Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mata kuliah MATERNITAS
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi “.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Pontianak, Maret 2018


PenyusunDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BABI PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7


A. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan.......................................... ......... 7
1. Pengertian ....................................................................................... 7
2. Etiologi ........................................................................................... 8
3. Patofisiologi .................................................................................... 8
4. WOC Hipertensi dalam Kehamilan............................................ ..... 13
5. Manifestasi Klinis ........................................................................... 14
6. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................ 18
7. Penatalaksanaan .............................................................................. 19
8. Komplikasi .............................. ........................................................ 20
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil dengan Hipertensi ..... 21
1. Pengkajian ...................................................................................... 21
2. Diagnosa Keprawatan yang Mungkin Muncul ............................... 26
3. Rencana Keperawatan .................................................................... 27
4. Diagnosis Keperawatan .................................................................. 28
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 29

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………. .............. 30


A. Kesimpulan...........................................................................................
30
B. Saran.....................................................................................................
31

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan
tersebut merupakan suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang
wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya dengan ceria hingga
melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada
kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna,
Yovita, & Yessica, 2011).Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah
satunya diakibatkan oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama masa
kehamilan atau pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler
disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac
preload, sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol,
vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah (Reeder,
Martin, & Griffin, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi tekanan darah sistol


diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan,
minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Preeklamsia
adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya
kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau
hipertensi yang diinduksi kehamilan ( prawiroharhardjo 2013).

Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah preeklamsia


ibu dan anak setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
menurun dari 532.000 pada tahun 1990 menjadi 303.000 pada tahun 2015,
dan ini terjadi hampir di 99% negara berkembang. Penyebab utama
kematian ibu adalah akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan.
Komplikasi tersebut salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan yang
telah menyumbangkan 14% penyebab kematian maternal di dunia
( UNICEF,2015). Preeklamsia ibu di Indonesia yang disebabkan oleh
hipertensi mulai dari Tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami
peningkatan. Tahun 2010 angka kematian ibu mencapai 21,5%, tahun 2011
( 24,7%), tahun 2012 (26,9%), sedangkan pada tahun 2013 mencapai
27,1% ( Kemenkes RI, 2015).

Angka preeklemsia ibu di Kalimantan Barat masih sangat


memprihatinkan. Pada tahun 2012 tercatat 143 kasus terjadi dalam per 100
ribu kelahiran hidup.Daerah yang paling tinggi adalah Kabupaten
Ketapang dengan angka 20 kasus.”Angka preeklemsia ibu di Kalbar
hingga 2012 sebanyak 143 kasus perseratus ribu kelahiran hidup. Angka
ini cukup tinggi dibandingkan angka nasional,” ungkap Kepala Bidang
Kesga, Gizi, PSM Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Berli
Hamdani seperti dilansir Pontianak Post (JPNN Grup), Kamis (31/1)
Setelah Ketapang, angka preeklemsia ibu terbanyak berada di Kabupaten
Sambas dan Sanggau yakni masing-masing 17 kasus, Kubu Raya 16
kasus, Kota Pontianak 12 kasus, Sintang 9 kasus, Sekadau 8 kasus,
Bengkayang, Kabupaten Pontianak, Melawi, dan Singkawang masing-
masing 7 kasus, serta Kapuas Hulu 6 kasus, Kayong Utara 5 kasus, dan
Landak juga 5 kasus. Penyebab kematian terbanyak adalah pendarahan
yakni 38,46 persen, lain-lain 32,17 persen, hipertensi dalam kehamilan
(HDK) 26,17 persen, dan infeksi 4,20 persen.

Dampak Hipertensi, apabila hipertensi masih tergolong ringan, maka


tidak akan berpengaruh pada ibu dan janin. Tentu saja hipertemsi akan
berbahaya apabila termasuk hipertensi berat. Jika tidak segera ditangani
secara serius maka akan membahayakan ibu dan janin. Beberapa
dampaknya yaitu

4
a. Plasenta letak rendah atau plasenta beresiko akan berpisah sebelum
waktunya (plasenta abruption)
b. Kejang selama kehamilan atau menjadi penyebab eklampsia
c. Gagal ginjal atau gangguan fungsi hati
d. Stroke
e. Cairan paru-paru akan berlebihan(edema paru-paru)
f. Kesulitan bernafas
g. Fungsi trombosit dan hati akan tidak normal (sindrom help)
h. Menjadi salah satu penyebab kelahiran prematur
i. Resiko mengalami keguguran
j. Resiko janin tidak berkembang
k. Berat badan bayi lahir yang rendah
l. Ibu hamil tidak dapat melahirkan secara normal dan harus
menjalani operasi cesar

Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan


fungsi. Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, serta memelihara kesehatan melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab perawat (Asmadi, 2008).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
hipertensi: preeklemsia

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan hipertensi preeklemsia.
2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui pengertian hipertensi dalam kehamilan
b.untuk mengetahui klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
c. untuk mengetahui gejala timbulnya hipertensi pada kehamilan
d. untuk mengetahui penanganan hipertensi dalam kehamilan:
preeklamsia.

D. Manfaat

1. Penulis
5
Diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi yang telah di
pelajari.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan


1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan
6
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi tekanan darah
sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan
tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik
sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam
dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ,
misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein
pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan nama
toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan ( prawiroharhardjo
2013).

Preeklemsia adalah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg


pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan
darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi (sudeharjo, 2013).

Preeklemsia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan


dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg
atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih
atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar
yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011).

2. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :

a.Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia


kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

7
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20


minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.

c.Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang


sampai dengan koma.

d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah


hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
e.Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang
timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi.
Menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria (prawirohardjo,2013).

3. Anatomi fisiologi

a). Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam
dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya
pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah: Atas : pembuluh darah besar Bawah :

8
diafragma Setiap sisi : paru-paru Belakang : aorta desendens,
oesophagus, columna vertebralis.
b). Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
c). Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi
menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila
terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d). Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.\
e). Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel
dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.

f). Vena dan venul


Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak
berbatasan secara sempurna satu sama lain.(Gibson, John. Edisi 2 tahun
2015, hal 110)
9
4. Etiologi
a. Menurut Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi
dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan
dikelompokkan dalam faktor risiko.

Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

1) Primigravida, primipaternitas

2) Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,


diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

3) Umur

4) riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

5) penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum


hamil

6) obesitas

b. Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi


gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya
seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-
lain.

c. Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam


kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.

5. Patofisiologi

10
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang
mengemukakan terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah

a. teori kelainan vaskularisasi plasenta kehamilan normal,


rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri
uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang
arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi
arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan


otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah
ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses
ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.

Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi


selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.
Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia
dan iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut
akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal
hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
11
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak
membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel
endotel.

Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh


dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat
sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran
sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan


prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan
desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-
G tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam
kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas
terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata
mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding
pada normotensif.

d. Teori adaptasi kardiovaskuler

Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi


hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga
pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.

e. Teori stimulus inflamasi

12
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas
dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang


timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia
terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan
produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin
banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi
dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi
inflamasi pada kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya


kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila
terjadi disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan
dalam tubuh, diantaranya adalah :

1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu


fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan
suatu fasodilator kuat.

2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus

3. Peningkatan permeabilitas kapiler

4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu


endotelin. Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan
endotelin (vasokonstriktor) meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi

13
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk
menutupi tempattempat di lapisan endotel yang mengalami
kerusakan. Terjadinya agresi trombosit akan memproduksi
tromboksan (TXA2) yang mana tromboksan tersebut
merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang
mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar
tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada
prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga menyebabkan
pembuluh darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam


kehamilan terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol,
vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen
yang menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja
vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya
penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di
area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi kerusakan
pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan
hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan
cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang
terlihat secara klinis sebagai edema (Reeder, 2011)

14
15

6. Manifestasi Klinis
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut :

Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.

1) Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.

2) Mengalami hipertensi diberbagai level.

3) Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.

4) Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper


refleksia mungkin akan terjadi.

5) Berpotensi gagal hati.

6) kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

7) meningkatnya enzim hati.

8) jumlah trombosit menurun.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia

1) Volume plasma

Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna


guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada
preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding
hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan
vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.

