KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Saya sangat menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil
makalah ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran pembaca.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menambah wawasan.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH…………………. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………..……… 1
1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………... 2
1.4 MANFAAT PENULISAN…………………………... 2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI……………………………………………. 3
2.2 ETIOLOGI…………………………………………... 4
2.3 MANIFESTASI KLINIS……………………………. 6
2.4 PATOFISIOLOGI…………………………………… 6
2.5 PHATWAYS ………………………………………… 7
2.5 KOMPLIKASI………………………………………… 8
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………… 9
2.8 PENATALAKSANAAN……………………………… 7
2.9 PENGKAJIAN………………………………………… 8
2.10 DIAGNOSA………………………………………..... 10
2.11 INTERVENSI……………………………………….. 11
2.12 IMPLEMENTASI....................................................... 14
2.12 EVALUASI……………………………………………14
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN………………………………………. 15
3.2 SARAN………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa yang hrus di lakukan seorang
perawat untuk menangani asma .
Tujuan khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, kompikasi,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan asma
2.2 ETIOLOGI
a. Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma
misalnya debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides pteronissynus), spora, jamur, bulu
kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.
b. Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan
salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan, dua pertiga
penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluaran pernapasan.
(sundaru 1991)
c. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.
Sebagin penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaharaga atau
aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani ( exercise induced asma -
EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul
beberapa jam setelah olahraga.
d. Perubahan suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
e. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
f. Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin,
salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
g. Riwayat keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma
h. Lingkungan pekerajan
Lingkungan kerja merupakan factor pencetus yang menyumbang 2- 15% klien dengan
asma.( sundaru,1991 ). Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan Asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
i. Emosi dan stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus segera
diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa
diobati.
f. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak
juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas
karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
g. Fraktur iga
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karna terdapt hipoksia, hiperkapnea, dan
asidosis respiratorik.
b. Sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 – 1500 / mm3 .
sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 – 200/mm3 .Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukan pengobatan telah tepat.
d. Pemerikasaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/ mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
e. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi bila
serangan asma makin berat FVC akan turun karena sebagian udara yang harus dikeluarkan
terjebak dalam paru-paru.
f. Tes provokasi bonkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal.penurunan FEV sebesar 20 % atau lebih
setelah tes provokasi dan denyut jantung 80 – 90% dari maksimum dianggap bermakna bila
menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
g. Pemerikasaan kulit
Untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
h. Pemeriksan radiologi
Hasil pemeriksan radiologi dari klien dengan asma biasanya normal, tetapi prosedur ini
tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumatoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain – lain
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejalagejala yang timbul saat
serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal yang
umum. Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi
bronkus. Terapi awal, yaitu:
1. Memberikan oksigen pernasal
2. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg).
Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25
mg dalam larutan dekstrose 5%
3. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau dalam
serangan sangat berat25
5. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan beta
adrenergik dan anti kolinergik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama atau
imunitas Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan Gangguan pola tidur
berhubungan dengan batuk yang berlebih
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan : jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil : jalan napas bersih, sesak berkurang, batuk efektif, mengeluarkan sekret
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
b. Berikan pasien untuk posisi yang nyaman.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
d. Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi air hangat.
Rasional : Membantu mempermudah pengeluaran sekret
e. Dorong atau bantu latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasional : Memberikancara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea,mengeluarkan sekret.
f. Dorong atau berikan perawatan mulut
Rasional : higiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut
g. Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer
Rasional : menurunkan kekentalan sekret dan mengeluarkan sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : pola napas kembali efektif
Kriteria hasil : Pola napas efektif, bunyi napas normal kembali, batuk berkurang
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat
gagal napas
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : mengetahui skala kecemasan pasien
b. Berikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita
Rasional : menambah tingkat pengetahuan pasien dan mengurangi cemas
c. Berikan dukungan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : mengungkapkan perasaan dapat mengurangi rasa cemas yang dialaminya.
d. Ajarkan teknik napas dalam pada pasien
Rasional : mengurangi rasa cemas yang dialami pasien
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
Tujuan : pola tidur terpenuhi38
Kriteria hasil : pola tidur 6-7 jam per hari, tidur tidak terganggu karena batuk
Intervensi :
a. Kaji pola tidur setiap hari
Rasional : mengetahui perubahan pola tidur yang terjadi
b. Beri posisi yang nyaman
Rasional : memudahkan dalam beristirahat
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional : menciptakan suasana yang tenang
d. Anjurkan kepada keluarga dan pengunjung untuk tidak ramai
Rasional :menciptakan suasana yang tenang
e. Menjelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan istirahat
dan tidur untuk penyembuhan
Rasional : menambah pengetahuan
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas normal
Kriteria hasil : pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas, pasien dapat memenuhi kebutuhan
pasien secara mandiri
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
Rasional : mengetahui tingkat aktivitas pasien39
b. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhaan pasien
Rasional : membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari
c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi
Rasional : membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara mandiri
d. Jelaskan pentingnya istirahat dan aktivitas dalaam proses
penyembuhan
Rasional : menambah pengetahuan pasien dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA