor
listrik. Selain itu efisiensinya lebih baik.
6. Produk sampingan seperti air keluaran bisa dimanfaatkan untuk keperluan
irigasi. Selain itu panas yang dihasilkan juga bisa dipakai.
7. Masyarakat yang menikmati manfaat mikrohidro dapat membantu menjaga
kondisi lingkungan daerah tangkapan airnya.

Kekurangan PLTMH
Berikut adalah beberapa kekurangan PLTMH yang ada di Indonesia sehingga
perlu dicari solusinya:
1. Biaya investasi untuk teknologi mikrohidro masih tinggi.
2. Kurangnya sosialisasi PLTMH, terutama potensinya sebagai penggerak
mekanis seperti pompa air, penggiling padi, dll
3. Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positif penerapan mikro hidro
terhadap pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan
seperti industri kecil/rumah, perbengkelan, pertanian, peternakan,
pendidikan, dll.

E. Potensi PLTMH di Indonesia


PLTMH saat ini sudah banyak diterapkan di Indonesia. Karena banyak
sekali potensi aliran air yang bisa dimanfaatkan untuk teknologi ini, terutama di
daerah yang sebelumnya belum mendapat aliran listrik. Akhir-akhir ini Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan PLTMH sebagai solusi
energi listrik pedesaan yang selama ini belum terjangkau listrik PLN. Pembangkit
mikrohidro yang dikembangkan LIPI telah dibangun di sejumlah daerah di Tanah
Air seperti di Makki, Wamena, Papua, Enrekang, Sulawesi Selatan, dan Nagrak,
Subang, Jabar. Di kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan misalnya, telah
dibangun PLTMH dengan kapasitas 20 kW bagi 96 rumah, sarana umum, dan di
masjid.
Selain dari LIPI, pihak swasta juga turut membantu mengembangkan
teknologi ramah lingkungan ini. Seperti di daerah Kemukiman Lhoong, Aceh.
PLTMH ini terletak di Desa Kr Kala yang didiami 107 KK. PLTMH Lhoong
merupakan bantuan dari PT Coca Cola Indonesia tahun 2005, pasca tsunami.
Kapasitas yang terpasang pada mesin adalah 40 KW, sedangkan daya yang
dihasilkan adalah 23 KW, dapat mengaliri 3 desa sekitar. Masyarakat tidak perlu
takut dikenakan biaya listrik yang selangit karena tarif yang diberlakukan adalah
tarif flat atau sesuai Ampere yang mereka gunakan. Bagi yang menggunakan
listrik 2 ampere dikenakan biaya Rp.60 ribu/bulan, untuk yang memakai 1 ampere
membayar Rp.30 ribu/bulan, sedangkan bagi yang cuma menggunakan ½ ampere
cuma dikenakan biaya Rp.15 ribu/bulan.
PLTMH di Indonesia memiliki potensi pengembangan yang banyak.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Harga BBM yang terus meningkat, membuat sumber energi terbarukan
diperlukan
2. Potensi mikrohidro di Indonesia sebesar 7500 MW, baru termanfaatkan 600
MW (Data tahun 2008)
3. Belum terjaringnya semua wilayah di indonesia dengan listrik dari PLN,
membuat diperlukan sumber energi listrik dari dekat lingkungan wilayah
tersebut, salah satunya dengan PLTMH
4. Dari analisis terhadap alternatif sumber energi seperti kincir angin, tenaga
surya panas bumi, dan mikrohidro, menunjukkan mikrohidro lebih
direkomendasikan. Terutama karena potensinya yang tersebar di banyak
wilayah.

Anda mungkin juga menyukai