2) Hipertensi

Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis


hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah
jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi pada
umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada
trimester II.
16

3) Fungsi ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :

1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia,

sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria

2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya


permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
3) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila
sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka
terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
4) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat
vasopasme pembuluh darah.

b. Proteinuria

Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi


proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering
dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih
dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100
mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak selang 6
jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24 jam.
Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.

c. Asam urat serum

Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh


hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran
17

darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat


terjadi karena iskemia jaringan.

d. Kreatinin

Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini


disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya
sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma.

e. Oliguria dan anuria

Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke


ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria),
bahkan dapat terjadi anuria.

4) Elektrolit

Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama


halnya dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil
normal, kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam
atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia
berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia
sama dengan kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air
dalam tubuh.

5) Viskosits darah

Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:


fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah
meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan
menurunnya aliran darah ke organ.
18

6) Hematokrit

Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi


karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.

7) Edema

Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel


kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada
muka, dan tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan
kenaikan berat badan yang cepat.

8) Neurologik

Perubahan dapat berupa :


a) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga
menimbulkan vasogenik edema.

b) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi


gangguan visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio
retina.

c) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan


jelas. Faktor-faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu
edema serebri, vasopasme serebri, dan iskemia serebri.

d) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan


eklampsia.

(Prawirohardjo, 2013).

7. Pemeriksaan diagnostik

Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan


pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :

a) Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria


19

b) Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan


kreatinin dan protein.

c) Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya


alamine aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).

d) Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin


dan elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.

e) Tes non tekanan dengan profil biofisik.

f) USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan


status janin

g) Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status


janin dan ibu.

8. penatalaksanaan
Menurut Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang
dapat dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

a) Hipertensi ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi
miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan
darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta
sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi
urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah
berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin
kabur.

b) Hipertensi Berat

Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring
ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari
20

kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus


dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.

c) Hipertensi kronis

Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi


menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).

Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga


dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo
(2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah


baring.
b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi


makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.

d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu


minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih
sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan
kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.

e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin


dengan USG.

f. Pembatasan aktivitas fisik.

g. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak


diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan
sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi memiliki
21

tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja


ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta
mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

9. Komplikasi

Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan


beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada
ibu dan janin.

Pada ibu :

a. Eklampsia

Eklampsia merupakan bila suatu ditemukan kejang-kejang pada penderita


pre-eklampsia, yang juga disertai koma.

b. Pre eklampsia berat

Pre eklampsia berat berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmhg atau lebih disertai
protenuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Winkjosastro,2010).

c. Solusio plasenta

Solusio plasenta ( solutio placentae) atau yang disebut juga sebagai


abrupsio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam
sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Kondisi ini
merupakan komplikasi kehamilan yang serius, namun jarang terjadi.

d. Kelainan ginjal

e. Perdarahan subkapsula hepar

f. Kelainan pembekuan darah


22

g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low

platellet count).

h. Ablasio retina.

Pada janin :

a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus

b. Kelahiran prematur

c. Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

10. pencegahan

berikut ini cara pencegahan untuk menghindari terkena hipertensi.

1. Perhatikan pola makan.


Kehamilan yang sehat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dari berbagai
makanan yang Anda konsumsi. Penuhi kebutuhan gizi Anda setiap hari dan pastikan
kebutuhan protein, mineral, karbohidrat, vitamin, dan serat tercukupi. Perbanyak
mengonsumsi sayuran, ikan, buah-buahan, serta minum air putih. Kurangi
mengonsumsi makanan yang mengandung hidrat arang dan garam.

2. Konsumsi makanan yang mampu menurunkan tekanan darah.


Ikan, cokelat, pisang, dan jeruk dapat membantu menurunkan tekanan darah Anda.
Bahkan, kandungan nutrisi yang ada dalam bahan makanan tersebut dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan janin secara maksimal.

3. Terapkan pola hidup sehat.


Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol dapat memicu timbulnya
hipertensi. Bahkan, dampak negatif dari gaya hidup yang tidak sehat ini berdampak
buruk pada kesehatan janin.
23

4. Rajin olahraga.
Olahraga bermanfaat melancarkan sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh. Dengan
rajin berolahraga ringan, seperti jalan kaki, renang, yoga, dan lain-lain dapat
membantu menurunkan tekanan darah Anda.

5. Hindari stress.
Stres dapat memicu naiknya tekanan darah Anda. Karena itu, usahakan agar pikiran
Anda tetap tenang dan gembira agar tekanan darah Anda tetap normal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
24

Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan

meliputi :

1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,


pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah

2) Data Riwayat Kesehatan

a)Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,


terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan
visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi
gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat
badan 1 kg/ minggu.

b)Riwayat kesehatan Dahulu:

Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita


penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan
ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada
kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan
obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan

hipertensi dalam keluarga.

3) Riwayat Perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20


tahun atau di atas 35 tahun.
25

4) Riwayat Obstetri

Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada

Ibu hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan


molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2013).

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami
kelemahan.

TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan


ditemukan tekanan darah darah sistol diatas
140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.

Nadi :Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan


ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan
pada ibu yang mengalami eklampsia akan
ditemukan nadi yang semakin cepat.

Nafas :Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan


ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan terdengar bunyi
nafas yang berisik dan ngorok.

Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam


kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada
suhunya tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami
eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu.
26

BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat


badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada ibu
hamil yang mengalami preeklampsia akan
terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu
atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan

Kepala : : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala


yang berketombe dan kurang bersih dan
pada ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak
edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan konjungtivasub anemis, dan bisa
juga ditemukan edema pada palvebra. Pada
ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau
eklampsia biasanya akan terjadi gangguan
penglihat yaitu penglihatan kabur.

Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan


gangguan

Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir


lembab
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler
pada gusi, menyebabkan kondisi gusi
menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi
bisa mengalami pembengkakan dan
perdarahan

Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada


kelenjer tiroid

Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi,
edema paru dan napas pendek

2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi


jantung, pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami
preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi
jantung.
27

Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara


membesar, lebih padat dan lebih keras,
puting menonjol dan areola menghitam dan
membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6
cm, permukaan pembuluh darah menjadi
lebih terlihat.
Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus
menonjol keluar, danmembentuk suatu area
berwarna gelap di dimding abdomen, serta

akanditemukan linea alba dan linea nigra.


Pada ibu hamil dengan hipertensibiasanya
akan ditemukan nyeri pada daerah
epigastrum, dan akanterjadi anoreksia, mual
dan muntah

Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa


terjadi bunnyi jantung janin yang tidak
teratur dan gerakan janin yang melemah
(Mitayani, 2011).
Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki
dan tangan juga pada jari-jari.

Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa


ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki

Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan


didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu
hamil dengan preeklampsia (Reeder, 2011;

Mitayani, 2011).

c. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang

hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :


1. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah


28

1)Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr%)

2)Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)

3)Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3

b) Urinalisis

Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut


mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.

c) Pemeriksaan fungsi hati

1)Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl) 2) LDH (Laktat


dehidrogenase) meningkat

3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.

4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat


(N: 15-45 u/ml).

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT)


meningkat (N: < 31 u/l).

6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).

d) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).

2. Radiologi

a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin


intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit
29

b) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah

3. Data sosial ekonomi

Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita

dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka


kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga

melakukan perawatan antenatal yang teratur.

4. Data Psikologis

Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada


dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir
akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia
takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia
takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan
beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan
hipertensi diantaranya adalah:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang


suplai oksigen ke jaringan

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah suatu perencanaan untuk melakukan tindakan
kepada klien.
No Diagnosa keperawatan nic noc
30

1. Ketidakefektifan pola nafas NOC: Setelah NIC:


berhubungan dengan sindrom dilakukan a. monitor vital
hipoventilasi tindakan sign
keperawatan,
Defenisi : Tindakan
diharapkan keperawatan:
Inspirasi dan / atau ekspirasi partisipan
yang tidak memberi ventilasi 1) Memonitor
menunjukkan tekanan
adekuat.Batasan Karakteristik: keefektifan
a) Dispnea darah, nadi, suhu,
dalam bernafas dan dan
b) Fase ekspirasi memanjang dengan
status pernafasan,
c) Penggunaan otot bantu indikator :
pernapasan 2) Memonitor
a. Satus denyut
d) Penurunan kapasitas vital Pernafasan
jantung
e) Penurunan tekanan ekspirasi Kriteria hasil:
3) Memonitor
f) Penurunan tekanan inspirasi 1) frekunsi suara paruparu
g) Penurunan ventilasi semenit pernapasan
4) Memonitor
h) Pola napas normal warna kulit
2) irama 5) Meniai CRT
pernafasan
b. monitor
normal pernafasan
3) tidak ada Tindakan
dispnea keperawatan:
pada saat istirahat 1) Memonitor
4) tidak ada tingkat,
suara irama, kedalaman,
mendengkur dan
kesulitan bernafas
2) Memonitor
gerakan
dada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi
bunyi paru
5) Memonitor pola
nafas
6) Monitor suara
nafas
tambahan
c. Pengaturan
posisi
1)
31

Poposisikanpasien
untuk
mengurangi
dispnea,
misalnya posisi
semi
fowler

No Diagnose keperawatan Nic Noc


2 Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah a. Oxygen
perifer berhubungan dengan kurang dilakukan therapy(terapi
suplai oksigen ke jaringan. tindakan oksigen)
keperawatan, 1) Monitor
diharapkan kemampuan
partisipan pasien dalam
menunjukkan mentoleransi
keefektifan kebutuhan
perfusi jaringan oksigen saat
perifer makan
dengan indikator : 2) Monitor
a. Perfusi perubahan warna
jaringan kulit pasien
perifer 3) Monitor
Kriteria hasil : posisi pasien
1) Pengisian untuk membantu
kapiler jari masuknya
normal oksigen
2) Pengisian 4) Memonitor
kapiler jari penggunaan
kakinormal oksigen saat
3) Kekuatan pasien
denyut nadi beraktivitas
karotisnormal
4) Edema perifer
tidak
ada

4. Implementasi
32

Implementasi adalah suatu proses pelakasanaan terapi keperawatan keluarga


yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di prioritaskan sesuai
dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga
(Sudiharto, 2016).

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi


rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat
menilai potensi yang di miliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto, 2016).

Sedangkan menurut (Padila, 2012) tindakan perawatan terhadap keluarga


mencakup dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan, dengan cara :

1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang


tepat dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.


33

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga


yang

sakit :

1) Mendemontrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana


membuat

lingkungan dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan


yang ada dengan cara :

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam


lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan


keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui
kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang di harapkan dan
tujuan yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau timbul
masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut,
memodifikasi rencana, atau mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan
kemampuan keluarga (Sudiharto, 2016).
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga (Sudiharto2016).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Preeklemsia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan
tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik . Beberapa
faktor risiko sebagai berikut :

1) Primigravida, primipaternitas

2) Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes


melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

3) Umur

4) riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

5) penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

6) obesitas

komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu
dan janin. Pada ibu :

a. Pre eklampsia berat, solusio plasenta,kelainan ginjal, perdarahan subkapsula,


kelainan pembekuan darah, dll.

Pada janin : Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus, Kelahiran


prematur, Asfiksia neonatorum, Kematian dalam uterus, Peningkatan angka
kematian dan kesakitan perinatal : cara pencegahan untuk menghindari terkena
hipertensi.

1. Perhatikan pola makan.

2. Konsumsi makanan yang mampu menurunkan tekanan darah.

3. Rajin olahraga.

4. Hindari stress.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Saran
1. Penulis
Diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan hipertensi yang telah di pelajari.

2. Ibu hamil

Diharapkan pada ibu hamil dapat menjaga atau mempertahankan faktor yang
dapat mengakibatkan seseorang itu dapat dapat terjadi stres, pola hidup dan lain-
lain.

3. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu
dalam penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Atoilah, Elang Muhammad. & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th. Indonesian edition.
ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement With Elsevier Inc

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2016. Laporan Tahunan Tahun 2016.
pontianak: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

Johnson.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing

Kemenkes RI. (2014).Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.Jakarta

Selatan.http://www.depkes.go.id.pdf. Diakses tanggal 9 Januari

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC), 5thIndonesian Edition ,


ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement With Elsevier Inc

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2015- 2017.

Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Manuaba, Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. 2010. Asuhan Keperawatan


Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Puspitasari dkk. (2015).Hubungan Usia, Graviditas dan Indeks Massa Tubuh dengan
Kejadian Hipertensi dalam

Kehamilan.Http://Download.Portalgaruda.Org.Diakses tanggal 11 januari 2017

Reeder dkk. 2011.Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga: Volume
2 ( Edisi 18).Jakarta : EGC

__________. 2011.Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga: Volume


1 (Edisi 18).Jakarta : EGC UNICEF. 2015. UNICEF Data: Monitoring the Situation of
Children and Women.https://data.unicef.org. Diakses tanggal 03 Maret 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


.

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai